Narasi

Ilmu Tanpa Akhlak, Merusak!

Dalam kadar yang rendah, manusia tanpa akhlak akan menjadikan dirinya lupa diri dan condong merusak. Manusia akan melakukan sesuatu tanpa didasari management diri There is consideration for that. Apakah tindakan tersebut baik bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya. Pengetahuan tanpa akhlak, manusia akan terus bergerak melakukan sesuatu dengan hanya mengikuti akal, hawa nafsu dan ego diri tanpa pertimbangan etis.

Sehingga, agama hadir sebetulnya untuk meniscayakan kesadaran manusia yang berakhlak. Agar menjadikan manusia yang bertanggung-jawab secara moral, sosial, kemanusiaan dan peradaban di segala bidang. Sebagai kontrol diri untuk melakukan apa dan bagaimana agar tidak terjebak ke dalam hawa nafsu, ego diri dan akal busuk untuk berbuat kejahatan. 

Termasuk dalam dunia pendidikan yang harus mengedepankan akhlak. Hal ini berfungsi sebagai (bungkus) dari segala bidang pengetahuan yang dipelajari. Agar digunakan pada jalur yang baik, bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.

Misalnya pendidikan di sekolah yang berfokus dalam pengembangan ilmu pengetahuan teknologi informasi. Tentu mereka akan mampu menguasai bagian-bagian perangkat lunak atau segenap trik pengoperasian teknologi yang begitu sulit dan luas.

Semua pengetahuan ini, jika tidak dibungkus dengan akhlak, niscaya pengetahuan tersebut akan disalahgunakan. Misalnya dimanfaatkan untuk melancarkan kejahatan-kejahatan berbasis digital. Layaknya hoax, provokasi, pencurian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kejahatan digital.

Maka, agama sebetulnya sebagai ruh dari semua disiplin pengetahuan di dalam dunia pendidikan. Artinya, mengoptimalkan pendidikan keagamaan yang lebih mengedepankan nilai-nilai etika yang baik. Sebetulnya membangun Wrap yourself up. Bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang dipelajari agar bisa berguna, bermanfaat dan mampu menguatkan semangat cinta tanah air misalnya.

Sehingga, pendidikan keagamaan harus menumbuhkan semangat keagamaan yang lebih menonjolkan akhlak dan budi pekerti manusia. Menumbuhkan “aturan diri” dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Karena akhlak yang menjadi sublimasi dari segala hal dalam kehidupan manusia. Termasuk bungkus (ruh) dari segala pengetahuan. Misalnya, orang yang akhlaknya baik, niscaya dia akan mengedepankan keadilan dalam pembentukan hukum yang baik pula. Begitu juga dengan orang yang aktif di dunia digital, dia akan menyebarkan hal-hal yang positif, konstruktif dan bermanfaat bagi orang lain. Karena dengan kadar yang tinggi, akhlak akan menjadikan seseorang bisa bijaksana dalam segala hal.

Tetapi justru sebaliknya, orang tanpa akhlak, niscaya akan memudahkan dirinya untuk melakukan sesuatu tanpa kontrol diri dan justru merusak. Karena jika kita pahami, agama sejatinya menjadi substansi penting dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan. Karena agama dalam kadar yang luas, di dalamnya memiliki nilai-nilai etis bagaimana cara kita berhubungan dengan-Nya, ber-sosial, menyikapi keragaman, perihal ekonomi, semangat kenegaraan, ilmu kesehatan, pembentukan hukum dan bahkan dalam bidang scientific lainnya. 

Semua bidang pengetahuan yang disebutkan di atas, niscaya mengidentifikasi agama secara fungsi dan peranan mampu menjembatani kehidupan manusia secara menyeluruh yang harus dilandasi oleh kesadaran-kesadaran etis. Agama harus tumbuh sebagai jalan dan perilaku manusia dalam segala pengetahuan yang dia miliki. Agar semua pikiran dan tindakannya, bisa memiliki kesadaran untuk membentuk semacam pertimbangan etis tersebut.            

Oleh karena itu, sangat penting untuk menumbuhkan akhlak dalam pendidikan sebagai (ruh) yang membungkus segala pengetahuan. Sebagai “kontrol diri” di dalam berselancar dalam dunia pendidikan. Agama berbasis akhlak harus menjadi tameng dari berbagai disiplin pengetahuan. Dengan cara inilah, dunia pendidikan akan membentuk dan menumbuhkan kesadaran manusia-manusia yang bertanggung-jawab dan berakhlak yang baik.

This post was last modified on 15 Maret 2021 1:24 PM

Amil Nur fatimah

Mahasiswa S1 Farmasi di STIKES Dr. Soebandhi Jember

Recent Posts

Dari Suriah ke Sudan; Bagaimana Ekstremis Mengeksploitasi Konflik Sosial-Politik?

Ibarat kendaraan bermotor, gerakan ekstremisme juga butuh bahan bakar. Jika mobil atau motor bahan bakarnya…

22 jam ago

“Glokalisasi Pancasila” & Ramuan Ciamik Harmoni Nusantara

Diskursus kebangsaan kita sering kali terjebak dalam dua tarikan ekstrem. Di satu sisi, terdapat kerinduan,…

22 jam ago

Eksploitasi Ideologi Mengatasnamakan Hijrah dan Jihad Semu

Propaganda terbaru ISIS melalui majalah al-Naba’ (2025) yang menyerukan ajakan berjihad ke Sudan merupakan bukti…

23 jam ago

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya…

2 hari ago

Ilusi Persatuan Global; Meneguhkan Nasionalisme di Tengah Dunia Multipolar

Kelompok ekstremis terutama ISIS tampaknya tidak pernah kehabisan materi propaganda kekerasan. Setelah revolusi Suriah berakhir…

2 hari ago

Menakar Ukhuwah Global dan Kompromi Pancasila Sebagai Benteng Persatuan Dunia

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ukhuwah global sering digaungkan sebagai cita-cita luhur umat manusia—sebuah gagasan…

2 hari ago