Narasi

Kyai dan Nyai Kampung, “Rumah” Dialog Remaja Agar Selamat dari Ideologi Dakwah Transnasional

Lazim dipahami bersama, kyai kampung adalah figur  otoritas bagi jamaah di kampung, desa, kalurahan, bahkan dusun. Kyai dan Nyai membaktikan diri pada agama, ikhlas membimbing umat. Mereka ibarat pelita. Di masa sebelum era sesak media, kyai dan nyai di kampung adalah tempat mengadukan permasalahan, kegelisahan, dan kegagapan. Bagaimana tidak? Berbagai informasi mengenai ‘Islam yang benar’ diprofil oleh media massa. Misalnya saja melalui konten di media sosial, kalangan radikal menciptakan konten yang seolah menyalahkan Islam Nusantara, dan mengklaim bahwa Islam Nusantara bukanlah Islam yang sebenarnya.

Pada titik inilah, remaja yang sedang mengalami masa badai—demikian psikologi remaja menggambarkan—seolah kehilangan arah. Informasi keagamaan mana yang harus dipercayai? Sementara, algoritma pencarian linear justru mengulang informasi yang membuat remaja gagap; informasi mana yang ia percaya? Apakah pesan dakwah dari kyai-nyai kampung? Ataukah pesan berulang di media sosial yang selalu ia saksikan?

Dalam perpektif psikologi, pesan-pesan berulang yang dilihat dapat masuk ke dalam alam bawah sadar dan mempengaruhi pemikiran, bahkan perilaku. Khawatirnya, jika generasi muda menelan mentah-mentah informasi yang mengandung perspektif ‘radikal’. Lantas, apa yang bisa kita lakukan?  Seyogianya, tugas mendidik dan menjaga pola pikir remaja agar tetap pada jalur keberagamaan yang rahmatan lil alamin, adalah tugas orang tua.  Namun demikian, peran strategis ini perlu dikuatkan oleh kyai dan nyai kampung. Kyai dan nyai juga merupakan ‘orang tua’ bagi remaja. Kyai dan nyai memberikan nasihat, arahan, bahkan perlindungan.

Sejatinya, di bawah asuhan kyai dan nyai kampung, remaja akan aman dari ancaman ideologi transnasional yang menggerogoti dakwah lokal. Ideologi transnasional mengonversi optimalisasi dakwah lokal menuju dakwah global pada level internasional. Mereka memiliki visi, hendak mengkader generasi muda agar menjadi kader dakwah transnasional yang loyal dan militan. Sayangnya, ideologi ini akan sering bertentangan dengan Islam Nusantara yang identik ramah dengan budaya lokal, harmoni, dan berhaluan ahlussunah wal jamaah.

Membaca problematika tersebut, orang tua perlu merenung dan berkolaborasi dengan kyai-nyai kampung. Remaja yang cenderung ingin berlepas dari ikatan spiritual dengan kyai dan nyai, perlu dihubungkan kembali. Tentu saja, orang tua perlu memasrahkan remaja kepada kyai dan nyai untuk belajar ilmu agama ahlussunah wal jamaah.

Di sisi lain, kyai dan nyai juga darurat menjalin dialog keagamaan dengan santri remaja, baik pada santri mukim, lebih-lebih pada santri kalong (baca: non mukim). Kyai dan nyai kampung yang responsif terhadap isu-isu kekinian akan mudah terhubung dengan hati remaja, sehingga akan efektif memberikan nasihat untuk menjaga dan memastikan sang remaja untuk tetap dalam nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, sehingga ia akan secara alami menolak dakwah transnasional yang bergaung santer di media baru.

Hanya saja perlu digarisbawahi, bahwa pola penasihatan agama pada remaja tidak bersifat satu arah. Ruang dialog untuk mengeluarkan uneg-uneg remaja harus disediakan. Kyai dan nyai kampung yang responsif dan empati terhadap kegelisahan remaja yang dibombardir ideologi dakwah transnasional adalah kunci menjaga remaja tetap memiliki paham agama yang toleran, humanis, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam Nusantara. Ketika media sosial menawarkan konten bermuatan radikal, maka kyai dan nyai kampung akan tetap menjaga arah pemikiran remaja agar tidak terjebak dakwah transnasional yang dapat memicu konflik serta kesalahpahaman.

Nurul Lathiffah

Konsultan Psikologi pada Lembaga Pendidikan dan Psikologi Terapan (LPPT) Persona, Yogyakarta.

Recent Posts

Dakwah Berwawasan Kebangsaan Sebagai Jihad Fikriyah di Tengah Arus Transnasionalisme

Era digital harus diakui telah mendorong transnasionalisme ke titik yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Di…

18 menit ago

Kontroversi Zakir Naik: Menyoal Dakwah Transnasional Bercorak Apologetik-Konfrontatif

Pasca tampil di siniar bersama mualaf Richard Lee yang sempat mendulang kontroversi, pendakwah asal India,…

19 menit ago

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

3 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

3 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

3 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

4 hari ago