Hakikat Haji dan Pahala yang Melebihi Jihad

Hakikat Haji dan Pahala yang Melebihi Jihad

- in Keagamaan
2116
0

Haji adalah rukun Islam yang kelima yang diwajibkan kepada setiap umat Islam sekali dalam seumur hidup, berbeda dengan kewajiban-kewajiban lainnya yang dilaksanakan setiap saat seperti sholat lima waktu yang diwajibkan lima kali sehari dan sholat jumat sekali seminggu dan puasa ramadhan diwajibkan sebulan dalam setahun. Sementara Haji hanya diwajibkan selama seumur hidup itupun hanya bagi mereka yang mampu secara finansial dan fisik.

Haji menurut bahasa berarti “bermaksud “ atau bertujuan untuk menemui Allah Swt. Adapun Haji menurut syariat adalah mendatangi tanah suci Mekkah pada bulan Haji dan melaksanakan semua manasik-manasik haji sesuai tuntutan Rasulullah Saw. Dari pemahaman ini dapat dipetik bahwa pelaksanaan ibadah haji memiliki penekanan bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial dan fisik karena mengandung perjalanan panjang dan butuh materi serta fisik yang kuat.

Haji yang diwajibkan kepada setiap umat Islam memiliki nilai-nilai dan makna-makna yang sangat dalam bagi mereka yang menjalankanannya dan memahaminya. Dalam pelaksanaan Haji terdapat ritual-ritual yang menunjukkan bahwa seseorang yang sedang melaksanakan ibadah haji berarti ia sedang mempersiapkan diri menghadap kepada Allah dengan segala apa yang mereka miliki. Seorang haji telah sepenuhnya ikhlas menjalankan setiap manasik haji yang wajib dilakukan walaupun sulit dan berat tetapi mereka harus tetap melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan sesuai kemampuannya.

Ihram misalnya, dimana seseorang menanggalkan pakaian-pakaian yang selama ini sering digunakan dengan hanya menggunakan pakaian yang tanpa dijahit dan warna putih tanpa ada pakaian lain menunjukkan bahwa pakaian yang digunakan menghadap Allah hanya sehelai kain putih yaitu kapan dan siapapun dan apapun posisi dan status sosialnya semuanya sama. Ketika seseorang sedang melaksanakan Tawaf dan Sai menunjukkan bahwa manusia harus sadar bahwa hidup hanya sebatas perputaran tempat dan waktu dimana setiap manusia akan kembali ke asalnya. Oleh karena itu, ketika Tawaf dan Sai para ulama menekankan bahwa hati kitalah yang sedang mengelilingi kekuasaan dan kamaha agungan Allah Swt.

Demikian pula ketika wukup di padang Arafah dimana semua jamaah haji duduk bertafakkur dan konsentrasi memohon perlindungan kepada Allah, memberikan gambaran bahwa kita sedang berada di hadapan Allah menunggu pengampunan dan syafaat tanpa ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Setelah wukuf di Arafah para jamaah haji menuju ke Mina untuk melontar tiga jamarat yang ada di Mina. Di sini menunjukkan bahwa setelah kita memohon pengampunan dan rahmat dari Allah Swt harus bertekad untuk meninggalkan segala hal-hal yang dilarang agama sehingga seseorang benar-benar di katakana suci jika meninggalkan semua kebiasaan buruk selama ini.

Dari ritual-ritual Haji yang sangat spesifik itu membuat haji memiliki keistimewaan dari ibadah-ibadah lainnya bahkan para ulama mengkategorikan haji sebagai penghulu semua ibadah dan pahalanya bagi mereka yang haji mabrour hanya syurga firdaus. Bahkan pahalanya jauh lebih tinggi dari pada jihad di jalan Allah.

Istri Rasulullah Saw Aisyah Radiallahu Anhu suatu ketika bertanya kepada Rasulullah dan mengatakan wahai Rasulullah saya melihat bahwa berjihad adalah pekerjaan yang paling mulia dan tinggi pahalanya. Rasulullah Saw bersabda sesungguhnya berhaji bagi kaum wanita jauh lebih tinggi pahalanya daripada berjihad.

Suatu hal yang paling penting dalam pelaksaan ibadah Haji adalah niat. Niat adalah rukun dari haji yang harus dilakukan sebelum menunaikan manasik manasik haji. Niatlah inilah yang akan menghantar seseorang untuk menjadi Haji yang mabrour. Artinya seseorang yang menjalankan ibadah haji harus betul betul ikhlas dan tujuanya hanya kepada Allah.

Facebook Comments