Narasi

Mencela Ajaran Agama Lain adalah Perilaku Tercela

Dalam Islam, berdakwah dengan lemah lembut bukan hanya tentang berbicara dengan suara pelan atau menyampaikan pesan dengan humor dan menghibur. Lebih dari itu, dakwah harus mengedepankan prinsip untuk tidak menyakiti perasaan pemeluk agama lain. Prinsip dakwah yang diajarkan oleh Islam tercermin dalam firman Allah: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).

Ketika kita dihadapkan pada dialog atau diskusi yang berpotensi perdebatan, umat Islam tetap dianjurkan untuk melakukannya dengan cara yang baik. Inilah salah satu kemuliaan Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajaran agama ini.

Dalam konteks dakwah, ada perbedaan yang jelas antara memperkuat keimanan internal umat Islam dan merendahkan atau menghina sesembahan agama lain. Apakah menghina keyakinan agama lain dapat meningkatkan keimanan umat kita?

Tentu saja tidak. Keimanan seseorang tidak diukur dari seberapa keras dia mencela sesembahan agama lain. Sebaliknya, Rasulullah mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan menjaga hubungan baik dengan umat beragama lain. Mencela sesembahan atau keyakinan agama lain bukanlah pendekatan yang tepat, bahkan dalam rangka meneguhkan keimanan umat.

Dalam Surat Al-An’am ayat 108, Allah dengan tegas melarang umat Islam untuk memaki atau menghina sesembahan yang disembah oleh orang-orang selain Allah. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka; lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 108).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah melarang umat Islam untuk mencela sesembahan agama lain karena hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan kebencian yang lebih besar dan bahkan dapat berbalik menjadi hinaan kepada Allah. Islam sangat mementingkan terciptanya suasana yang damai dan harmonis, meskipun di tengah perbedaan keyakinan.

Etika dakwah ini juga selaras dengan kaidah fikih yang menyatakan bahwa “mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil manfaat”. Mencegah dampak negatif dari mencela sesembahan agama lain lebih diutamakan daripada mengira bahwa hal tersebut dapat mempertebal keimanan umat. Kita harus bertanya, apakah benar mencela agama lain akan memperkuat iman kita?

Jawabannya tentu tidak. Bahkan Allah melarang para sahabat Nabi, yang keimanannya sudah sangat kokoh, untuk mencela berhala kaum kafir. Jika para sahabat yang teguh imannya dilarang melakukan hal tersebut, apalagi kita.

Ayat ini diturunkan sebagai teguran kepada umat Islam yang pada saat itu mencela berhala-berhala kaum kafir. Sebagai akibatnya, kaum kafir berbalik mencela Allah, yang justru menimbulkan kebencian dan permusuhan. Oleh karena itu, ayat ini menjadi dasar yang kuat bahwa Islam melarang umatnya untuk mencela sesembahan agama lain. Ini juga menjadi pedoman untuk membangun kehidupan yang damai, penuh toleransi, dan tanpa kebencian.

Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk meneguhkan keimanan kita bukan dengan mencela keyakinan orang lain, melainkan dengan memperkuat kualitas iman dan amal kita sendiri. Ladang untuk menumbuhkan keimanan sangatlah luas, dan tidak sepatutnya ditanami kebencian atau permusuhan. Mari kita ambil hikmah dari ajaran Allah ini dan teladani akhlak Rasulullah dalam menyebarkan Islam dengan penuh kasih sayang dan penghargaan terhadap perbedaan.

Farhah Sholihah

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

20 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

20 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

21 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

21 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago