Dalam kehidupan negara demokrasi, kritis mengkrtisi tentu sangat diperbolehkan. Termasuk mengkritisi penguasa. Para pengkritik kebijakan penguasa dan pemerintah hal itu kita kenal dengan pihak oposisi. Salah satu ormas Islam yang terlihat begitu santer dan sering mengkritisi pemerintah adalah FPI. Dalam setiap dakwah keislamannya, dialah FPI yang selalu mengkritisi Jokowi dan kabinetnya.
Tentu, di saat melemahnya gerakan oposisi dalam tubuh kekuasaan kita, baik dari parlemen maupun dari partai politik, di satu sisi kita patut berterimakasih kepada FPI yang selama ini turut serta menjadi penyeimbang kekuasaan kita dalam setiap dakwah keislamannya. Sebab, hal itu bisa berdampak baik terhadap perkembangan demokrasi kita. Artinya agar penguasa tak semena-mena dan semaunya saja dalam membuat kebijakan.
Namun, satu hal yang mesti jadi catatan penting bagi FPI dan para anggotanya, yakni, jangan sampai berlaku anarkis. Mengkritisi pemerintah dengan segala kekurangannya itu sah-sah saja, bahkan dijamin oleh konstitusi. Tetapi, dengan niatan mengkritisi, namun disertai perilaku anarkis dan semena-mena, merusak fasilitas publik dan semacamnya, hal itu tak dapat kita benarkan.
Evaluasi diri dan memperbaiki gerakana oposan itulah yang harus dilakukan FPI sekarang. Maksudnya, bagaimana ke depan dalam dakwah keislamannya yang santer mempoisikan diri sebagai oposan FPI harus lebih elegan dan konstitusional lagi dalam menyatakan kritik konstruktifnya.
Sebagai oposan non-partai dan non-palemen, tetapi dari kelompok Islam, FPI harus menunnjukkan karakter ke-oposisiannya yang benar-benar menampilkan nilai-nilai keislaman. Membela kemaslahatan umat. Tidak boleh sembarangan. Harus tersusun dan terstruktur secara rapi sebagai sebuah gerakan Islam oposan di Indonesia.
Penulis meyakini, dengan begitu FPI dan posisinya sebagai kelompok Islam oposan akan berdampak cukup baik bagi kehidupan negeri ini. Tak akan meresahkan dan tak akan mengacaukan stabilitas dan keamanan nasional. Kematian enak laskar FPI yang ditembaki oleh Polri itu harus menjadi pelajaran bagi gerakan oposan FPI, yang artinya kedepannya FPI harus menampakkan wajahnya sebagai opoasan sejati. Bukan seperti oposan yang tampak ingin menghancurkan keutuhan NKRI.
Penembakan terhadap enam laskar FPI oleh anggota Polri bukan berarti dapat dibenarkan. Hal itu penulis pikir terlalu berlibahan. Sebab, sejauh ini belum ada bukti kongkret bahwa enam laskar FPI itu melakukan perlawanan. Tetapi marilah kita serahkan semua itu kepada pihak yang berwajib untuk menyelesaikannya. Ada hukum. Dan hukum pasti mengadili.
FPI perlu mengambil pelajaran besar dari itu. Bahwa karakter gerakan oposannnya yang selama ini tampak seperti preman perlu dibenahi. Kritik dan sarannya untuk keberlangsungan bangsa ini tentu sangat dibutuhkan. Tapi, tindakan-tindakan anarkisnya yang selama ini terperagakan dengan cukup mengerikan perlu ditinggalkan.
This post was last modified on 17 Desember 2020 4:34 PM
Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…
Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…
Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…
Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…
Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…
Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…