Categories: Narasi

JANGGUT DAN SENYUM: Mana Lebih Utama?

Memelihara janggut dan tersenyum sama-sama sunnah rasul, maka beruntunglah orang-orang yang Allah beri karunia janggut. Tanpa perlu bersusah payah, selain hanya cukup menahan diri untuk tidak mencukurnya, orang-orang tersebut akan memiliki janggut yang tumbuh lebat. Semakin tebal dan panjang janggutnya, semakin afdhal ia menjalankan sunnah-nya. Sunnah memelihara janggut nyaris tak memerlukan usaha yang keras (kecuali untuk orang-orang yang harus menggunakan obat penumbuh bulu).

Berbeda dengan memelihara janggut, senyum adalah sunah rasul yang memerlukan usaha. Untuk menyunggingkan sebuah senyum kita perlu menggerakkan 13 otot wajah kita. Bukanlah hal yang mudah unutk tersenyum pada orang yang kita benci. Saat hati kita dibebani banyak masalah, tersenyum akan jauh terasa lebih berat dari mengangkat beban. Maka tak heran, senyum dikategorikan sebagai salah satu bentuk shadaqah, selevel dengan beramal lain seperti mendermakan harta. Karena menyunggingkan senyum kadang sama beratnya dengan menyisihkan harta untuk sesama.

Dari segi usaha yang dikeluarkan, tentu saja tersenyum lebih besar nilai usahanya daripada memelihara janggut. Meskipun dua-duanya adalah sunnah, kita bisa menilai mana yang lebih utama. Janggut adalah simbol yang mendekatkan kita dengan fisik rasul. Sementara senyum adalah sikap yang mengidentikkan kita dengan akhlak rasul. Janggut adalah simbol. Senyum adalah akhlak. Orang yang tak dikaruniai janggut bisa tetap mulia, tetapi setiap orang yang kehilangan senyum, pasti ada masalah dengan akhlaknya.

Namun sayang, dalam menjalankan sunnah kadang kita lebih mengutamakan yang bersifat simbolik daripada yang bersifat esensi. Tak jarang kita menemukan Muslim yang berjanggut bahkan lengkap dengan jubah, tapi wajahnya masam tanpa senyum. Lebih parah lagi, orang yang berjanggut dihinggapi sikap ujub (merasa memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain), merasa dirinya menjalankan sunnah meski tak jarang mereka menampakkan wajah tak ramah, menganggap remeh orang yang yang berjanggut. Berjanggut dengan dihiasi senyum adalah afdhal karena menjalankan dua sunnah sekaligus. Tetapi berjanggut tanpa senyum seperti berdasi tanpa celana.

Rasulullah dikenang dan dipuja bukan karena janggutnya. Tapi karena pribadinya yang dikenal sebagai “bassaaman dlahhaakan,” pribadi yang selalu tersenyum dan ceria. Saat menyendiri Rasul memang selalu menangis khusyuk dalam doa. Tetapi dalam bersosialisasi, Nabi adalah pribadi yang riang, ceria bahkan humoris. Senyumnya ia hadirkan bukan hanya untuk para sahabatnya, tapi juga para musuhnya. Senyumnya bukan hanya saat bahagia, tetapi saat berduka. Karenanya rasul menghimbau agar seorang Muslim mampu menyembunyikan kesulitannya di hadapan manusia, dan hanya mengadukan keluh kesah pada Allah. Sesulit apapun beban hidup, di hadapan manusia kita harus tersenyum. Fake it, you will make it.

This post was last modified on 31 Maret 2015 10:33 AM

PMD

Admin situs ini adalah para reporter internal yang tergabung di dalam Pusat Media Damai BNPT (PMD). Seluruh artikel yang terdapat di situs ini dikelola dan dikembangkan oleh PMD.

View Comments

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

12 jam ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

13 jam ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

13 jam ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

1 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

2 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

2 hari ago