Narasi

Pemuda dan Tanggungjawab Perdamaian

Bangsa Indoneisa adalah bangsa yang besar. Sebuah bangsa yang lahir atas kesatuan tekad untuk mendirikan negara yang bersatu-padu meskipun banyak perbedaan, suku,agama, ataupun ras. Tetapi perbedaan inilah yang kemudian membuat Indoensia kuat. Membuat Indoensia diakui sebagai negara yang dikagumi dunia karena kehebatannya dalam mengakomodir perbedaan menjadi identitas seuah negara.

Namun, perjalanan untuk mengakomodir perbedaan tidaklah gampang. Akhir-akhir ini bisa kita lihat bangsa Indonesia sedang digoyah kesatuan dan persatuannya. Salah satunya dikarenakan mencuatnya kembali isu SARA yang menyebabkan merenggangnya keharmonisan. Konsekuensinya dapat menyebabkan perpecahan dalam internal bangsa yang kaya raya ini.

Sebagai pemuda yang sudah pasti mengemban amanah estafet kepemimpinan negara nantinya, sebagai agen intelektual, tentu sudah harus mulai melakukan gerakan-gerakan untuk tetap menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Sehingga bangsa Indonesia sebagai sebuah begara yang beragam tetap terjaga kedamaiannya.

Lalu apa yang dapat kita lakukan? Saling harga-menghargai dalam keseharian kita, baik dengan suku ataupun agama yang berbeda. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat kita adalah negara kesatuan yang didasarkan pada semboyan kebinneka-tunggal-ikaan. Turut andil menjadi relawan  ketika ad di masyarakat baik itu menjadi relawan ataupun dengan membawa almamater kampus.  Kita perlu meenjadi relawan untuk tidak terjadi konflik, karena menjadi relawan kita bisa belajar bagaimana menyelesaikan masalah yang ada dalam masyarakat. Yang terakhir adalah karena hari ini era millenial dengan kecanggihan teknologi yang dikuasainya, tentu kita perlu cerdas dalam menggunakan teknologi, khusunya media sosial. Kita perlu benar-benar cerdas dalam menggunakan akun media sosial. Tidak bisa kita pungkiri beberapa kasus perseteruan berasal dari media sosial. Hall inilah yang mebuat kita perlu cerdas dalam bermedia.

Lalu bagaimana bermedia yang cerdas itu? Bermedia dengan cerdas yang saya maksud adalah bermedia sosial dengan tetap memperhatikan kebebasan orang lain dengan etika yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia. Bermedia dengan tidak menyindir atau menyinggung orang lain. Bermedia dengan tidak mengundang unsur-unsur SARA yang bisa membuat perpecahan. Kedua adalah menggunakan media sebagai salat satu alat untuk mengingkat ataupun mnghimbau agar tetap menjaga keharmonisan dan perdamaian.

Pada akhirnya ikhtiar untuk menjaga persatuan harus lebih dulu terpatri dalam sanubari kita, karena menjaga bangsa ini adalah sebuah cita-cita didirikannya negara ini. Maka jadikanlah diri kita sebagai relawan dimulai dari hal-hal kecil asalkan dapat membawa manfaat dan sumbangsih kepada terjaganya toleransi dalam beragama,berbangsa, dan bernegara.

#Salam­_Damai_Indonesia

This post was last modified on 28 November 2017 2:27 PM

Moh Zodikin Zani

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago