Narasi

10 Hari Terakhir Ramadan: Menjaga Toleransi dari Api Permusuhan

Sepuluh hari terakhir Ramadan adalah periode yang sangat istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di masa ini, umat Islam berusaha untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebelum bulan suci ini berakhir. Namun, selain menjalankan ibadah secara individu, penting juga untuk memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan, terutama dalam menjaga toleransi dan memadamkan api perpecahan yang dapat mengganggu kedamaian umat. Dalam konteks ini, sepuluh hari terakhir Ramadan menjadi momentum penting untuk mengamalkan nilai-nilai toleransi secara berkelanjutan.

Toleransi merupakan konsep yang mendasar dalam Islam, yang mengajarkan untuk menghormati perbedaan dan memperlakukan sesama dengan adil meskipun memiliki keyakinan yang berbeda. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah sekali-kali kamu turut memusuhi kaum yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu, bahwasanya kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Mumtahanah, Ayat 8). Oleh karena itu, di masa sepuluh hari terakhir Ramadan, umat Muslim diingatkan untuk mengamalkan nilai-nilai toleransi ini dalam setiap interaksi dengan sesama.

Dialog antar umat beragama selama sepuluh hari terakhir Ramadan harus dijaga. Dialog antar umat beragama memainkan peran penting dalam membangun pemahaman dan mengatasi kesalahpahaman yang mungkin timbul di antara kelompok-kelompok berbeda. Di tengah-tengah situasi global yang penuh dengan konflik dan ketegangan antar agama, memperkuat dialog antar umat beragama adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Melalui dialog yang terbuka dan jujur, masyarakat dapat saling memahami dan menemukan titik-titik persamaan yang mempersatukan medija

Dalam sepuluh hari terakhir Ramadan, umat Muslim diingatkan untuk meningkatkan amal kebajikan yang dapat membantu sesama, terlepas dari latar belakang agama atau etnis yang melekat pada mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dengan memperluas cakupan amal kebajikan kita, kita dapat membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Amal kebajikan juga merupakan cara yang efektif untuk memperkuat ikatan sosial dan menumbuhkan rasa persaudaraan di antara umat manusia.

Di era yang gejolak ini, radikalisme telah menjadi ancaman serius bagi kedamaian dan stabilitas sosial. Oleh karena itu, di masa sepuluh hari terakhir Ramadan, umat Muslim diingatkan untuk waspada terhadap upaya-upaya yang mencoba memecah belah masyarakat melalui ideologi radikal dan ekstrem. Sikap moderat dan pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam adalah kunci untuk melawan radikalisme dan mempromosikan toleransi.

Setiap masyarakat memiliki keunikan dan kekayaan budaya yang perlu dihargai dan dilestarikan. Di masa sepuluh hari terakhir Ramadan, umat Muslim diingatkan untuk menghormati tradisi dan kepercayaan yang berbeda dalam masyarakat, tanpa mengorbankan nilai-nilai agama dan moral yang mendasari kehidupan mereka. Dengan menghargai keragaman budaya, kita dapat memperkuat rasa persatuan dan solidaritas di antara berbagai kelompok dalam masyarakat maka niscaya toleransi akan selalu terjaga secara damai. 

Karena itu, di 10 hari terakhir Ramadan ini sangat penting bagi umat untuk menghindari penyebaran pesan kebencian dan diskriminasi di media sosial dan platform online. Media sosial telah menjadi sarana utama bagi penyebaran informasi dan gagasan, namun seringkali juga menjadi tempat untuk menyebarkan kebencian dan prasangka. Di masa sepuluh hari terakhir Ramadan, umat Muslim harus menggunakan medsos secara bertanggung jawab dan menghindari menyebarkan konten yang dapat memicu konflik dan permusuhan. 

This post was last modified on 1 April 2024 1:53 PM

susi rukmini

Recent Posts

DNA Aktivisme Gen Z: Mengelola Genetik Perubahan Anak Muda

Gelombang aktivisme anak muda, khususnya Generasi Z, semakin menjadi sorotan global. Dari Nepal, Bangladesh, Sri…

2 jam ago

Membaca Ulang Jihad ala Gen Z

Ketika berbicara tentang jihad, kerap kali kita terjebak dalam narasi yang sempit dan reduktif, seolah…

2 jam ago

Dakwah Hibrid ala HTI; Dari Menggaet Influencer ke Adaptasi Budaya Populer

Jika ada pentolan HTI yang patut diacungi jempol lantaran lihai bermanuver, maka nama Felix Shiaw…

2 jam ago

Membentuk Gen Z yang Tidak Hanya Cerdas dan Kritis, Tetapi Juga Cinta Perdamaian

Fenomena beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa Gen Z memiliki energi sosial yang luar biasa. Di…

1 hari ago

Dilema Aktivisme Gen-Z; Antara Empati Ketidakadilan dan Narasi Kekerasan

Aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia di akhir Agustus lalu menginspirasi lahirnya gerakan serupa di…

1 hari ago

Menyelamatkan Gerakan Sosial Gen Z dari Eksploitasi Kaum Radikal

Gen Z, yang dikenal sebagai generasi digital native, kini menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena…

1 hari ago