Meneguhkan syiar Nusantara di tengah arus dakwah transnasional adalah tantangan besar yang dihadapi umat Islam di Indonesia. Syiar Nusantara, yang telah berkembang dalam konteks budaya lokal, memiliki karakteristik yang khas, seperti moderasi, keberagaman, dan toleransi. Namun, seiring dengan globalisasi dan penetrasi dakwah transnasional yang sering kali rigid dan kurang sensitif terhadap konteks lokal, tantangan untuk mempertahankan syiar ini semakin besar. Meskipun demikian, upaya untuk meneguhkan dan melestarikan syiar Nusantara masih sangat mungkin dilakukan jika ada kesadaran bersama dan upaya sungguh-sungguh dari masyarakat, ulama, dan tokoh agama lokal.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menjaga nilai-nilai lokal yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Nusantara, seperti gotong royong, kebersamaan, dan keberagaman. Nilai-nilai ini menjadi bagian integral dari cara hidup umat Islam di Indonesia. Namun, dakwah transnasional yang mengusung pemahaman yang lebih universal kadang-kadang tidak memperhitungkan keberagaman budaya lokal ini.
Beberapa gerakan dakwah transnasional yang masuk ke Indonesia cenderung membawa ajaran yang lebih kaku dan formalistik, yang sering kali berlawanan dengan tradisi dakwah Nusantara yang lebih inklusif dan moderat. Pemahaman Islam yang terlalu rigid ini mengancam keharmonisan sosial yang telah lama terjalin dalam masyarakat, yang didasarkan pada prinsip-prinsip toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Radikalisasi ini, bila tidak dikendalikan, bisa mengarah pada disintegrasi sosial dan pertentangan antar kelompok.
Di tengah arus dakwah global, ada pergeseran dalam cara umat Islam Indonesia memahami identitas mereka. Sebagian umat Islam memilih untuk mengikuti ajaran Islam secara universal, tanpa mengindahkan kebudayaan lokal yang telah berkembang selama berabad-abad. Sebaliknya, ada kelompok yang lebih menekankan pada pelestarian budaya lokal dalam praktik beragama. Kontestasi identitas ini sering kali menyebabkan ketegangan dalam masyarakat, di mana ada pihak yang merasa terancam oleh perubahan tersebut.
Perkembangan media sosial dan teknologi digital telah mempercepat penyebaran informasi, termasuk dakwah transnasional. Dengan mudahnya informasi global tersebar melalui platform media sosial, dakwah yang bersifat transnasional bisa dengan cepat mempengaruhi pemikiran masyarakat, terutama generasi muda. Pengaruh negatif dari dakwah yang terlalu kaku dan tidak mempertimbangkan konteks lokal dapat mengancam nilai-nilai lokal dan memperlebar jarak antara generasi tua yang masih memegang teguh tradisi dan generasi muda yang cenderung terpengaruh oleh pemahaman yang lebih global.
Untuk menanggulangi tantangan ini, dibutuhkan langkah-langkah konkret yang dapat menghidupkan kembali tradisi dakwah lokal yang telah ada. Salah satu cara yang efektif untuk memperkuat syiar Nusantara adalah dengan menghidupkan kembali pendekatan dakwah yang berbasis pada kebudayaan lokal. Ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan pengajian yang tidak hanya berbicara tentang ajaran Islam, tetapi juga mengintegrasikan unsur-unsur budaya daerah. Selain itu, perayaan hari besar Islam yang telah menyatu dengan tradisi lokal, seperti perayaan Maulid Nabi atau Idul Fitri, harus terus dilestarikan agar masyarakat merasa lebih dekat dengan nilai-nilai Islam yang tidak terpisah dari budaya mereka. Masjid sebagai pusat dakwah juga perlu menjadi tempat yang ramah bagi semua kalangan, tanpa mengabaikan tradisi lokal yang ada.
Pendidikan agama yang moderat dan inklusif harus menjadi fokus utama dalam upaya meneguhkan syiar Nusantara. Lembaga pendidikan agama harus mengajarkan Islam dengan cara yang menghargai keberagaman, mengajarkan prinsip-prinsip toleransi, dan mendekatkan umat pada ajaran Islam yang sesuai dengan konteks lokal. Dengan adanya pendidikan yang moderat, umat Islam Indonesia dapat memahami Islam sebagai agama yang tidak hanya bersifat universal, tetapi juga adaptif terhadap kehidupan sosial, budaya, dan politik lokal.
Di era digital ini, media sosial dan teknologi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menyebarkan pemahaman Islam yang moderat dan sesuai dengan nilai-nilai lokal. Platform-platform digital, seperti YouTube, Instagram, dan Twitter, bisa digunakan untuk menyebarkan dakwah yang berbasis pada dialog antar-agama dan toleransi. Melalui pendekatan ini, masyarakat dapat memperoleh pemahaman Islam yang lebih holistik, yang tidak hanya mengedepankan ajaran agama secara teologis, tetapi juga berbicara tentang bagaimana Islam hidup berdampingan dengan kebudayaan lokal yang sudah lama berkembang.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki peran penting dalam mengembangkan strategi deradikalisasi dan mencegah radikalisasi di kalangan umat Islam Indonesia. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memfasilitasi dialog antar-agama dan memperkuat jaringan dakwah yang berbasis pada nilai-nilai moderat dan toleransi. BNPT juga dapat mendukung pengembangan program-program yang mengedepankan kebudayaan lokal sebagai bagian dari dakwah yang adaptif terhadap konteks Indonesia. Dengan demikian, dakwah Nusantara yang moderat dapat terus tumbuh dan berkembang di tengah arus dakwah transnasional yang semakin kuat.
Meneguhkan syiar Nusantara di tengah arus dakwah transnasional adalah tantangan besar, namun bukanlah hal yang tidak mungkin. Dengan pendekatan yang berbasis pada kebudayaan lokal, pendidikan agama yang moderat, serta pemanfaatan teknologi, syiar Nusantara dapat tetap eksis dan berkembang. Upaya ini tidak hanya memerlukan keterlibatan masyarakat, ulama, dan tokoh agama lokal, tetapi juga dukungan dari lembaga-lembaga negara seperti BNPT untuk menciptakan lingkungan dakwah yang ramah dan penuh toleransi. Dengan demikian, Islam di Indonesia dapat terus menjadi agama yang moderat, menghargai keberagaman, dan tetap relevan dengan konteks lokal.
This post was last modified on 2 Agustus 2025 12:36 PM
Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…
Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…
Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…
Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…
Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…
Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…