Narasi

Cerita Heroisme Perempuan dalam Perang; Motivasi atau Propaganda Radikal?

Belakangan ini, seiring dengan bertambuh-suburnya alat komunikasi, informasi dengan begitu mudahnya menyebar luas. Sisi positifnya, masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang terinformasi sehingga seiring waktu masyarakat cenderung menjadi lebih cerdas dan berpengetahuan. Namun, sisi negatifnya, karena tidak ditopang oleh infrastruktur berpikir yang mapan, banyak dari masyarakat kita yang akhirnya salah dalam menilai dan memahami informasi yang menyebabkan mereka terjebak dalam pemahaman yang salah dan sesat.

Konten-konten sejarah tentang seputar jejak heroisme perempuan dalam sejarah perang Islam, misalnya, yang karena berbalut dan beririsan dengan sejarah agama, dipercaya begitu saja tanpa mau mempertanyakan sudut pandang si penyampai. Cerita dan kisah-kisah itu ditelan mentah-mentah dan dianggap sebagai kebenaran absolut. Cerita sejarah yang termuat mungkin tidak salah, akan tetapi sudut pandang si penyampai ceritalah yang kadang bermasalah. Yakni, menjadikan cerita-cerita sejarah itu sebagai alat propaganda.

Sebagai contoh, tak sedikit konten-konten yang menggambarkan heroisme perempuan dalam sejarah perang Islam sebagai alat untuk memperkuat narasi radikal, yang bertujuan untuk merekrut anggota baru, membangun solidaritas di antara simpatisan, dan melegitimasi tindakan kekerasan. Kelompok-kelompok radikal memanfaatkan kisah-kisah tentang perempuan-pejuang seperti Aisyah, Khadijah, dan Fatimah untuk membangun citra pahlawan yang memperjuangkan agama dan mengorbankan diri untuk kepentingan umat Islam.

Propaganda radikal berkedok cerita heroisme perempuan dalam sejarah perang Islam juga sering menggambarkan perempuan sebagai pelaku yang sama pentingnya dengan pria dalam menjalankan perang dan jihad. Mereka menyoroti peran-peran penting perempuan dalam mendukung pasukan, menyediakan bantuan medis, dan memperkuat semangat perjuangan. Namun, cerita-cerita ini diputarbalikkan atau disalahgunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan, baik dalam konteks perang maupun kehidupan sehari-hari.

Karena itu, sangat penting bagi kita untuk waspada terhadap propaganda radikal berkedok cerita heroisme perempuan dalam sejarah perang Islam. Kisah sejarah dalam memang nilai-nilai positif yang dapat menginspirasi, namun penting untuk disadari bahwa kelompok-kelompok radikal sering kali memanfaatkan cerita-cerita ini untuk tujuan politik atau ideologis tertentu. Mereka memilih bagian-bagian cerita yang mendukung narasi mereka, dan mengabaikan konteks sejarah yang lebih luas atau interpretasi yang lebih moderat.

Kiat Menghindari Propaganda Radikal yang Berkedok Sejarah Heroisme Perempuan

Terdapat beberapa cara bagi kita untuk menghindari propaganda Radikal  yang berkedok cerita-cerita sejarah semacam itu. Pertama; memahami teks narasinya. Narasi heroisme yang inspiratif dan propaganda radikal terletak pada konteks dan niat di balik cerita tersebut. Kisah-kisah tentang perempuan yang menghadapi rintangan dan mengatasi tantangan dalam perang bisa menjadi sumber motivasi yang sangat kuat bagi individu yang mencari keberanian dan ketabahan. Mereka menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan pria dalam mengatasi cobaan dan menjalani peran yang penting dalam sejarah. Namun, ketika cerita-cerita ini disalahgunakan untuk membenarkan kekerasan atau menyesatkan individu untuk bergabung dalam gerakan radikal, ini jelas adalah propaganda.

Kedua; memahami konteks cerita.

Memahami konteks di balik cerita heroisme perempuan dalam perang adalah cara efektif untuk memahami maksud si penyampai cerita: motivasi atau sedang melakukan propaganda. Jika tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat dan memberikan inspirasi bagi perempuan untuk mengejar impian mereka, maka cerita-cerita ini dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. Namun, jika cerita tersebut dimanipulasi untuk memperkuat agenda politik atau ideologis tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa itu adalah serangkaian propaganda.

This post was last modified on 5 Maret 2024 1:43 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

11 jam ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

11 jam ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

11 jam ago

Pancasila : Jalan Tengah Menerapkan Syariat di Tengah Pluralitas

Di jantung kepulauan Nusantara, tersembunyi kearifan-kearifan purba yang tak lekang oleh waktu. Dari tanah Sulawesi,…

2 hari ago

Rekontruksi Tafsir “Syariat” di Negeri Multikultural

Setiap manusia dalam lingkaran kehidupannya pasti selalu dikelilingi dengan aturan-aturan syariat. Karena di dalam syariat…

2 hari ago

Benarkah Menolak Formalisasi Syariah Berarti Anti-Islam?

Agenda formalisasi syariah tampaknya masih menjadi isu seksi yang terus digaungkan oleh kelompok radikal teroris.…

2 hari ago