Narasi

Santri dan Jihad Digital Melawan Radikalisasi Online

Di era digital saat ini, maraknya internet dan media sosial telah membawa berbagai dampak pada masyarakat. Salah satu dampak tersebut adalah munculnya radikalisasi di dunia maya yang meresahkan. Para pemuda, terutama santri, memiliki peran penting dalam memerangi radikalisasi ini melalui apa yang bisa disebut sebagai “jihad digital.”

Jihad digital adalah bentuk perjuangan melawan ekstremisme, radikalisasi, dan propaganda terorisme di dunia maya. Ini tidak melibatkan kekerasan fisik, tetapi merupakan upaya untuk memerangi pemahaman yang salah dan menjelaskan nilai-nilai Islam yang moderat. Dalam konteks ini, para santri memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi positif.

Jihad yang sering disalahpahami sebagai peperangan semata, kini ditafsirkan sebagai perjuangan untuk memerangi godaan pribadi, ketidakadilan, dan kesulitan ekonomi. Hal ini mencerminkan nilai-nilai keislaman yang menekankan pentingnya berperan aktif dalam membangun masyarakat yang adil.

Menurut Dr. Azyumardi Azra, pemahaman yang benar tentang konsep jihad dalam Islam memiliki dimensi yang luas, termasuk aspek spiritual, intelektual, dan sosial. Dalam era digital, konsep ini berevolusi menjadi upaya pengembangan diri yang berkelanjutan, penyebaran pesan-pesan kebaikan, serta partisipasi aktif dalam mengatasi isu-isu sosial yang relevan. Dengan demikian, pemahaman jihad melampaui konteks konflik fisik semata, tetapi juga melibatkan peran aktif dalam memperbaiki masyarakat.

Jihad dalam Islam lebih dari sekadar perang fisik. Jihad berasal dari akar kata “jahada,” yang berarti “berjuang” atau “berusaha.” Dalam Islam, jihad mencakup perjuangan untuk memerangi godaan pribadi, ketidakadilan, atau kesulitan ekonomi. Era digital membuka pintu bagi jihad dalam banyak aspek kehidupan yang baru. Ini adalah perjuangan melawan informasi palsu, radikalisasi, dan kebencian di dunia maya.

Santri, yang mendapatkan pendidikan agama Islam di pesantren, memiliki peran penting dalam memahami konsep jihad ini. Mereka diajarkan nilai-nilai keislaman, akhlak mulia, dan cara hidup yang benar menurut ajaran Islam. Di era digital, santri juga memiliki peran penting dalam meretas jalur-jalur baru untuk memahami dan menjalankan jihad ini.

Dalam konteks ini, para santri memiliki peran yang penting dalam memahami dan mereaktualisasi jihad di era digital. Reaktualisasi jihad di era digital tercermin dalam beberapa aspek penting.

Peran Santri dalam Jihad Digital

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh santri dalam melakukan jihad digital. Pendidik dan Penyuluh Digitial: Santri, yang mendapatkan pendidikan agama Islam di pesantren, telah dilatih dalam pemahaman agama yang benar. Mereka dapat berperan sebagai penyuluh yang menjelaskan nilai-nilai Islam yang damai dan moderat kepada masyarakat melalui media sosial, blog, atau platform online lainnya.

Santri harus banyak tampil sebagai pendakwah dengan meramaikan media sosial dengan konten pemahaman yang berbobot. Merebut ruang maya ini menjadi sangat penting bagi santri. Seluruh pesantren sudah seharusnya mampu mendorong santrinya untuk mempunyai kapasitas berdakwah secara online.

Kedua, produksi Narasi Positif dan Moderat Ala Santri : Para santri juga dapat membantu dalam membentuk narasi positif tentang Islam. Mereka dapat berbagi cerita dan pengalaman mereka sendiri yang menunjukkan bagaimana Islam mengajarkan kasih sayang, toleransi, dan kedamaian.

Kehidupan pesantren adalah sebuah laboratorium toleransi dan moderasi. Anak-anak dari berbagai daerah berkumpul dan hidup bersama dalam harmoni. Ada kolaborasi dan kemandirian yang dibangun dalam lingkungan santri yang bisa menjadi konten positif yang bisa ditonton banyak orang.

Ketiga, membuat konten konsultasi dan podcast interaktif damai. Saat ini lagi marak talkshow yang tidak hanya di media mainstream, tetapi juga merambah di media sosial. Ini menjadi kesempatan bagi santri untuk menghasilkan dan menyebarkan konten pendidikan seperti podcast yang membahas isu-isu keagamaan dengan cara yang informatif dan moderat.

Tentu masih banyak peran lainnya yang dimanfaatkan santri di ruang digital hari ini. Santri dapat berkontribusi secara positif dalam mendorong perdamaian, keadilan, dan pemahaman agama yang benar. Reaktualisasi jihad di era digital adalah proses yang terus berkembang, dan peran santri sebagai agen perdamaian dan perubahan sosial semakin penting. Dengan begitu, mereka dapat membawa kontribusi positif tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga global, dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan harmonis.

This post was last modified on 25 Oktober 2023 12:19 PM

Septi Lutfiana

Recent Posts

Soft Terrorism; Metamorfosa Ekstremisme Keagamaan di Abad Algoritma

Noor Huda Ismail, pakar kajian terorisme menulis kolom opini di harian Kompas. Judul opini itu…

18 jam ago

Jangan Terjebak Euforia Semu “Nihil Teror”

Hiruk pikuk lini masa media sosial kerap menyajikan kita pemandangan yang serba cepat berubah. Satu…

19 jam ago

Rejuvenasi Pancasila di Tengah Fenomena Zero Terrorist Attack

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Peringatan itu merujuk pada pidato Bung Karno…

20 jam ago

Menjernihkan Makna “Zero Terrorist Attack” : Dari Penanggulangan Aksi Menuju Perang Narasi

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia patut bersyukur karena terbebas dari aksi teror nyata di ruang…

20 jam ago

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

6 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

6 hari ago