Narasi

Warung Buka di Bulan Ramadan dan Logika Menghormati Orang yang Berpuasa

Mungkin selama ini kita tidak asing dengan fenomena penutupan warung secara paksa atau dikenal dengan istilah sweeping yang di lakukan oleh individua tau kelompok saat pelaksanaan puasa bulan Ramadan. Alasan yang sering dan selalu mereka lontarkan tak lain adalah agar mereka menghormati bulan puasa dan umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Fenomena ini merupakan cerminan sikap egois dan kekanak-kanakan dalam beragama. Anak kecil selalu ingin minta diperhatikan, tetapi tidak memahami kehidupan yang lain. Ingin selalu diberi, tetapi tidak mau berbagi. Mereka seolah merasa satu-satunya orang yang memiliki hak. Bukankah sejak kita menginjak bangku sekolah dasar kita sudah diajarkan tentang nilai-nilai toleransi antar umat beragama atau mereka yang berbeda dari kita? Perlu kita ingat, meski Indonesia didominasi oleh warga muslim, tetap saja dalam kerangka ideologi negara Pancasila, keragaman dijamin dan dilindungi. Indonesia bukanlah negara Islam, karena ada hak umat agama lain yang diakui dan dilindungi negara. 

Orang berbeda agama atau seorang muslim yang memiliki alasan syar’I untuk tidak menjalankan puasa memiliki hak untuk makan dan beraktifitas normal di bulan suci. Bulan suci tidak akan menjadi nista akibat aktifitas normal mereka yang berbeda agama. Justru bulan suci menjadi tercoreng akibat perilaku umat Islam yang secara sombong menggangu toleransi.

Dengan dalih “hormatilah yang berpuasa”, seseorang seolah mengemis untuk dihormati dan dimengerti bahwa sejatinya ia tersiksa dan kelaparan. Karena, jika seorang muslim sudah meniatkan pada dirinya untuk berpuasa, meskipun ada warung makan di pinggir jalan atau ada seseorang makan di depannya, maka ia tidak akan tergoda karena keimanan yang dimilikinya.

Sebenarnya meminta dihormati ketika berpuasa justu bukanlah esensi dari menjalankan ibadah puasa itu sendiri. Orang berpuasa seharusnya menyadari akan adanya tujuan yang tidak mudah untuk dilewati oleh siapa yang menjalankannya. Tujuan berpuasa justru adalah mencegah diri dari berbagai keburukan bukan sekedar makan dan minum saja.

Karena maksud dari puasa sendiri ialah menahan hawa nafsu, melatih kesabaran, dan tentunya juga belajar menghormati satu sama lain karena tidak semua agama di wajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadan. Jika umat Islam menyadari selama bulan suci umat Islam sejatinya sudah istimewa dengan panorama bulan suci Ramadan dari sahur hingga menutup mata. Kehidupan umat yang berbeda agama telah memaklumi itu dan menghormati semua peristiwa itu di bulan suci.

Memang seringkali manusia dihadapkan oleh dua pilihan, yakni memberi atau meminta. Namun pada kenyataannya, manusia biasanya lebih dominan meminta dan menuntut sesuatu yang membuatnya enak, nyaman dan mudah bagi dirinya sendiri tanpa melihat kebutuhan orang lain. Mereka justru susah untuk memberi.

Sikap egois inilah yang harusnya mampu dihilangkan umat muslim di bulan Ramadan. Orang berpuasa harusnya mampu belajar untuk menghormati orang lain, bukan malah sebaliknya minta dihormati oleh orang lain. Bukankah hanya orang yang tidak terhormat yang mengemis dan memaksa agar dirinya di hormati?

Puasa sejatinya wadah yang tepat untuk belajar menghormati orang lain dengan memahami bahwa tidak semua orang di Indonesia ini beragama Islam dan menjalankan ibadah puasa. Banyak dari mereka yang memang tidak diwajibkan oleh Tuhannya menahan lapar dari terbit sampai tenggelamnya matahari sebagaimana umat Islam. Dan mereka di bulan suci butuh makanan dan minuman bukan terpaksa mengikuti keinginan umat Islam untuk berpuasa.

Bagi pedagang makanan, penghasil satu-satunya ialah dengan berjualan nasi, dan jika tidak berjualan mereka akan kesusahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berpuasa mestinya mampu membuat orang lain menjadi lebih dewasa dalam kematangan pemikiran, karena ketika berpuasa harusnya manusia belajar memberikan ketenangan kepada ruh dengan sikap sabar dan memiliki sudut pandang yang baik tentang adanya toleransi.

Jangan melupakan bahwa mereka yang meskipun tidak berpuasa juga merupakan saudara-saudara kita yang juga perlu dihormati oleh kita yang sedang berpuasa. Karena bisa saja mereka tidak berpuasa karena alasan kesehatan, datang bulan atau alasan yang lainnya atau mereka adalah yang berbeda agama.

Coba mulai menyadari bahwasanya dengan saling menghormati justru akan menjaga kehormatan masing-masing. Sebab, bila setiap orang hanya minta dihormati, tak satu orang pun yang akan mendapat kehormatan.  Namun, bila ketika kita saling memberi hormat, semua akan mendapat kehormatan.

This post was last modified on 4 April 2023 1:39 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

12 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

12 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

12 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

2 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

2 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

2 hari ago