Narasi

Pentingnya Sinergi Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Mewujudkan Pemilu Damai

Membicarakan pemilu sejatinya tidak hanya melibatkan kontestan bakal calon saja, melainkan seluruh bangsa Indonesia. Baik itu tokoh agama, kiai, ataupun masyarakat. Semuanya memiliki peran penting dalam mewujudkan pemilu yang damai. Itulah mengapa sinergi tokoh agama dalam menengahi masyarakat sangat dibutuhkan menjelang pemilu sekarang ini.

Hal ini tentu bukan tanpa alasan, di Indonesia peran tokoh agama, seperti kiai, gus dan tokoh-tokoh agama non muslim sering menjadi patokan dalam menentukan sebuah jawaban kebaikan. Sederhananya dalam hal ini tokoh agama menjadi salah satu contoh figur sentral yang perilakunya dapat mengubah dinamika keadaan politik, sosial, agama. Karena apa yang disampaikan sering dimaknai oleh masyarakat yang mengikuti atau mengaguminya sebagai sebuah pesan yang harus ditaati atau dijalankan. .

Perihal tersebut mengindikasikan, bahwa selain memainkan berbagai peran budaya masyarakat, seperti pendidik dan penjaga budaya tradisional, tokoh agama juga berperan sebagai mediator sosial. Yang setiap ucapannya lebih di dengar dalam menyampaikan kebijakan. Oleh karena itu peran tokoh agama sangat dibutuhkan dalam mengontrol masyarakat menjelang pemilu 2024. Sebab melalui pesan-pesan atau dakwahnya yang bernuansa kedamaian tentang bangsa Indonesia, tentu akan memberikan efek yang positif dalam mewujudkan pesta demokrasi yang aman dan mengutamakan kerukunan.

 Sederhananya selain tokoh agama berperan sebagai pendakwah, beliau juga ikut serta sebagai pengembang masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan Peter L. Berger yang mengatakan bahwa tokoh agama berusaha memahami nilai-nilai keagamaan, kemudian disosialisasikan kepada tokoh masyarakat. Tokoh agama tersebut bisa dikatakan sebagai agen sosialisasi.

Di mana kesantunan yang diberikan tokoh agama ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, yaitu sejak zaman pra-kemerdekaan hingga masa sekarang yang berada pada era digital. Di mana tokoh agama yang memiliki karisma sering menjadi sorotan. Perilaku, baik tindakan ataupun maupun ucapannya dapat dengan mudah tersebar dan diterima oleh masyarakat yang menjadi pengikutnya, serta mayoritas masyarakat di Indonesia. Terlebih pada saat ini, kemudahan penyebaran informasi lebih terasa dengan adanya media daring. Kemudian ini dapat meningkatkan pengaruh dan peran tokoh masyarakat dalam mengontrol perubahan sosial keagamaan menjelang pemilu.

Hal ini menunjukkan peran tokoh agama sangat vital dalam mewujudkan pemilu yang damai. Bahwa eksistensi tokoh agama tidak dapat dipandang sebelah mata, khususnya dalam konteks Indonesia. Apabila di ibaratkan pengaruh tokoh agama di masyarakat seperti akar rumput yang meluas dan masih sangat kuat. Bahkan dalam beberapa kondisi pengaruhnya lebih signifikan dibandingkan mereka yang akan mengajukan diri sebagai calon legislatif pemerintahan. Hal ini dapat berkaca dari usaha pemerintah yang senantiasa melibatkan lembaga-lembaga agama dalam upaya menjaga kestabilan bangsa Indonesia .

Pada konteks inilah peran tokoh agama memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain ucapan dan tindakannya sering kali menjadi panutan bagi banyak orang, peranya dalam menggerakkan masyarakat untuk mengikutinya memang tidak bisa dielakkan. Karena dirinya mampu memberikan pesan yang santun untuk menuju masyarakat yang cerdas dan pandai dalam menjalankan pemilu yang damai  dan rukun.

Untuk itu, peran tokoh agama dan masyarakat memang sangat vital dalam mewujudkan pemilu yang ramah dan toleran. Di mana tokoh agama diharuskan untuk memberikan edukasi-edukasi yang membangun serta mengajak seluruh jajaran masyarakat untuk cinta damai dalam berpolitik. Sederhananya, apabila memang apa yang kita pilih berbeda, itu bukanlah suatu masalah, melainkan kita harus toleran dan menghargai. Karena itu juga bagian dari berjalanya demokrasi di bangsa Indonesia.

Pesan-pesan santun yang disampaikan oleh tokoh agama, tentu harus disebarluaskan oleh masyarakat. Sehingga terbangun budaya share atau berbagi informasi dengan baik. Dan ketika sinergi ini sudah terbangun dengan rapi dan saling bekerja sama. Tidak menutup kemungkinan akan melahirkan sikap-sikap santun menjelang pemilu 2024. Hingga kemudian mengakar pada terwujudnya pesta demokrasi yang damai dan mendamaikan.

This post was last modified on 2 Februari 2024 1:45 PM

Suroso

Recent Posts

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

16 jam ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

16 jam ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

16 jam ago

Merawat Persatuan, Meredam Bara di Tengah Fanatisme Golongan

Peristiwa bentrokan antar kelompok yang terjadi di Pemalang, Jawa Tengah dan Depok, Jawa Barat beberapa…

16 jam ago

Apakah Ada Hadis yang Menyuruh Umat Muslim “Bunuh Diri”?

Jawabannya ada. Tetapi saya akan berikan konteks terlebih dahulu. Saya tergelitik oleh sebuah perdebatan liar…

2 hari ago

Persekusi Non-Muslim: Cerminan Sikap Memusuhi Nabi

Belum kering ingatan kita tentang kejadian pembubaran dengan kekerasan terhadap retreat pelajar di Sukabumi, beberapa…

2 hari ago