Narasi

Manusia Indonesia, Manusia Pancasila

Pancasila adalah dasar negara yang ditetapkan para founding fathers kita. Di dalamnya terkandung falsafah, prinsip atau dasar bagi tegaknya bangunan besar yang disebut bangsa Indonesia, sejak merdeka, sekarang, dan selama-lamanya. Sebagaimana dikatakan Bung Karno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945, “Dasar negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka, haruslah kokoh kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa dasar itu hendaknya jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar negara Indonesia hendaknya mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-sifat yang mutlak ke-Indonesia-an-nya dan sekalian itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagi suku, aliran, dan golongan penduduk”

Melihat realitas dan karakteristik bangsa Indonesia yang beragam, diperlukan suatu dasar negara yang bisa mengikat, mengakomodir, sekaligus mempersatukan keragaman tersebut. Pancasila, dalam hal ini menjadi ideologi paling sesuai untuk mempersatukan keragaman yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia. Sebagaimana disampaikan oleh Profesor Mahfud MD, Anggota Dewan Pengarah UKP Pembinaan Ideologi Pancasila beberapa waktu lalu. Bahwa Pancasila sangat dibutuhkan sebagai ideologi pengikat dan pemersatu bangsa. Sebagai sebuah bangsa, lanjut Mahfud, ikatakan ideologi dibutuhkan Indonesia untuk menyakutkan lebih dari 17.000 pulau, 1.360 suku bangsa, 762 bahasa, beragam budaya, agama dan pelbagai keragaman lainnya (news.okezone.com, 21/8/2017).

Kini, di tengah berkembangnya paham radikal yang mengajarkan kekerasan dan anti keragaman, nilai-nilai Pancasila menjadi sangat krusial untuk kembali dikuatkan. Sebab, paham radikal sangat berbahaya karena bisa membuat seseorang melakukan teror yang bisa berakibat perpecahan dalam tubuh bangsa secara luas. Apa yang telah diikat dengan tali persatuan dan persaudaraan oleh Pancasila selama puluhan tahun, akan bisa mengendor dan melemah ketika paham radikal menyusup ke dalam benak anak-anak bangsa. Keyakinan akan pentingnya persatuan dan persaudaraan  akan tergerus seiring menguatnya ideologi radikal.

Nilai-nilai toleransi, semangat persaudaraan, tenggang rasa, dan saling menghargai dalam perbedaan, mendapatkan ancaman dari menguatnya radikalisme yang lebih menonjolkan sikap-sikap egois, anti-dialog, dan cenderung intoleran. Bahkan ideologi radikalisme dan terorisme dengan terang-terangan berupaya hendak mengubah dasar negara Indonesia, dari negara Pancasila yang mengakomodir keberagaman menjadi “negara agama” yang tak menerima keragaman. Padahal, kita tahu bahwa bangsa ini berdiri dan diperjuangkan sejak awal oleh beragam elemen dan kelompok, tak hanya oleh satu kelompok saja.

Menguatkan

Menguatkan nilai-nilai Pancasila butuh gerakan bersama dari semua pihak, baik oleh pemerintah maupun semua elemen masyarakat. Pemerintah telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang diputuskan melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017. Unit kerja yang berada langsung di bawah Presiden tersebut bertugas memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat. “Bersama seluruh komponen bangsa, lembaga baru ini ditugaskan untuk memperkuat pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang terintegrasi dengan program-program pembangunan, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahteraan dan pelbagai program lainnya menjadi bagian integral dari pengamalan nilai-nilai Pancasila,” kata Presiden Jokowi (Kompas.com, 2/6/2017).

Namun, tentu upaya penguatan nilai-nilai Pancasila tak bisa hanya bergantung pada hal tersebut, melainkan harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat. Masing-masing individu harus menyadari pentingnya penguatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan, agar masyarakat menjadi kuat dalam ikatan persatuan, dan tak mudah terpengaruh oleh paham-paham radikalisme yang tidak sesuai dengan karakter bangsa kita. Dibutuhkan kesadaran sekaligus gerak dan kerja bersama untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila.

Setiap orang harus turut aktif dan ambil bagian dalam upaya ini, melalui ruang lingkup peran masing-masing. Di tingkat paling mendasar, di lingkungan keluarga misalnya, orang tua bisa mulai menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan meletakkan dasar nilai-nilai ketuhanan dan keberagamaan bagi anak, menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, gotong royong, musyawarah dan keadaban. Nilai-nilai tersebut merupakan dasar untuk membangun  kehidupan yang damai, aman, dan beradab, sebagaimana dicita-citakan bangsa ini.

Secara konkret, orang tua bisa menanamkan pada anak kepercayaan agama sesuai keyakinan masing-masing, sekaligus menghormati keyakinan orang lain. Juga tentang keberadaban dalam hubungan dengan sesama; sopan santun, ramah-tamah, penghormatan tinggi pada kemanusiaan, membudayakan dialog atau musyawarah, toleransi, tenggang rasa, dan menjunjung tinggi keadilan. Jika dalam keluarga, seorang anak sudah terbiasa mendapatkan penanaman nilai-nilai tersebut di kesehariannya, maka anak akan tumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia Indonesia yang dicita-citakan bersama. Yakni seseorang yang berkepribadian luhur, berkebijaksanaan, ramah dan toleran terhadap perbedaan, serta sadar pada pentingnya persatuan lewat penghormatan dan kasih sayang terhadap sesama.

Pada gilirannya, ketika orang dengan karakteristik tersebut bersosialisasi di masyarakat, ia menjadi lentera bagi sesamanya. Konkretnya, ia akan menjadi teladan, penggerak gotong royong, pendorong musyarawah, juga menjadi penengah ketika terjadi konflik. Ia juga tidak akan mudah terpengaruh oleh ideologi radikalisme dan terorisme yang anti terhadap keragaman dan mengajarkan kekerasan. Sebab, nilai-nilai Pancasila telah tertanam kuat dalam jiwanya dan menjadi dasar setiap sikap dan tindakannya dalam menjalani kehidupan berbangsa.

Al Mahfud

Lulusan Tarbiyah Pendidikan Islam STAIN Kudus. Aktif menulis artikel, esai, dan ulasan berbagai genre buku di media massa, baik lokal maupun nasional. Bermukim di Pati Jawa Tengah.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

11 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

11 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

11 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago