Islam dan Budaya Lokal

Islam dan Budaya Lokal

- in Peradaban
5464
0

Ketika ide tentang Islam Nusantara menguak ke permukaan, banyak kalangan yang langsung mengkritisi dan menganggap ide tersebut ide gila dan menilai sebagai upaya untuk menjadikan Islam sesuai dengan budaya dan adat istiadat Indonesia bahkan lebih jauh dari itu menganggap sebagai upaya menghilangkan nilai-nilai Arab yang melekat pada Islam itu sendiri termasuk ketika langgam membaca Alquran dikomandangkan oleh seorang Qori di Istana pada saat peringatan nuzulul qur’an beberappa waktu yang lalu.

Kritikan tersebut wajar-wajar saja dan ini menunjukkan betapa tingginya integritas bangsa Indonesia terhadap Islam sehingga siapapun yang ingin menodai Islam maka semua harus dihadapi secara seksama. Persoalannya ketika terorisme atau yang dianggap radikal dan mengatasnamakan agama disoroti justru banyak di kalangan kita yang bungkam bahkan menilai tindakan pihak-pihak terkait termasuk tokoh agama yang anti radikal sebagai proxy Barat. Padahal sesungguhnya radikal dan terorisme juga musuh kita bersama karena mereka telah menodai Islam dan mengakibatkan Islam terseret ke dalam lingkup yang dikategorikan sebagai agama terorisme.

Kembali kepada budaya lokal, pada dasarnya budaya lokal adalah sebuah adat istiadat dalam suatu komunitas yang dipahami sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam komunitas itu baik itu secara hukum, moral dan etika berinteraksi antara sesama termasuk etika pasar. Budaya lokal ini biasanya menjadi keyakinan sebuah komunitas sebagai sesuatu yang harus dipertahankan untuk mempertahankan eksistensi komunitas itu sendiri dan menjadi ciri khas bagi sebuah komunitas.

Setiap komunitas memiliki budaya lokal yang antara satu dengan yang lain saling berbeda. Budaya lokal di suatu daerah biasanya sulit diterima di di daerah lain sehingga seseorang yang berasal dari satu daerah harus beradaptasi dengan budaya lokal lainnya jika ingin hidup dalam komunitas itu secara aman dan damai.

Orang-orang Arab jauh sebelum Islam datang telah memiliki budaya yang sangat kental bahkan orang-orang Arab sangat terkenal dengan kesukuannya dan membanggakannnya dan membelanya sekuat tenaga. Dalam sejarah perkembangan bangsa Arab dari waktu kewaktu selalu dianggap sebagai sebuah komunitas yang agak sulit ditundukkan mulai era Fir’aun hingga kekuaasaan Romawi, bangsa Arab selalu menjadi target perebutan selain karena sulit diatur juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah sehingga setiap kekuatan di kawasan tersebut berusaha menundukkan kabila-kabila Arab agar tunduk dan bekerjasama dengan emperium-emperium yang berkuasa pada saat itu.

Komunitas Arab bukanlah seperti yang dipahami selama ini sebagai bangsa Jahiliya atau masyarakat bodoh. Islam menilai sebagai masyarakat Jahiliya karena tidak memahami nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan hak asasi manusia. Akan tetapi pada dasarnya dari satu sisi , bangsa Arab memiliki peradaban yang tidak kalah pentingnya dengan peradaban-peradaban yang lahir di belahan Afrika dan Eropa serta Timur Jauh dan Carribean. Selain itu bangsa Arab telah memiliki rule of law dalam menangani setiap masalah yang muncul, baik hubungan antar sesama juga aturan main dalam menyelesaikan masalah yang muncul termasuk tindak pidana dan aturan main di pasar.

Budaya-budaya Arab ini dimodifikasi sebaik-baiknya dan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Qishas dan hukum jual beli serta bahasa Alquran itu sendiri dimodifikasi sebaiknya-baiknya sehingga Islam dapat diterima dengan logika berpikir mereka sehingga mereka berasumsi bahwa apa yang diajarkan Islam tidak jauh beda dengan apa yang pernah dilakukan sebelumnya bahkan mereka menilai sebagai sebuah kemajuan dalam memformulasi hukum-hukum secara baik. Itu jugalah yang membuat Rasulullah Saw ketika di Madinah membiarkan pemuka-pemuka Kabila Arab tetap memimpin di kabilanya masing-masing tanpa harus mengganti atau memasang kerabat dan sahabatnya yang sudah diakui loyalitasnya terhadap Rasulullah Saw.

Proses pemaduan budaya lokal ke dalam Islam juga terjadi pada masa-masa awal masuknya Islam di Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh para Wali Songo sehingga Islam dapat diterima oleh orang-orang Jawa saat itu yang kemudian menyebar ke mana-mana di bumi Nusantara tanpa ada tindak kekerasan dan pertumpahan darah dalam menyebarkan Islam.

Pemaduan budaya lokal ke dalam budaya Islam adalah sebuah aksioma yang tidak bisa dipungkiri selama hal tersebut tidak menyentuh kepada hal-hal yang sangat prinsip dalam Islam seperti ketuhanan, kenabian dan kerasulan. Oleh karena itu siapapun yang mengatakan bahwa Islam menolak budaya lokal maka sesuungguhnya mereka harus mengkaji ulang sejarah budaya Arab dan hukum-hukum Islam yang kita kenal saat ini. Wallahu a’lam bissawab.

Facebook Comments