Narasi

Hari Santri Menyambut Kepemimpinan Baru

Pergantian kekuasaan di Indonesia sering kali memunculkan potensi konflik horizontal di tengah masyarakat. Kondisi ini tidak terlepas dari polarisasi politik yang biasanya menguat selama masa pemilu. Meski demikian, kehadiran pemimpin baru melalui pelantikan Presiden dan Wakil Presiden seharusnya menjadi momen yang dimanfaatkan sebagai sarana rekonsiliasi, bukan sebagai pemicu ketegangan baru.

Peringatan Hari Santri Nasional dengan tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” menjadi penting dalam menjaga stabilitas sosial-politik Indonesia. Rekonsiliasi pasca pemilu merupakan langkah yang mendesak dan krusial. Sejarah menunjukkan bahwa langkah-langkah rekonsiliasi yang diambil segera setelah pemilu dapat secara efektif mengurangi polarisasi di masyarakat.

Sebagai contoh, pada pemilu 2019, ketika Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto berjabat tangan usai persaingan yang ketat, hal ini memberikan pesan simbolis yang kuat tentang pentingnya persatuan dan stabilitas nasional. Sikap seperti ini tidak hanya meredakan ketegangan politik, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi dan legitimasi pemerintahan yang baru.

Para tokoh bangsa, khususnya tokoh agama dan masyarakat sipil, memiliki peran strategis dalam menyerukan dan memfasilitasi rekonsiliasi nasional. PP Muhammadiyah, misalnya, telah berulang kali menginisiasi pertemuan antara berbagai tokoh untuk mempromosikan persatuan dan saling dukung dalam demokrasi yang seimbang. Langkah ini menekankan pentingnya partisipasi berbagai elemen masyarakat, termasuk ulama dan santri, dalam mempromosikan perdamaian serta persatuan nasional.

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober bertepatan dengan momentum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang biasanya terjadi pada bulan yang sama. Peringatan ini bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga pengingat akan kontribusi besar para santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan karakter bangsa. Peran santri dalam mengedepankan nilai-nilai keagamaan dan nasionalisme menjadi semakin relevan ketika dihadapkan pada tantangan pemerintahan baru yang membutuhkan dukungan dan kepercayaan masyarakat.

Santri, dengan prinsip keilmuan dan keagamaannya, dapat menjadi mediator dan agen perdamaian di tengah masyarakat yang terpecah oleh perbedaan politik. Nilai-nilai yang diusung oleh santri, seperti keadilan, moderasi, dan kepedulian terhadap sesama, sejalan dengan maqashid syariah atau tujuan-tujuan syariat.

Pemerintahan di Indonesia tidak hanya terlegitimasi secara hukum, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara adil dan berkelanjutan. Rekonsiliasi pasca pemilu merupakan upaya untuk melindungi stabilitas sosial dan politik yang menjadi prasyarat bagi keberlangsungan pemerintahan yang amanah.

Pemerintahan yang baru, dalam hal ini, diharapkan mampu merangkul seluruh elemen masyarakat dan menjamin terpenuhinya hak-hak dasar warga negara. Keberhasilan dalam merangkul semua elemen masyarakat, termasuk kelompok-kelompok yang sebelumnya berseberangan secara politik, menjadi indikator penting bagi legitimasi dan keberhasilan pemerintahan tersebut. Dengan mengedepankan nilai-nilai maqashid syariah, pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya berpihak pada satu kelompok tertentu, tetapi mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang politik, agama, atau etnis.

Santri memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada stabilitas sosial-politik di Indonesia. Dengan prinsip keislaman yang mengedepankan moderasi dan toleransi, santri dapat menjadi teladan dalam merajut kembali ikatan sosial yang sempat terputus akibat perbedaan politik. Peran aktif santri dalam menjaga persatuan dan perdamaian tidak hanya menunjukkan komitmen mereka dalam merawat bangsa, tetapi juga menegaskan semangat tema Hari Santri 2024: “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.”

Pergantian kekuasaan di Indonesia harus menjadi momentum rekonsiliasi, bukan arena tensi baru. Dengan peran aktif santri, Indonesia dapat memastikan stabilitas sosial-politik dan pembangunan berkelanjutan di masa depan. Peringatan Hari Santri harus menjadi refleksi dan motivasi bagi seluruh elemen bangsa untuk terus merawat persatuan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Ernawati Ernawati

Recent Posts

Kesiapsiagaan Merupakan Daya Tangkal dalam Pencegahan Terorisme

Ancaman terorisme yang terus berkembang bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan pendekatan konvensional atau sekadar…

1 hari ago

Zero Attack; Benarkah Terorisme Telah Berakhir?

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia tampak lebih tenang dari bayang-bayang terorisme yang pernah begitu dominan…

1 hari ago

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk…

2 hari ago

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah…

2 hari ago

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok…

2 hari ago

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

3 hari ago