Narasi

Mengoreksi Penafsiran Hijrah Kalangan Muslim Milenial

Salah satu fenomena keagamaan di kalangan muslim perkotaan utamanya di kaum Milenial dan generasi Z adalah hijrah. Hijrah dimaknai sebagai proses meningkatkan kesalehan individual sebagai seorang muslim. Biasanya hal ini ditandai dengan perubahan signifikan dalam hal peribadatan dan gaya hidup sehari-hari.

Praktiknya, individu muslim yang menerapkan gaya hidup hijrah umumnya menunjukkan perilaku yang diklaim lebih islami. Misalnya rajin menunaikan ibadah wajib dan sunnah, mengadaptasikan gaya hidup Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari seperti mengenakan pakaian muslim, berjenggot, bercelana di atas mata kaki, dan sejenisnya. 

Fenomena hijrah di kalangan muslim urban kelas menengah dan generasi milenial pada umumnya itu sebenarnya patut diapresiasi. Sebagai seorang muslim, meningkatkan kesalehan beragama dengan lebih taat menjalankan ibadah wajib serta Sunnah dan mengaplikasikan ajaran agama tentu baik-baik saja.

Namun, di saat yang sama ada kecenderungan fenomena tren hijrah ini mulai mengarah pada apa yang disebut sebagai konservatisme beragama. Di satu sisi, umat Islam memang mengalami peningkatan kesalehan dalam beragama. Namun, di saat yang sama kesalehan itu juga berbanding lurus dengan menguatnya kecenderungan untuk bersikap eksklusif dan intoleran bahkan pada titik tertentu menjurus radikal ekstrem. 

Mengapa Tren Hijrah Menjurus Radikal-Ekstrem?

Ada tiga alasan atau faktor mengapa fenomena hijrah di kalangan kaum muslim urban milenial itu justru mengarah pada konservatisme dan radikalisme. 

Pertama, implementasi kesalahan beragama di kalangan yang tengah gandrung pada tren hijrah itu hanya terjadi di level permukaan dan tidak sampai di level subtansi apalagi filosofi. Konsekuensinya, praktik peribadatan hanya berhenti pada aspek simbolik dan selebrasi saja tanpa menyentuh makna terdalam. Praktik keberagamaan pun menjadi dangkal dan gagal menghadirkan nuansa transformatif yang progresif. 

Kedua, kaum hijrah kebanyakan tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam hal ilmu agama. Di satu sisi mereka memang memiliki ghiroh beragama yang tinggi. Di sisi lain, ghiroh itu tidak dibarengi dengan pengetahuan agama yang mendalam. Tidak jarang mereka justru belajar dari sosok atau figur yang dikenal memiliki pandangan keagamaan eksklusif dan intoleran.

Ketiga, tren hijrah acapkali menjadi pintu masuk ideologi atau gerakan keislaman radikal untuk mencari simpatisan atau anggota. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak komunitas hijrah yang lantas berafiliasi dengan gerakan radikal-ekstrem. Maka tidak mengherankan jika belakangan banyak kaum mileni atau generasi Z yang terpapar paham radikal justru dari komunitas keagamaan yang diikutinya. 

Di sinilah pentingnya kita mengoreksi pemahaman terkait tafsir makna hijrah di kalangan milenial dan gen Z. Bahwa hijrah yang sesungguhnya bukanlah melakukan perubahan total pada aspek luaran atau simbol beragama. Melainkan melakukan transformasi spiritual dan sosial.

Hijrah Rasulullah; Transformasi Spiritual dan Sosial

Secara spiritual, hijrah kiranya dimaknai sebagai sebuah laku atau riyadhoh dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan giat melakukan amal ibadah kebaikan. Hijrah spiritual dibuktikan dengan naiknya level pengalaman ibadah kita. Dari yang sebelumnya hanya bersifat rutinitas dan menggugurkan kewajiban ke ibadah yang sarat makna dan reflektif. 

Sedangkan dari sisi sosial hijrah idealnya dimaknai sebagai perubahan cara pandang dan paradigma berpikir dari yang sebelumnya bercorak ekslusif-intoleran menuju paradigma yang inklusif dan toleran. 

Berhijrah ala Rasulullah bukanlah sekadar mengadaptasi gaya hidup ala Arab dengan memakai gamis atau berjenggot. Berhijrah ala Rasulullah adalah mengadaptasikan etos spiritual dan sosial Rasulullah yang ditunjukkan di periode dakwah Islam di Madinah.

Di Madinah, untuk pertama kalinya Rasulullah mengembangkan konsep keberagaman yang selaras dengan konsep kebangsaan dan kemanusiaan. Melalui Piagam Madinah, Rasulullah mengikat kelompok-kelompok agama dan suku yang berbeda ke dalam sebuah konsensus bersama.

Piagam Madinah tiada lain adalah traktat tentang toleransi antaragama. Spirit hijrah ala Rasulullah yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan itulah yang seharusnya kita adaptasikan di era sekarang. 

Fenomena hijrah ala kaum muda muslim perkotaan yang menjurus pada konservatisme bahkan radikalisme sudah sepatutnya diakhiri. Kita membutuhkan sebuah gerakan hijrah ala Rasulullah yang beranjak dari pola pikir dan praktik keberagamaan yang regresif menuju keberislaman yang progresif. 

Keberagamaan yang progresif itu mewujud pada setidaknya tiga hal. Antara lain keberagamaan yang adaptif pada realitas sosial-keagamaan yang pluralistik. Juga keberagamaan yang setia pada prinsip dasar dan filosofi kebangsaan. Dan terakhir, keberagamaan yang akomodatif pada nilai-nilai kearifan lokal.

This post was last modified on 17 Juli 2023 2:34 PM

Desi Ratriyanti

Recent Posts

Anak dalam Jejaring Teror, Bagaimana Menghentikan?

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengkonfirmasi adanya peningkatan penetrasi propaganda radikal yang menyasar kelompok rentan…

2 hari ago

Peran Penting Orang Tua dalam Melindungi Anak dari Ancaman Intoleransi Sejak Dini

Di tengah era digital yang serba cepat dan terbuka, media sosial telah menjadi arena bebas…

2 hari ago

Ma-Hyang, Toleransi, dan Kesalehan dalam Kebudayaan Jawa

urip iku entut gak urusan jawa utawa tionghoa muslim utawa Buddha kabeh iku padha neng…

2 hari ago

Petaka Takfiri-Bedah Narasi Pengkafiran Kelompok Radikal Teroris : Jurnal Jalan Damai Vol. 1. No. 5 Juni 2025

Salam Damai, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Jalan…

2 hari ago

Menimbang Pendidikan Anak: Benarkah Kurikulum Tahfizh Tersimpan Virus Intoleransi?

Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan berbasis tahfizh (hafalan Al-Qur’an) semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia.…

3 hari ago

Sekolah Rakyat; Upaya Memutus Radikalisme Melalui Pendidikan

Salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran adalah Sekolah Rakyat. Program ini bertujuan memberikan akses pendidikan…

3 hari ago