Sabtu, 12 Juli, 2025
Informasi Damai
Kebangsaan

Kebangsaan

Menerjemahkan Pancasila dalam Bahasa Parenting: Membentengi Generasi dari Kebencian Digital

Menerjemahkan Pancasila dalam Bahasa Parenting: Membentengi Generasi dari Kebencian Digital
Kebangsaan
Adakah yang lebih esensial dari upaya memahami kembali hakikat keberadaan kita sebagai manusia, terutama dalam konteks mendidik jiwa-jiwa muda di era yang penuh gejolak ini? Pertanyaan filosofis ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah panggilan untuk merenungkan kembali pondasi moral dan etika yang seyogianya kita tanamkan pada generasi penerus. Di tengah ...
Read more 0

Tradisi Suran dan Titik Terendah dari Hijrah

Tradisi Suran dan Titik Terendah dari Hijrah
Kebangsaan
Apa yang tampak baik, dan secara sekilas seperti hal yang dianjurkan, terkadang adalah hal yang akan berdampak buruk atau tak baik. Contoh paling kentara dari pemahaman itu adalah agama. Di antara berbagai dimensi yang dimiliki manusia, dimensi religiositas adalah dimensi yang paling dalam ketika menggigit, hingga rasanya, ironisnya, ada yang ...
Read more 0

Muharam ala Nusantara; Merefleksikan Hijrah dengan Pendekatan Kearifan Lokal

Muharam ala Nusantara; Merefleksikan Hijrah dengan Pendekatan Kearifan Lokal
Kebangsaan
Peringatan Tahun Baru Islam di Nusantara tidak kalah meriahnya dengan perayaan Tahun Baru Masehi. Berbagai ritual dan upaya digelar di masyarakat di berbagai daerah. Ada yang mengadakan grebeg, makan besar bersama, kirab kebudayaan, jamasan atau mencuci benda tradisional, tradisi menyantuni anak yatim, dan sebagainya. Bedanya, jika perayaan tahun baru Masehi ...
Read more 0

Hamemayu Hayung Bawana dan Perdamaian Global

Hamemayu Hayung Bawana dan Perdamaian Global
Kebangsaan
Eskapisme kerapkali menjadi stigma dari sebuah spiritualitas, entah itu spiritualitas yang berbasiskan agama ataupun spiritualitas yang berbasiskan budaya-budaya yang terwariskan. Dalam sejarah peradaban Islam pernah pada suatu masa spiritualitas Islam atau tasawuf dituding sebagai sumber dari kemerosotan peradaban Islam. Bagi golongan yang memang terkesan meletakkan agama sebagai sesuatu yang lebih ...
Read more 0

Ulama dan Media Perlu Beriringan di dalam Masa-masa Kekacauan Informasi

Ulama dan Umara Perlu Bergandengan Tangan Menjaga Persatuan dari Manipulasi Media Radikal
Kebangsaan
Ketika kita menatap panggung dunia yang penuh gejolak hari ini, ingatan saya sebagai sejarawan kerap terlempar pada sebuah peristiwa fundamental yang mengoyak jantung peradaban Islam di masa formatifnya. Saya tidak merujuk pada perang melawan imperium luar, melainkan sebuah tragedi internal yang jauh lebih menyakitkan. Peristiwa ini bermula dari riak-riak ketidakpuasan ...
Read more 0

Grebeg Besar Iduladha, Titik Temu Dakwah Spiritual & Sosial di Yogyakarta

Grebeg Besar Iduladha, Titik Temu Dakwah Spiritual & Sosial di Yogyakarta
Kebangsaan
Sabtu (7/6/2025), empat ekor gajah yang berada di baris terdepan mengayunkan langkah kaki menuju Pura Pakualaman. Kehadiran keempat ekor gajah yang memakai ikat kepala berwarna hijau dengan logo Keraton Yogyakarta itu disambut antusias oleh warga yang berjejer di sepanjang tepi Alun-alun Utara. Cuaca panas terik tak menyurutkan niat mereka datang ...
Read more 0

Berkurban ala Nusantara; Titik Temu Syariat dan Adat

Berkurban ala Nusantara; Titik Temu Syariat dan Adat
Kebangsaan
Masyarakat Nusantara dikenal kreatif dan imajinatif. Termasuk dalam menerjemahkan ajaran agama, tidak terkecuali Islam. Maka, perkembangan agama di Nusantara cenderung memiliki karakter yang berbeda dengan wilayah lain. Penyebaran Kristen di Nusantara melahirkan berbagai aliran seperti Kristen Jawa, Kristen Batak, dan sebagainya. Begitu pula dalam konteks Islam. Perkembangan Islam di Nusantara ...
Read more 0

Keruntuhan Peradaban dan Penthahelix

Setiap peradaban besar mempunyai titik tolak dan momentum yang diperingati yang dikenal dengan sistem kalender. Kalender Gregorian adalah yang identik dengan umat Nasrani dan paling umum dikenal secara internasional diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 yang mengawali pada 1 Januari. Bangsa Yahudi dengan kalender Ibrani mengenal tahun baru Rosh Hashanah. Ada juga peradaban Tionghoa berbasis siklus bulan yang dikenal dengan Imlek. Ada pula Kalender Persia yang dikenal sebagai Kalender Iran dengan tahun baru yang disebut Nowruz. Dan tentu saja, peradaban Islam yang dikenal dengan tahun baru Hijriyah, dimulai bulan Muharram. Kenapa Islam akhirnya memutuskan harus mempunyai sistem kalender dan peringatan yang harus diperingati setiap tahun? Bukankah Nabi tidak mengajarkannya? Pertama tentu kita tidak boleh berasumsi Islam dengan ijtihad pemikiran dan kebudayaannya sudah selesai ketika Nabi wafat. Banyak sekali tantangan dan kebutuhan yang harus dilalui dan dilampaui umat Islam. Inovasi, kreasi dan kebaruan bukan bid’ah yang tabu dalam memajukan Islam. Adalah Khalifah Umar bin Khattab yang berinisiatif agar umat Islam mempunyai sistem penanggalan yang jelas karena ketiadaan catatan waktu dari dokumen untuk keperluan admistratif pemerintahan. Dipanggillah tokoh-tokoh untuk mendiskusikan sistem kalender dan awal mula tahun dalam Islam. Singkat kata, Islam mengawali pada momentum perpindahan dari Makkah ke Madinah yang dikenal hijrah. Sistem kalender ini pun dikenal dengan Tahun Hijriyah. Bukan merujuk pada sistem kalender Romawi, Persia dan sebagainya. Bukan pula merujuk pada kelahiran atau wafatnya Nabi. Pilihan cerdas umat Islam adalah momentum hijrah. Jenius dan tepat sekali ketika kalender Islam disandarkan pada momentum hijrah. Setiap tahun umat Islam diingatkan untuk kembali mengambil pesan dan semangat perpindahan mentalitas dan pemikiran dari kejumudan, fanatisme, dan kebencian menuju semangat komunitas Madinah yang dinamis, toleran, terbuka dan yang paling penting terikat dalam persaudaraan. Hijrah Nabi ke Madinah bukan sekedar pelarian dan pencarian suaka politik sebagaimana hijrah sebelumnya. Hijrah kali ini berbeda. Ada misi penyelamatan umat dari cengkraman penyiksaan kaum Qurays sekaligus misi perdamaian di Madinah sebagaimana permintaan para suku-suku yang selalu terlibat pertikaian di sana. Maka, yang paling sukses dan teringat dari hijrah ini adalah ikatan persaudaraan Madinah. Membangun sebuah peradaban yang diikat dengan tali persaudaraan. Tidak ada lagi kekerasan, kebencian dan ekslusifitas, tetapi semua berada dalam naungan konsitusi yang disusun dan diperjanjikan bersama. Sangat brilian apa yang dilakukan Rasulullah dengan gerakan hijrah dan membangun Madinah. Tidak ada yang merasa tersisihkan. Pendatang tidak mengalahkan pribumi. Perbedaan suku dan agama bukan halangan untuk saling melindungi. Negara dengan ide demokrasi yang pada saat bersamaan daratan lain masih bermegah-megah dengan sistem kekaisaran dan kerajaan. Dan tentu saja, tidak mengherankan ketika sahabat Umar, sang Khalifah dan mujtahid ini, tidak diragukan memilih momentum hijrah sebagai penanda awal tahun baru Islam. Bukan tanpa makna dan pesan. Umar tentu saja ingin umat Islam generasi berikutnya yang belum mengalami peristiwa hijrah mampu merasakan energi dan sensasi hijrah. Apa pesannya? Umat Islam diajak untuk melakukan muhasabah. Intropeksi dan refleksi. Meninggalkan kebiasaan penuh dendam, benci dan permusuhan menuju semangat saling bersaudara. Selamat Tahun Baru Islam, Mari Perkokoh Persaudaraan Kebangsaan Kita.
Kebangsaan
Tragedi di padang Bubat pada abad keempat belas, di mana kesalahpahaman diplomatik antara Majapahit dan Sunda berujung pertumpahan darah, menjadi pembuka babak kelam bagi keruntuhan sebuah imperium besar. Peristiwa ini, meski bukan perang saudara di jantung Majapahit, menyiratkan bibit kerapuhan internal yang kelak membesar dan berpuncak pada Perang Paregreg. Berbeda ...
Read more 0

Pancasila : Jalan Tengah Menerapkan Syariat di Tengah Pluralitas

Pancasila : Jalan Tengah Menerapkan Syariat di Tengah Pluralitas
Kebangsaan
Di jantung kepulauan Nusantara, tersembunyi kearifan-kearifan purba yang tak lekang oleh waktu. Dari tanah Sulawesi, kita mengenal falsafah Siri’ na Pesse—sebuah konsep Bugis-Makassar yang merangkum martabat, harga diri (Siri’), dan rasa iba serta solidaritas sosial (Pesse). Siri’ bukanlah sekadar rasa malu; ia adalah penjaga marwah, pengingat akan akar dan identitas. ...
Read more 0

Suara Perempuan dalam Nafas Demokrasi: Dari Epos Kuno ke Dunia Digital

Suara Perempuan dalam Nafas Demokrasi: Dari Epos Kuno ke Dunia Digital
Kebangsaan
Sejarah peradaban manusia dipenuhi dengan kisah-kisah epik dan legenda yang menggambarkan perjuangan dan peran sentral perempuan. Salah satu tokoh yang menonjol dalam epos besar adalah Draupadi dari Mahabharata. Sebagai seorang ratu dan istri dari lima Pandawa, Draupadi bukanlah sekadar figur pelengkap. Ia adalah poros narasi yang mengalami penderitaan mendalam, mulai ...
Read more 0