Baru-baru ini, dalam tulisannya yang berjudul ”Jangan Berlebihan-lebihan” di Harian Kompas KH. Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus memberi kita nasihat penting. Yakni, pentingnya bersikap sewajarnya dalam menyikapi kontestasi politik 2024, utamanya dalam soal dukung-mendukung pasangan capres-cawapres yang kita idolakan.
Gus Mus menasihati kita agar tidak berlebihan-lebihan dalam menyikapi Pemilu 2024. Gus Mus menekankan pentingnya menjaga kedamaian dan kesatuan di tengah perbedaan pandangan politik. Menyadari bahwa perbedaan pilihan politik adalah hal yang wajar dalam berdemokrasi.
Gus Mus mengajak kita untuk bersikap waras dan tidak terjebak dalam fanatisme buta yang bisa memicu konflik. Gus Mus mengatakan: “ Di tengah riuh-rendahnya kompetisi politik … Kita perlu bersikap moderat dan sedang-sedang saja dalam segala hal. Jangan sampai kita berlebih-lebihan.”
Untuk itu, menurut Gus Mus, kita perlu sedikit menyisakan ruang keraguan bagi capres-cawapres yang kita dukung untuk memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam sikap politik yang fanatik. Sebab, dengan cara menyisakan keraguan itulah kita dapat melihat secara proporsional. Bahwa capres-cawapres yang kita anggap sempurna, tidak sepenuhnya sempurna. Sehingga tak perlu dibela secara mati-matian hingga menimbulkan konflik.
Nasihat Gus Mus ini mencerminkan bahwa menjauhi polarisasi dan konflik yang dapat merugikan bangsa lebih penting dari segalanya. Gus Mus menegaskan bahwa demokrasi seharusnya menjadi alat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama, bukan sumber perpecahan dan konflik politik. Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa masing-masing pihak harus menjaga sikap kritis, tetapi tetap menghormati pendapat orang lain.
Selain itu, Gus Mus juga mengingatkan kita akan bahaya sikap berlebihan dalam mendukung calon tertentu. Ia menekankan bahwa fanatisme buta dapat merusak nilai-nilai kebangsaan dan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Sebab, fanatisme buta dalam mendukung calon tertentu hanya akan menghasilkan pertikaian, alih-alih persatuan.
Oleh karena itu, Gus Mus mengajak kita untuk bersikap arif dan bijaksana dalam menyikali Pemilu, tidak terjebak dalam emosi yang dapat merugikan diri sendiri, bangsa, dan negara. Rasanya sangat tidak elok bila bangsa ini terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik semata.
Menurut Gus Mus, pemilu hanyalah perantara. Bukan tujuan. Gus Mus mengatakan: “Pemilu hanyalah wasilah atau sarana saja untuk meraih al-maqshad al-a’dzam alias tujuan besar: yaitu negara Indonesia yang bineka, melindungi semua, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.”
Karena itu, meski kita berbeda-beda dalam hal soal pilihan politik, junjunglah persatuan. Jangan bertengkar karena perbedaan pilihan. Tidak setuju dengan pilihan liyan tentu boleh-boleh saja. Namun, jangan sampai ketidaksetujuan kita menimbulkan konflik dan perpecahan sosial-politik.
Bangunan persatuan yang dimiliki bangsa ini tidak dibangun dalam semalam. Melainkan dalam tahun-tahun yang panjang. Karena itu, jangan rusak persatuan kita hanya karena momentum politik lima tahunan.
Nasihat bijak Gus Mus menjelang Pemilu 2024 mencerminkan keinginan untuk menjaga persatuan dan keberagaman bangsa. Beliau mengajak kita untuk tidak terjebak dalam sikap ekstrem. Sebaliknya, ia mengajak kita bersikap arif dan bijak dalam menyikapi perbedaan pilihan.
Dengan demikian, diharapkan Pemilu dapat menjadi momentum untuk memperkuat fondasi demokrasi dan kehidupan berbangsa. Memperbarui yang belum sempurna dan merawat apa yang telah dicapai. Itulah esensi pemilu sebagai dinasihatkan Gus Mus. Bukan justru membuat bangsa ini terpecah belah dan terombang-ambing dalam ketegangan.
This post was last modified on 30 Januari 2024 2:12 PM
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…
Tidak ada satu-pun calon kandidat politik dalam pilkada serentak 2024 yang hadir sebagai “wakil Tuhan”.…
Buku Islam Moderat VS Islam Radikal: Dinamika Politik Islam Kontemporer (2018), Karya Dr. Sri Yunanto…
“Energi besar Gen Z semestinya dipakai untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah. Gen Z jangan mau dibajak…
Menyedihkan. Peristiwa berdarah mengotori rangkaian pelaksanaan Pilkada 2024. Kejadian itu terjadi di Sampang. Seorang berinisial…