Surga dapat diperoleh melalui smartphone dengan fasilitas internet yang ditawarkannya. Surga bukanlah benda yang kasatmata melainkan sebuah “janji” yang bisa dilihat seusai mati, atau dimensi lain dari dunia ini. Dalam Islam, surga dapat diperoleh di antaranya melalui simpati dan toleran terhadap sesama dan saling mendoakan untuk kebaikan.
Smartphone dengan fasilitas internet menawarkan iming-iming masuk surga melalui beragam postingan dalam media sosial; Facebook dll, atau website yang menampilkan beragam musibah, penderitaan dan bencana dari belahan dunia dengan cara klik tombol like, share atau ketik amin pada kolom komentar. Secara praktis bagi si pemberi like, share, atau komentar akan merasa turut serta berpartisipasi dan mendoakan korban yang terdapat dalam postingan tersebut. Sebagai imbalan atas like, share dan komentar, si pemosting berita akan mendoakan masuk surga bagi partisipan.
Tidak jelas apakah postingan berupa gambar yang disebarluakan dalam dunia maya tersebut telah melalui konfirmasi dan validitas atau justru hanya bagian dari rekayasa desain, semisal photoshop? Seharusnya, menjadi perhatian bersama untuk memfilter maraknya berita-berita hoax (palsu) yang terjadi saat ini. Perlu adanya pendalaman terhadap motivasi di balik penyebaran berita duka duka tersebut yang sengaja dilakukan pemilik akau. Dimungkinkan karena pemilik akun memiliki kepedulian yang besar terhadap penderitaan korban atau justru untuk tujuan lain, misal memperkaya diri.
Postingan tersebut berdasar kepedulian tinggi, sekedar memberikan informasi atau sengaja mempostingnya untuk menambah jumlah like, share dan meningkatkan rating pada halaman atau website. Di era digital saat ini, jumlah like dan pengunjung sangat berperan terhadap bisnis online untuk menarik pengiklan di halamannya, kemudian berujung pada pendapatan honor dari pemasangan iklan dan bonus dari goggle, hanya bermodalkan smartphone.
Smartphone dengan akses internet secara tidak disadari sebenarnya mepunyai peran besar dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran pemakainya. Kemudahan dalam mengakses informasi dan mengupload ini pula yang sering dimanfaatkan untuk belajar dan digunakan oleh oknum yang berfikiran negatif untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan negatifnya.
Sebelum adanya smartphone dan internet, dunia bagaikan sosok yang rahasia dan sulit untuk mengakses informasi terkait fenomena-fenomena dari belahan dunia lain yang sedang terjadi. Namun, sekarang bukan hal yang mustahil bahkan terlalu mudah untuk mengakses segala informasi dan fenomena terupdate bahkan sedang terjadi dari belahan dunia yang lain, cukup dengan sebuah smartphone.
Tidak adanya batasan umur terhadap pengguna Smartphone turut membiaskan status antara kota dan desa, dewasa dan anak-anak. Lebih memprihatinkan adalah biasnya batasan antara dunia maya dan dunia nyata. Beragam konten yang tersedia di dalamnya sarat dengan serangan virtual, khususnya ideologi terhadap anak-anak yang masih rentan dalam berfikir.
Dunia maya semacam media interaksi atau Sosmed, semisal Facebook menawarkan dunia rekaan dengan memiliki banyak teman di dalamnya dari berbagai negara di dunia. Nahasnya, status pertemanan yang terdapat dalam facebook pun tidak jarang adalah orang yang tidak pernah bersinggungan secara langsung atau dikenal dalam keseharian si pemilik akun.
Dengan dalih tidak saling mengenal dalam dunia nyata, tidak jarang pula ditemui akun yang menggunakan nama dan foto profil palsu. Melalui akun palsu tersebut, pemilik akun menjadi leluasa dalam memfitnah dan memaki satu sama lain, tidak terkecuali presiden dan staf pemerintahan seperti gambar-gambar yang melecehkan Jokowi (google.com). Pemerintah harus lebih reaktif dalam menyikapi postingan dan status yang bersifat menghina negara, karena jika dibiarkan terus menerus akan menurunkan martabat dan kecintaan terhadap sebuah bangsa.
Cinta tanah air termasuk bagian penting dalam agama Islam sebagaimana istilah “Hubbul Wathon Minal Iman” atau cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Peran agama yang sarat dengan humanisme dan toleran seakan terabai oleh berbagai status, komentar dengan konten yang berisi pelecehan, penyelewengan tafsir dan pencemaran agama bahkan sampai kepada mengkafirkan rekan seagama dan mengharamkan surga.
Cinta kepada tanah air turut menjadi tanggungjawab setiap orangtua untuk ditanamkan pada putra-putrinya. Orangtua dituntut untuk ikut serta dalam pengawasan dan pembatasan terhadap konsumsi internet yang dilakukan anak-anaknya agar tidak secara mentah-mentah menelan apa yang didapatkannya dari internet. Diperlukan adanya pengawasan, pembatasan dan penjelasan kepada anak-anak untuk menanggulangi dampak negatif dunia online yang mengiming-imingi surga.
Sudahkah kita melakukan penanggulangan dari dampak negatif internet terhadap keluarga atau masih teriming-imingi surga?
This post was last modified on 24 September 2016 10:52 AM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…