Pemuda Menjawab Tantangan Perdamaian

Pemuda Menjawab Tantangan Perdamaian

- in Narasi
1828
0

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, maka pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Ir. Soekarno).

Jika ditelisik lebih mendalam, pernyataan Bung Karno mempunyai makna mendalam, bahwa tugas generasi penerus bangsa belum selesai, bahkan belum optimal. Tanpa mengutip sebuah data sekalipun, orang sudah mengerti bahwa Indonesia saat ini belum sepenuhnya mampu mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagaimana yang dirumuskan oleh para founding fathers.

Sejatinya kondisi kekinian inilah; kemiskinan, ancaman negara gagal, dan disintegrasi, dan lain sebagainya, menjadi renungan bagi kita semua, terutama di hari yang bersejarah, yakni Kebangkitan Nasional pada 20 Mei. Mengenang lahirnya peristiwa yang menjadi cikal-bakal bersatunya seluruh bangsa Indonesia ini, tidak cukup dalam bentuk ucapan dan seremonial belaka. Tindakan konkrit untuk negeri ini jauh lebih bermakna dan siginifikan tentunya.

Pada 109 tahun yang lalu, pemuda nusantara mempelopori berdirinya organisasi pergerakan Boedi Oetomo, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908. Sejak inilah, lembaran sejarah nasional menuju Indonesia merdeka dibuka. Sekali lagi, pelopornya adalah pemuda. Sehingga, hal ini mengaskan betapa penting dan strategisnya peran pemuda dalam konteks ini. Tak berlebihan jika Benedict Anderson (1972) memberikan penegasan bahwa penggerak aling utama revolusi di Indonesia adalah pemudanya. Dan Dalam bahasa Mattulada (dalam Susilo, 2008), generasi muda harus mampu melihat fajar sebelum orang sempat melihat cahaya matahari.

Dalam kamus sejarah nasional, peran pemuda terekam begitu kentara akan sumbansihnya terhadap negeri ini. Setiap perubahan yang terjadi di negeri ini, peran pemuda tidak bisa diremehkan. Gerakan pemuda dimulai sejak 1908 dimana pada tahun ini merupakan pertama kali lahir gerakan pemuda yang sering disebut dengan Boedi Oetomo menjadi awal kebangkitan nasional. Kemudian pemuda Indonesia semakin menyolidkan diri pada tahun 1928, yang menjadi kisah munclnya Sumpah Pemuda. Perjuangan lantas berhenti begitu saja. Tahun 1945 menjadi titik krusial bagi pemuda. Di tahun ini, peran pemuda, yang dipimpin Soekarni, Wikana, serta Chairil Saleh menunjukkan keagrisifannya dengan desakannya kala itu terhadap Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesa tanpa menunggu janji kemerdekaan dari Jepang. Puncaknya, desakan golongan muda ini berhasil membujuk Bung Karno dan Bung Hatta untuk membacakan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peran pemuda ambil bagian dalam perubahan yang ada di negeri ini juga tercatat dalam sejarah nasional, tepatnya pada tahun 1966. Pada tahun itu, gerakan mahasiswa sebagai representatif kaum muda mulai bermunculan. Tidak sia-sia, pergerakan mahasiswa kala itu berhasil memunculkan sebuah perubahan. Mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menuntut tiga hal: Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, peromnakan Kabinet Lamira, dan turunkan harga sembako.

Berlanjut pada tahun 1998, menimbang kondisi Indonesia yang dilanda krisis dan mulai menjamurnya praktik KKN dalam orde baru, maka mahasiswa secara terencana melakukan berbagai tindakan agar Indonesia segera keluar dari krisis tersebut. Walhasil, tuntutan reformasi benar-benar terpenuhi setelah berbagai unjuk rasa dilakukan dimana-mana oleh mahasiswa dan segenap lapisan masyarakat lainnya.

Setidaknya itulah berbagai perubahan yang terjadi akibat sentuhan dan harapan yang muncul dari generasi muda yang haus akan keadilaan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Tantangan Perdamaian

Tiap zaman memang punya pelakunya sendiri. Hal ini mengisyarat dan mewajibkan akan tantangan pemuda saat ini sungguh berat dan berbeda, menyesuaikan kondisi kekinian. Saat ini, rasa persatuan dan perdamaian sudah tergoyahkan, jika tidak ingin dikatakan dalam kondisi darurat.

Oleh sebab itu, sekali lagi, pemuda harus menjawab isu krusial dan fundamental ini. Setidaknya ada beberapa cara agar pemuda benar-benar menjadi entitas yang dapat turut serta dalam membangun persatuan dan persaudaraan serta menjaga keutuhan NKRI.

Pertama, menjadi duta damai. Salah satu hal yang mengusik perdamaian adalah menjamurnya kelompok radikal. Setidaknya dalamkonteks inilah, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membentuk duta damai. Misi besarnya adalah menyebarkan perdamaian dan menumpas kejahatan yang dapat mengancam persatuan dan perdamaian, misalnya informasi radikal di dunia maya. Dalam agenda ini, BNPT melibatkan pemuda-pemuda terbaik bangsa untuk melawan radikalisasi dan indoktrinisasi paham radikal di dunia maya. Jadi, menyebarkan pesan-pesan damai dan menangkalpaham radikal di dunia maya adalah sederet tugasnya.

Kedua, memperkuat wawasan kebangsaan. Bisa dipastikan bahwa orang yang hendak memecah-belah bangsa dan negara Indonesia adalah orang yang kering terhadap wawasan kebangsaan. Atau nihilnya wawasan kebangsaan berimplikasi terhadap munculnya rasa benci terhadap sesama bangsa ini. Di dalam jiwa dan raga mereka tidak ada kata “Indonesia”, sekalipun KTP-nya WNI.

Untuk itu, dalam konteks individu, pemuda Indonesia,mau tidak mau,suka tidak suka wajib memperkuat pengetahuan atau wawasan kebangsaan agar nasionalisme, patriotisme benar-benar tertancap dalam sanubari.

Sementara dalam konteks lebih luas, pemuda harus hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai guru dan pendidik masyarakat agar mereka memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan mengakar.

Terakhir, meneladani tokoh bangsa dan menghormati jasanya. Kenapa serangkaian peristiwa penting seperti Hari Kemerdekaan, Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional dan lain sebagainya selalu diperingati? Jawaban mendasarnya adalah agar kita sebagai generasi penerus menghormati jasa para pahlawan yang telah susah payah bahkan gugur dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Tidak hanya itu, keteladanan segala sikap dan perilakunya harus kita jadikan sebagai pijakan dalam membangun bangsa dan negara ini. Jika sudah demikian, kita tidak akan berani mencerderai bangsa ini dengan perilaku tidak terpuji,seperti korupsi, menindas dan mencoba mengadu domba antar anak bangsa.

Singkatnya, dalam kondisi bangsa yang mulai tergoyah oleh kelompok dan ideologi tertentu yang ingin memecah-belah Indonesia, pemuda wajib mengambil bagian dalam menyelesaikan tantangan ini. Menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia adalah amanat pemuda Indonesia.

Facebook Comments