Narasi

3 Peran Tokoh Agama dalam Mengedukasi Umat untuk Membudayakan Tabayyun di Sosial Media

Kelemahan umat di sosial media, sering-kali menelan mentah-mentah sebuah informasi. Tanpa ada upaya tabayyun untuk mencari kebenarannya. Sehingga, umat sering-kali mudah terpancing emosi yang berakibat konflik. Akibat terprovokasi dengan sebuah informasi yang nyatanya kebohongan secara sengaja untuk mengadu-domba.

Di sinilah pentingnya peran tokoh agama/ulama dalam mengedukasi umat. Agar, membudayakan tabayyun di sosial media. Agar tidak terjebak dalam virus hoax, konspirasi dan segala macam fitnah yang akan memecah-belah. Setidaknya ada 3 peran tokoh agama dalam mencerdaskan umat di sosial media dengan budaya tabayyun itu.

Pertama, mengajak umat untuk memahami karakter sebuah informasi. Sebagaimana, umat terkadang lemah dalam mengidentifikasi mana informasi yang memiliki karakter mengadu-domba, menyebar kebohongan/fitnah memecah-belah. Mana informasi yang memiliki karakter untuk membangun kebencian berbasis agama/suku.

Hal ini membuat tugas penting seorang tokoh agama untuk mengajak umat. Agar memahami beragam karakter informasi. Hal itu dengan memberi pemahaman untuk membangun sebuah sikap. Segala bentuk informasi yang ada di media sosial yang memiliki corak karakter: memecah-belah, sengaja untuk mengadu-domba dan menebar kebencian itu harus ditinggalkan. Karena informasi yang semacam itu adalah penyakit yang tak layak untuk dikonsumsi.

Karena, tujuan dari informasi dengan karakter di atas memang sengaja dibuat untuk menyulut api emosi/provokasi. Tujuan fundamental yang semacam inilah yang menjadikan peran tokoh agama harus mengajak umat. Untuk menjauhi dan bahkan perlu melaporkan informasi yang memiliki karakter semacam itu kepada pihak aparat yang berwajib dalam menanggulangi hal yang semacam itu di media sosial.

Kedua, mengajak umat dalam mempertanyakan kebenaran informasi. Peran tokoh agama memang tidak bisa mengontrol satu per-satu umat dalam berselancar di media sosial. Tetapi, peran tokoh agama bisa menghimbau, mendidik dan menyarankan umat. Agar, selalu mempertanyakan kebenaran sebuah informasi yang tersebar di media sosial. Sebab, kebenaran informasi di media sosial sering-kali menjadi kedok secara politik di balik kebenarannya yang sengaja dibuat agar kita benci pemerintah atau-pun merusak keragaman.

Mengajak umat agar tidak gegabah menganggap informasi yang tersebar di media sosial itu benar dan patut diamini. Melainkan mengajak umat agar terbiasa mempertanyakan kebenaran informasi tersebut. Sehingga, budaya yang semacam ini akan menyelamatkan umat dari segala informasi kebohongan apalagi informasi yang bernuansa konspirasi.

Sebab, informasi tersebar di media sosial itu antara yang benar sesuai fakta dengan kebenarannya yang tidak sesuai fakta campur aduk. Kita ibarat kata, mencari duri di dalam daging yang mengharuskan kita untuk teliti betul atas segala informasi yang tersebar. Agar umat tak terjerumus ke dalam kebohongan.

 Ketiga, mengajak umat untuk meneliti segala informasi yang tersebar. Sebagaimana, umat sering-kali “malas” untuk meneliti siapa yang membuat/menyebarkan informasi tersebut. Serta enggan untuk meneliti bagaimana informasi itu dibuat dan apa tujuan dasar yang dia inginkan. Maka, kelemahan yang semacam ini harus dihilangkan.

Mengupayakan peran tokoh agama untuk mengajak umat agar gemar meneliti sebuah informasi di sosial media. Sebab, informasi di sosial media itu tidak selamanya menyehatkan otak kita. Karena ada begitu banyak “racun informasi” yang membuat kita akan bermasalah secara sosial. Untuk itu, sangat penting bagi peran tokoh agama agar masyarakat tak sekadar paham agama, tetapi melek digital agar membudayakan tabayyun di sosial media.

This post was last modified on 11 Mei 2023 1:05 PM

Nur Samsi

Recent Posts

Dari Suriah ke Sudan; Bagaimana Ekstremis Mengeksploitasi Konflik Sosial-Politik?

Ibarat kendaraan bermotor, gerakan ekstremisme juga butuh bahan bakar. Jika mobil atau motor bahan bakarnya…

17 jam ago

“Glokalisasi Pancasila” & Ramuan Ciamik Harmoni Nusantara

Diskursus kebangsaan kita sering kali terjebak dalam dua tarikan ekstrem. Di satu sisi, terdapat kerinduan,…

17 jam ago

Eksploitasi Ideologi Mengatasnamakan Hijrah dan Jihad Semu

Propaganda terbaru ISIS melalui majalah al-Naba’ (2025) yang menyerukan ajakan berjihad ke Sudan merupakan bukti…

17 jam ago

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya…

2 hari ago

Ilusi Persatuan Global; Meneguhkan Nasionalisme di Tengah Dunia Multipolar

Kelompok ekstremis terutama ISIS tampaknya tidak pernah kehabisan materi propaganda kekerasan. Setelah revolusi Suriah berakhir…

2 hari ago

Menakar Ukhuwah Global dan Kompromi Pancasila Sebagai Benteng Persatuan Dunia

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ukhuwah global sering digaungkan sebagai cita-cita luhur umat manusia—sebuah gagasan…

2 hari ago