Categories: Narasi

Karena Hakikat Salam adalah Perdamaian

Suatu kali, Nabi pernah ditanya oleh seorang tentang amal dan perbuatan yang baik itu dalam Islam? Beliau menjawab: memberi makan dan memberi salam baik kepada orang yang kamu kenal atau tidak kenal. (Hadis ini sahih. Diriwayatkan oleh  Bukhari-Muslim). Hadist ini memberi penegasan penting bahwa menjadi muslim yang baik adalah melakukan dua hal membangun kepekaan sosial dan komunikasi yang baik.

Saya ingin menekankan pada poin kedua tentang salam. Dalam Islam, salam adalah sebuah doa dan harapan. Tetapi, tidak hanya itu. Salam juga berarti etika sosial untuk menghargai dan menghormati orang lain. Menghormati itu tidak hanya pada yang dikenal, tetapi juga yang tidak dikenal. Tidak hanya pada seiman, tetapi juga pada yang berbeda iman.

Pertanyaannya adalah apa pentingnya salam? apakah sekedar formalitas untuk mencairkan suasana atau sekedar rutinitas yang tak bermakna? Islam ternyata mendudukkan salam sebagai sarana penting untuk membangun perdamaian.

Setidaknya semangat salam ini sebagaimana terkandung dalam sebuah hadist berikut. Nabi Bersabda: Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman (dengan benar) dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amal yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kamu” (HR Muslim).

Baca Juga : “Pancasila” dalam Serat Centhini

Ada dua hal penting yang ingin ditegaskan tentang salam dalam Islam. Pertama, salam adalah sebuah ekspresi seseorang untuk menebar kasih sayang dan saling mencintai. Bukan sekedar basa-basi, tetapi salam adalah komitmen untuk saling menjaga, saling mengasihi dan saling menjaga perdamaian.

Kedua, salam ternyata bagian penting dari kesempurnaan iman. Bukan sekedar formalitas, tetapi Islam mendudukkan salam sebagai bagian seseorang dikatakan beriman seutuhnya. Orang beriman berarti harus mencintai sesamanya. Dan ekspresi cinta sesama adalah melalui salam.

Pada konteks inilah, sebenarnya salam menjadi sangat penting sebagai instrumen merawat perdamaian dalam perbedaan. Salam menjadi penegas penghormatan dan sekaligus kasih sayang kepada mereka yang berbeda. Sebagai simbol perdamaian, sejatinya, salam harus mampu merangkul yang berbeda. Salam untuk membangun perdamaian berarti tidak boleh justru mengukuhkan ekslusifitas, tetapi membangun suasana yang inklusif.

Jika para pendahulu bangsa berusaha membangun konsensus nasional dalam merumuskan dasar negara di tengah keragaman. Semangat yang sama sebenarnya terkait salam untuk membangun cara komunikasi sosial yang dapat menghargai perbedaan melalui salam. Salam nasional, salam Pancasila atau apapun sebutannya menjadi cukup penting sebagai penegasan tentang komitmen kebersamaan.

Tidak penting untuk dipertentangkan tentang salam nasional dengan salam dari identitas keagamaan. Toh, Pancasila juga pada dasarnya tidak bertentangan dengan ajaran agama yang ada. Salam Nasional dan Salam Pancasila bukan berarti ingin menghapus salam keagamaan sebagaimana Pancasila juga sebagai dasar negara yang tidak berpretensi untuk menghapus agama yang ada.

Umat Islam pada khususnya, tidak perlu merasa baper atau tergiring opini yang menyesatkan tentang pergantian salam nasional untuk menghapus assalamu’alaikum. Tidak ada penegasan itu secara eksplisiti kecuali melalui media yang ingin menaikkan rating dengan cara membingkai berita kontroversial. Justru, menjadi ujian bagi umat untuk selalu tabayyun dalam setiap informasi dan tidak mudah meledak emosi hanya dengan berita miring yang kurang penting. Salam adalah instrument membangun perdamaian. Contohlah Nabi yang bisa mengucapkan salam ke pada siapapun baik yang dikenal maupun tidak kenal. Dan baik kepada sesama muslim maupun yang berbeda agama.

This post was last modified on 26 Februari 2020 11:53 AM

mawaddah

View Comments

Recent Posts

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

3 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

3 hari ago

“Multikulturalitas vis-à-vis Syariat”, Studi Kasus Perusakan Makam

Anak-anak tampak menjadi target prioritas kelompok radikal teroris untuk mewariskan doktrin ekstrem mereka. Situasi ini…

3 hari ago

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

4 hari ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

4 hari ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

4 hari ago