Categories: Kebangsaan

Guru dan Tanggungjawab Kemanusiaan

Education is the key to success in life, and teachers make a lasting impact in the lives of their students. Solomon Ortiz

Benarlah kiranya jika Sayidina Ali Rodiallahuanhu mengatakan man alamaniy harfan fa ana ‘abdi, (barang siapa yang mengajarkan kepada saya satu huruf saja maka saya akan sanggup menjadi hamba sahaya baginya). Begitu besar penghargaan yang diberikan oleh Ali kepada gurunya, karena guru adalah pelita bagi kegelapan dan oase bagi gersangnya kebudayaan. Tidak terbilang jasa guru, tidak terukur teladan yang diberikannya bagi anak negeri ini.

Minggu ini dunia memperingat jasa guru, duniah telah menghadiahkan satu hari dalam setahun sebagai hari guru sedunia yang setiap tahunya diperingati pada tanggal 5 Oktober. Hari guru ini diperingati tidak lain untuk mengingatkan kepada para cerdik pandai akan pentingnya jasa guru; tanpa guru niscaya kebudayaan akan berhenti, dan jahiliah akan kembali bersemi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana rusaknya dunia jika ilmu pengetahuan berhenti tersebar dan teladan telah hilang dari kehidupan. Kekerasan, kebodohan, kehidupan yang egois dan tentu saja, akal akan menjadi bomerang bagi manusia.

Sudah banyak penghargaan simbolik yang diberikan oleh institusi-institusi mulain tingkat lokal sampai internasional untuk guru. Namun terlepas dari hal itu, ada hal mendesak lain yang harus segera dilakukankan, yakni mengejawantahkan penghargaan tersebut pada karya nyata. Tidak ada yang lebih indah yang pernah diberikan oleh guru selain ilmu pengetahuan, cinta kasih dan keteladanan. Tiga hal inilah yang seharusnya dibudidayakan, dikembangkan dan dideseminasikan dimanapun kita berada.

Walaupun guru adalah garda terdepan untuk tiga hal tersebut, tetapi pada hakekatnya setiap orang bisa melakukan tiga hal itu karena ketiganya adalah potensi asasi yang dimiliki setiap manusia. Ilmu pengetahuan, kasih sayang, dan keteladanan, adalah 3 hal yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.

Ilmu pengetahuan adalah kunci, tidak ada kemajuan yang lahir tanpa ilmu pengetahuan. Kasih sayang adalah karakter yang harus menempel kepada siapupun yang berilmu, tanpa kasih sayang ilmu akan membawa bencana besar. Perilaku kekerasan bersenjata, kekerasan, penipuan dan tindakan koruptif adalah buah dari ilmu pengetahuan yang tidak diikuti oleh cinta kasih.

Allah berfirman “Iqra’ Bismirabbik…” bacalah dengan nama Tuhan. Statemen ini secara gamblang menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa didasari landasan cinta kasih yang menjadi sifat Tuhan. Warisan penting lain dari seorang guru adalah teladan. Secerdik apapun manusia, namun tanpa dibarengi dengan teladan dalam dirinya, maka Ia tidak akan mampu menularkan kebaikan secara maksimal. Teladan harus dimiliki siapapun yang menginginkan negeri ini menjadi lebih baik. Bayangkan jika semua orang mampu memberikan teladan kebaikan, sekecil apapun bentunya, niscaya hal itu akan memberikan kontribusi penting bagi kehidupan.

Di hari guru sedunia ini, kita semua diingatkan untuk terus menjaga ketiganya; kesempurnaan kita sebagai pembelajar diuji dari kemampuan kita untuk bisa terus menyebarkan ilmu pengetahuan, memberikan kasih sayang dan memberi teladan bagi sesama. Marilah kita berdoa semoga guru-guru kita menjadi guru yang khusnu khatimah karena murid-muridnya. Salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya adalah ilmu bermafaat. Semoga kita semua menjadi pembelajar yang membahagiakan guru dengan senantiasa membagikan ilmu pengetahuan, menebar kasih sayang dan menjadi teladan untuk kebaikan. Mari kita tundukan sejenak kepala kita untuk mengenang jasa dan kemudian berdoa untuk seluruh guru di dunia.

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

7 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

7 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

7 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

7 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago