Narasi

2 Orientasi “Apa yang Anda Pikirkan?” di Facebook, dalam Memikirkan Ide-Ide Perdamaian

Di platform sosial media Facebook, ada sebuah (kolom status) dengan pertanyaan menarik yaitu “Apa yang Anda Pikirkan?”. Secara orientasi, pertanyaan demikian mampu melahirkan ketertarikan pemuda dalam mem-posting sesuatu. Maka, sebelum mem-posting sesuatu, pemuda perlu paham dua fungsi secara paradigmatis di balik pertanyaan itu, agar bernilai jihad.

Pertama, mengajak pemuda untuk berpikir secara logis serta penuh kehati-hatian. Sebelum mem-posting atau ingin membuat coretan apa-pun di Facebook. Mengajak pemuda mengasah gagasan dari pada mengedepankan emosi/amarah. Agar, segala yang di-share ke ruang publik (sosial media) tidak memecah-belah, tidak mengandung unsur kebencian dan tidak merobek persatuan di negeri ini.

Pertanyaan “Apa yang Anda Pikirkan?” sejatinya lebih memacu daya-nalar pemuda agar condong membangun argument-argumen logic dalam setiap posting-an yang disebar. Agar, pemuda tidak sekadar menjadikan platform media Facebook sebagai jalan menumpahkan emosi, meluapkan kebencian apalagi menebar kebencian.

Pemuda sebetulnya diajak untuk menghasilkan ide-ide. Tentu, ide selalu mengacu tentang daya berpikir kognitif ke dalam banyak tipe. Berpikir terhadap sesuatu yang akan disebar sama-halnya ingin mengajak pemuda/pemudi di platform Facebook bebas dari hoax, provokasi pemecah-belah apalagi adu-domba.

Pemuda harus memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan dalam kolom yang tersedia sebagai satu landasan jihad. Yaitu membudayakan berpikir sebelum menebar sebuah informasi. Berpikir sebelum menebar sesuatu yang ternyata penuh kebencian. Karena, pikiran akan selalu kritis terhadap segala sesuatu. Termasuk segala hal yang akan disebar pemuda di Facebook agar sesuai dengan pikirannya yang sehat.

Kedua, pertanyaan tersebut pada dasarnya sebagai rangsangan berpikir bagi pemuda, untuk menghasilkan ide-ide perdamaian di sosial media. Sebagaimana, ada begitu banyak gagasan-gagasan atau ide-ide perdamaian yang dapat dibentuk berdasarkan apa yang dipikirkan secara mendalam. Sebagaimana, pertanyaan yang ada di platform Facebook itu perlu dimanfaatkan pemuda. Untuk memikirkan perihal ide kebangsaan yang bisa membangun perdamaian dan persatuan di negeri ini.

Ide tentang perdamaian tentu tidak melulu formal dalam kajian-kajian akademik. Sebab, masyarakat secara mayoritas hampir menjadikan platform sosial media seperti Facebook sebagai “dunia kedua” yang transparan tetapi memengaruhi dunia yang nyata. Sehingga, segala posting-an yang tersebar bisa berdampak ke dalam banyak kebaikan dan juga keburukan.

Maka, kalau kita mengacu ke dalam orientasi di balik pertanyaan “Apa yang Anda Pikirkan?” di Facebook. Maka, di situlah pemuda ditantang untuk berpikir ide-ide yang bisa membawa manfaat bagi bangsa ini. Ide yang dimaksud bukan layaknya Journal utuh, artikel utuh atau tulisan-tulisan ilmiah yang harus beratus-ratus kata itu. Sebab, ide-ide perdamaian itu bisa dibangun hanya satu kalimat atau bahkan beberapa kalimat saja.

Ketika pemuda Indonesia giat memanfaatkan pertanyaan di Facebook itu secara aktif. Semua memikirkan ide-ide perdamaian dan disebar ke ruang publik (sosial media). Sehingga, ini akan menanam semacam edukasi sekaligus reduksi. Yaitu: edukasi terhadap masyarakat agar bisa menjaga/memperkuat/mempertahankan perdamaian. Serta mereduksi paham-paham yang sengaja ingin menghancurkan perdamaian/persatuan itu sendiri.            

Posting-an kata-kata yang sedikit walau-pun hanya lima kata, tetapi bisa mengubah ratusan dan bahkan ribuan pikiran masyarakat di sosial media Facebook. Lalu menjadi cinta perdamaian dan memiliki kesadaran cinta tanah air. Maka, ini merupakan langkah yang sangat paradigmatis untuk dibangun oleh para pemuda. Dalam memikirkan ide-ide perdamaian platform Facebook.

This post was last modified on 15 Juni 2023 10:32 AM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

21 jam ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

21 jam ago

KH. Syukron Makmun: Singa Podium, Pelestari Akidah Ahlussunnah, dan Konter Wahabi

Di tengah ketegangan antarumat Islam akibat ikhtilaf mengenai hukum musik, yang diprakarsai oleh Wahabi dan…

21 jam ago

Gotong Royong: Menangkal Cacat Paham Individualisme Agama

Indonesia berdiri di atas keragaman sebagai salah satu pondasi utamanya. Oleh karena itu, keragaman itu…

21 jam ago

Noktah Hitam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Indonesia Dalam Kacamata Umat Beragama

Situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia saat ini tidak dalam keadaan “baik-baik saja”.…

2 hari ago

Toleransi Bukan Sekedar Menghormati, Tetapi Menjamin Hak yang Berbeda

Egoisme beragama adalah salah satu penghambat dalam membangun harmoni sosial antar umat beragama. Fenomena ini…

2 hari ago