Seiring berkembangnya teknologi, perkembangan paham radikalime pun juga ikut meningkat, hal ini bisa dilihat dari gerakan-gerakannya yang muncul di media sosial. Radikalisme adalah embrio terorisme. Mereka selalu mendambakan peruban secara total dan revolusioner, dengan menghalalkan segala macam cara, ada yang lewat kekerasan dan aksi-aksi ekstrem.
Terdapat ciri-ciri orang yang berpaham radikal, seperti intoleran (tidak mau menerima dan menghargai pendapat dan keyakinan orang lain), fanatic buta (selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah), eksklusif (membedakan diri dari umat muslim lainya), dan revolusioner (lebih condong menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan; menghalalkan segala cara).
Selain memiliki sikap danp aham radikal, ternyata ada faktor lain yang menjadikan seseorang terjerumus pada kubangan terorisme. Pertama, faktor domestik, yaitu kondisi yang terjepit perekonimian atau kemiskinan, dan ketidakadilan. Kedua, faktor internasional, yaitu pengaruh dari luar negeri yang memberikan api sentiment keagamaan, seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan impreialisme.
Ketiga, faktor kultural yang sangat berhubungan dengan pemahaman keagamaan dangkal, penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah). Sikap, pemahaman radikal, dan motivasi-motivasi tersebut yang seringkali mendorong seseorang memilih jalan bergabung dengan jaringan dan tindak terorisme.
Seiring berkembangnya revolusi bidang teknologi informasi saat ini, terutama jaringan website dan media sosial sangat mengambil peranan dalam kehidupan setiap individu dan dapat berkembang menjadi senjata persuasi massal yang telah berpengaruh dahsyat terhadap pikiran dan cara pandang masyarakat saat ini. Secara empiris, revolusi bidang teknologi informasi juga telah meningkatkan koneksitas antar individu, melampaui sekat ruang dan waktu.
Akses informasi begitu cepat, intens, masif dan dalam spektrum jangkauan yang massal dan luas. Paparan informasi yang demikian telah menjadikan media sosial menjadi instrumen baru yang bernilai strategis bagi berbagai kepentingan. Tiap individu menjadi subjek dan sekaligus objek dari tindakan komunikasi yang intens. Keputusan terdesentralisasi di tangan tiap individu.
Siapapun yang bisa menjangkau dan membangun hubungan secara intens dengan setiap individu maka memiliki peluang besar untuk mempersuasi pikiran dan tindakan dalam kerangka kepentingan tertentu seperti bisnis, politik, ideology dan juga berpeluang terhadap adanya penyebaran radikalisme yang dilakukan oleh oknum-oknum penyebar radikalisme di media sosial.
Peran Generasi Milenial
Generasi milenial sebagai agent of change, yakni bertindak untuk menginisiasi perubahan garda terdepan dalam proses perjuangan, dan pembangunan bangsa. Pada konteks kekinian, perjuangan generasi milenial yang real adalah dengan mempropagandakan konten-konten perdamaian untuk menutup konten berpaham radikal. Upaya tersebut merupakan usaha yang paling jitu untuk kontra narasi berpaham radikal dan menurunkan ratingakun-akun penyebar propaganda terorisme.
Wallahu a’lam bi al-shawaab
This post was last modified on 15 Juni 2023 10:35 AM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…