Narasi

Menyiapkan Generasi Anti Kekerasan Menuju Indonesia Emas

Pada tahun 2045, Indonesia akan mencapai usia Emas, sebuah periode penting dalam sejarah bangsa ini yang menandai kematangan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Sebagai bagian dari peringatan ini, Hari Ulang Tahun (HUT) BNPT yang ke-14 mengusung tema “Gelorakan Anti Kekerasan, Indonesia Damai Menuju Indonesia Emas”. Tema ini tidak hanya mencerminkan komitmen untuk mewujudkan perdamaian, tetapi juga menegaskan peran penting generasi masa depan dalam membangun Indonesia yang lebih baik.

Upaya Indonesia menuju status negara maju di 2045 melibatkan strategi jangka panjang yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Pemerintah berusaha mengoptimalkan bonus demografi melalui peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Generasi Z dan milenial diharapkan akan menjadi tulang punggung pembangunan, dengan akses yang luas terhadap teknologi dan informasi.

Namun, tantangan besar menghadang. SETARA Institute mencatat 175 peristiwa dengan 333 pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia pada tahun 2022, menunjukkan perlunya pendekatan moderasi beragama sebagai fondasi untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Moderasi beragama tidak hanya menjadi kunci sukses dalam mencegah radikalisme, tetapi juga sebagai landasan untuk kedamaian dan kerukunan sosial. Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin juga menyoroti pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini tidak hanya tentang menjaga keharmonisan antara agama dan negara, tetapi juga mengakui peran krusial agama dalam membentuk moral dan etika masyarakat. Dalam konteks ini, moderasi beragama menjadi landasan untuk membangun keadilan sosial yang inklusif, di mana setiap warga negara merasa dihargai dan memiliki hak yang sama tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan mereka.

Selain itu, pendekatan moderasi beragama juga penting dalam menghadapi tantangan global seperti polarisasi ideologis dan konflik agama. Dengan mempromosikan sikap saling menghormati dan bekerja sama antarumat beragama, Indonesia dapat memperkuat citra sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi. Hal ini tidak hanya berdampak positif dalam skala nasional, tetapi juga mendukung peran Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dan kestabilan regional serta internasional.

Generasi Z dan generasi Alpha adalah pengguna internet yang dominan, menciptakan dinamika baru dalam penyebaran informasi dan pemahaman agama. Meskipun akses terhadap informasi telah memperluas wawasan mereka, banyak yang masih rentan terhadap informasi yang tidak diverifikasi, yang dapat memicu radikalisme dan intoleransi.

Pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam mempromosikan pemahaman yang benar tentang agama, mendorong toleransi, dan menolak kekerasan sebagai solusi atas perbedaan keyakinan. Ini melibatkan penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan pendekatan yang inklusif terhadap tradisi dan budaya lokal, yang merupakan bagian integral dari identitas Indonesia.

Radikalisme terus menjadi ancaman serius bagi kedamaian dan kemajuan Indonesia. Penguatan pendekatan moderasi beragama, komitmen terhadap kebangsaan, dan pendidikan yang inklusif akan menjadi kunci untuk menanggulangi tantangan ini. Dengan memperkuat kesadaran akan kewajiban moral dan sosial, serta mempromosikan pendidikan yang menghargai keragaman, generasi masa depan dapat berperan aktif dalam membangun Indonesia Emas yang damai dan berkeadilan.

Sebagai Indonesia bergerak menuju status negara maju pada tahun 2045, langkah-langkah konkret dalam mendukung moderasi beragama menjadi semakin mendesak. Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan bonus demografi melalui peningkatan produktivitas sumber daya manusia harus diimbangi dengan promosi nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keragaman agama.

Generasi Z dan Alpha, dengan akses teknologi mereka yang luas, memiliki peran penting dalam membentuk wajah masa depan bangsa ini. Mereka harus didorong untuk mengadopsi sikap kritis terhadap informasi, mempromosikan dialog antaragama, dan menjadi agen perubahan dalam mewujudkan Indonesia Emas yang damai dan inklusif.

Untuk mengatasi tantangan radikalisme, penguatan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan penolakan terhadap kekerasan sebagai bentuk penyelesaian perbedaan keyakinan sangatlah penting. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tugas bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk lembaga agama, pendidikan, dan media. Dengan memperkuat pemahaman bersama akan moderasi beragama dan mempromosikan dialog yang terbuka, Indonesia dapat menghadapi masa depan dengan optimisme, menjaga kedamaian, dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 sebagai negara yang adil, beradab, dan penuh harmoni.

Novi N Ainy

Recent Posts

Bahaya Pemahaman Tekstual Al Wala’ wal Bara’ Untuk Perdamaian Antar Agama

Secara etimologi, al Wala' berarti kesetiaan. Sedangkan al Bara' artinya terlepas atau bebas. Istilah ini…

2 jam ago

Cinta dan Kasih Mempertemukan Semua Ajaran Agama

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat beragama menjadi salah satu…

2 jam ago

Lebih dari Sekadar Salaman dan Cium Tangan, Telaah Gestur Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal

Momen simbolis penuh hangat antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar bukan…

2 jam ago

Membaca al Wala’ wal Bara’ dalam Konteks Ke Indonesiaan

Yang harus ditegaskan adalah, apakah al wala' wal bara' kontradiktif dengan ajaran Islam? Tidak. Selama…

1 hari ago

Regenerasi Kepala BNPT dan Agenda Penanggulangan Terorisme di Era AI

Rabu, 11 September 2024, Presiden Joko Widodo secara resmi melantik Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol)…

1 hari ago

Risalah Rasulullah kepada Kristen Najran; Dokumen Perdamaian Berharga Islam-Kristen di Abad ke-7 M

Ada semacam paradoks di tengah kultur sosial keagamaan kita, yaitu munculnya kelompok-kelompok yang mengaku mengikuti…

1 hari ago