Narasi

Kurban Menjadi Bukti, Tidak Ada Korban Manusia atas Nama Tuhan

Idul Adha, atau yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam agama Islam yang memiliki makna mendalam. Namun, ada sebagian masyarakat yang salah mengartikan perayaan ini, mengaitkannya dengan sifat radikal dan ekstrem, terutama karena adanya ritual penyembelihan hewan kurban.

Mereka menganggap bahwa penyembelihan hewan ini memberikan legitimasi terhadap tindakan kekerasan terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Pada masa kejayaannya, ISIS pernah memberikan fatwa yang sesat dengan propaganda menyembelih orang dalam momentum Idul Adha.

Cara meradikalisasi semangat Idul Adha tersebut tentu saja keliru dan bertentangan dengan ajaran Islam yang sejati. Sejak disyariatkan kurban dalam tradisi agama semitik, melalui Ibrahim, sejak saat itu tidak ada lagi pengorbanan manusia atas nama Tuhan.

Berbeda dengan cara berpikir dan beragama masyarakat tradisional seperti Suku Aztek dikenal dengan ritual kurban manusia yang sangat kompleks dan terstruktur. Mereka percaya bahwa dengan mengorbankan manusia, mereka dapat menyenangkan dewa-dewa mereka dan memastikan keseimbangan alam serta keberlangsungan hidup masyarakat mereka.

Sama seperti Aztek, peradaban Maya juga melakukan kurban manusia sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka. Mereka percaya bahwa darah manusia adalah persembahan yang paling berharga untuk dewa-dewa mereka. Demikian pula, Mesir Kuno memiliki beberapa bukti praktik kurban manusia, terutama pada masa-masa awal peradaban mereka. Misalnya, beberapa penguasa awal Mesir diketahui mengorbankan pelayan dan pengikut mereka untuk menemani mereka ke alam baka.

Dalam alam pikiran masyarakat tradisional, mereka percaya bahwa dewa-dewa mereka membutuhkan darah atau nyawa manusia untuk tetap kuat dan mendukung kesejahteraan komunitas. Kurban manusia dianggap sebagai bentuk pengabdian tertinggi dan cara untuk memohon berkah atau menghindari malapetaka.

Cara berpikir dan beragama yang menganggap manusia sebagai korban atas perjuangan mencari Ridho Tuhan sudah terbantahkan. Ibrahim telah menandai fase baru tentang kurban yang sebenarnya. Perintah awal kurban manusia hanya ujian ketaatan, tetapi sesungguhnya berkurban adalah menyelematkan nyawa manusia.

Allah mengganti kurban dengan hewan sebagai simbolisme penghormatan kemanusiaan. Ujian dari kurban manusia hanyalah persoalan ketaatan dan keikhlasan untuk mengorbankan kepentingan diri.

Allah menegaskan : Daging-daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia telah menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepadamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (al-Hajj : 37).

Hakikat kurban bukan tentang daging dan darah, tetapi persoalan ketakwaan.  Spirit Idul Adha adalah tentang memberikan yang terbaik dari diri kita untuk kepentingan bersama, menunjukkan empati dan kasih sayang kepada sesama, serta memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Penyembelihan hewan kurban yang dagingnya dibagikan kepada mereka yang membutuhkan merupakan manifestasi dari kepedulian sosial dan solidaritas kemanusiaan.

Idul Adha mengajarkan kita tentang pengorbanan yang tulus dan ikhlas demi kepentingan yang lebih besar. Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail adalah tentang ketaatan, kesetiaan, dan kasih sayang yang mendalam. Allah menggantikan Ismail dengan domba bukan hanya sebagai tanda rahmat, tetapi juga sebagai simbol bahwa pengorbanan yang sesungguhnya bukan tentang menyakiti manusia, melainkan tentang kasih sayang dan ketaatan yang murni.

Idul Adha adalah momen yang sarat dengan makna pengorbanan, kasih sayang, dan solidaritas. Penyembelihan hewan kurban bukanlah simbol kekerasan, melainkan simbol pengorbanan dan kepedulian terhadap sesama. Penting dipahami bahwa tidak ada alasan berkorban demi agama dengan mengorbankan manusia. Semua agama, terutama Islam, sangat menghargai nyawa manusia.

Ernawati Ernawati

Recent Posts

Memitigasi Kekecewaan Rakyat agar Tidak Dieksploitasi Kelompok Kepentingan

Kekecawaan rakyat adalah sebuah bara, jika dibiarkan saja, bisa saja bisa membakar keutuhan sebuah bangsa.…

20 jam ago

Negara Harus Tunduk pada Rakyat, bukan Para Perusuh: Ketika Provokasi Disakralisasi sebagai Aspirasi

Rasa sedih, geram dan marah tentu adalah kewajaran ketika melihat kesewenang-wenangan oknum aparat tanpa hati…

21 jam ago

Menyelamatkan Demokrasi dari Pembajakan Kelompok Radikal

Di berbagai belahan dunia, demokrasi selalu menghadapi ujian berat ketika krisis politik dan sosial melanda.…

21 jam ago

Bahaya Provokasi Digital; Dari Mobilisasi Massa ke Monetisasi Kekerasan

Aksi demonstrasi massa yang terjadi di banyak kota tempo hari tentu tidak terjadi secara kebetulan.…

5 hari ago

Tradisi Muludan; Strategi Resolusi Konflik Berbasis Lokalitas ala Muslim Pedesaan

Jika kita rutin membuka media sosial belakangan ini, maka kita akan disuguhi berbagai informasi dan…

5 hari ago

Menerjemahkan Pesan Maulid Nabi di Kebisingan Kerusuhan dan Kekerasan

Pada tanggal 5 September, umat Islam di seluruh dunia akan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,…

5 hari ago