Narasi

Lebih Baik Belajar dari Jepang tentang Bencana dari Bualan Pengusung Khilafah

Terjebak percaya kepada narasi “NKRI diazab (gempa) karena anti khilafah” dan slogan “khilafah solusi untuk semua problem bangsa Indonesia”, ibaratnya menceburkan diri ke dalam kubangan kotoran. Hal semacam itu pikiran irasional.

Statemen bahwa bencana alam adalah hukuman Tuhan karena bangsa Indonesia tidak menggunakan sistem pemerintahan ala khilafah bukan pikiran rasional, namun irasional. Satu saja pertanyaan untuk menguji kebohongan statement tersebut, bagaimana menjelaskan bahwa sistem khilafah berhubungan dengan bencana?

Sebab tidak ada dalil, baik di dalam al Qur’an maupun hadits, yang menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa sistem pemerintahan yang direstui dalam agama Islam adalah sistem pemerintahan ala khilafah. Maka mengatakan negara Indonesia di adzab Tuhan karena anti khilafah adalah sesat pikir umat Islam.

Tanah air kita memang sering disebut dapur bencana, dimana pertemuan patahan bumi ada di Indonesia, dan secara geografis ada beberapa daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terjadinya bencana alam. Kondisi ini menuntut kita untuk melakukan agenda mengantisipasi ancaman bencana. Membuat dan menyiapkan sistem peringatan dini kebencanaan jauh seribu kali lebih baik dari pada menarasikan bencana yang terjadi karena anti khilafah.

Akan lebih baik kita menebarkan kemanfaatan untuk bangsa Indonesia, misalnya dengan kampanye lingkungan hidup, tidak melakukan eksploitasi alam sembarangan tanpa memperhatikan kelestariannya, dan menggalakkan program lingkungan hidup supaya tetap stabil, tentu sangat memberikan manfaat besar bagi bangsa dari pada menyuarakan kesesatan berpikir mencoba memaksakan menghubungkan sistem khilafah dengan bencana.

Akan lebih baik menyuarakan riset kebencanaan sebagai upaya meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam. Mengkampanyekan “sadar bencana” terhadap masyarakat manfaatnya sangat besar, disamping akan menumbuhkan semangat kemanusiaan bagi penduduk Indonesia. Ikut merasakan penderitaan mereka yang sedang ditimpa musibah, bukan malah menghalangi program kemanusiaan untuk korban bencana gara-gara beranggapan musibah tersebut karena tidak pro Khilafah.

Tidak hanya di Indonesia yang rawan terjadi bencana alam, seperti gempa bumi. Jepang, justru menjadi negara paling rawan digoncang gempa bumi. Menyadari kondisi seperti itu, Jepang melakukan upaya-upaya serius untuk menanggulangi dan meminimalisir korban dan kerusakan lingkungan akibat bencana gempa yang sering melanda.

Belajar dari Jepang Menangani Bencana

Nabi bersabda, “Carilah ilmu meskipun di dataran Cina”. Hadits ini sebagai motivasi bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Umat Islam tidak cukup hanya mempelajari ilmu agama, tapi juga dituntut memiliki keahlian dan penguasaan dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.

Hal ini supaya ketika menyikapi fenomena-fenomena alam tidak melulu dilihat dari perspektif agama, namun melibatkan teori pengetahuan yang lain. Sehingga, dalam menilai setiap problem seperti gempa dan berbagai bencana alam yang terjadi lebih bijak. Tidak mengada-ada dengan mengatakan bencana alam terjadi karena anti khilafah. Sebuah cara berpikir yang sempit dan sesat.

Di Jepang pernah terjadi gempa bumi dahsyat; Gempa Kanto, Gempa Kobe dan Tsunami dan Gempa Tohoku. Jepang terletak di zona seismik dan vulkanik paling aktif di dunia. Di dalam cincin api pasifik terdapat beberapa lempeng tektonik yang berpotensi akan saling bertumbuh atau bertabrakan. Inilah penyebab Jepang sering dilanda bencana gempa dan tsunami.

Karenanya, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam upaya meminimalisir korban dan dampak kerusakan.

Pertama, Edukasi Mitigasi Bencana Pada Masyarakat

Jepang melakukan penguatan pengetahuan terhadap masyarakatnya akan gempa dan tsunami. Mengadakan pelatihan simulasi bencana secara kontinyu. Sejak dari taman kanak-kanak, pelajar dasar dan menengah dan para pemuda. Mereka diajarkan supaya tidak panik disaat terjadi bencana, lari secara teratur dan bagaimana berlindung di tempat yang tepat.

Hal ini akan memberikan manfaat besar warga negara Jepang. Akan lebih baik menyuarakan edukasi mitigasi bencana dari pada menarasikan bencana karena anti khilafah. Hal ini akan sangat memalukan karena memaksakan adanya hubungan antara khilafah dan gempa.

Kedua, Sistem Peringatan Gempa

Caranya, adalah dengan memasang sistem peringatan anti gempa dan tsunami di semua telpon genggam. Sistem ini memberikan peringatan 5 hingga 10 menit sebelum terjadinya gempa atau tsunami. Dengan cara ini memungkinkan seseorang menyelamatkan diri dan melakukan persiapan-persiapan menghadapi bencana.

Ketiga, membangun bangunan tahan gempa.

Di Jepang, semua bangunan memiliki persyaratan ketat, diantaranya bangunan harus memiliki ketahanan dan dijamin tidak akan runtuh oleh gempa bumi selama 100 tahun ke depan dan dijamin tidak akan rusak dalam 10 tahun pembangunan.

Keempat, mempersiapkan Emergency Kit.

Berupa persiapan perlengkapan saat terjadi bencana, seperti jas hujan, center, baju, obat, air mineral, makanan kaleng, sleeping bag, saluran radio, lonceng, peluit dan perlengkapan yang lain. Hal ini dimaksudkan sewaktu terjadi gempa masyarakat sudah memiliki persiapan perlengkapan yang akan di bawa.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, melakukan langkah-langkah di atas lebih bermanfaat bagi sesama manusia dan untuk bangsa sendiri. Bukankah manusia paling baik menurut Islam adalah manusia yang paling banyak menebar kemanfaatan untuk manusia yang lain? Maka isi murahan pengusung khilafah tentang bencana tidak penting untuk direspon, apalagi dipercaya. Slogan dan narasi mereka hanya untuk kepentingan “merusak bumi” dengan menebarkan kesalahpahaman, fitnah dan adu domba yang berpotensi menciptakan huru hara di tubuh bangsa Indonesia.

This post was last modified on 2 Desember 2022 2:54 PM

Abdul Hakim

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

22 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

22 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

22 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago