Narasi

Memahami Transformasi Ideologi Terorisme

Orang mungkin bisa mengkerdilkan atau mengabaikan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) sebagai ancaman kecil yang tidak terlalu membahayakan lagi. Meskipun pada masanya gerakan ini telah menimbulkan pemberontakan dan perang saudara antara sesama anak bangsa, tetapi NII saat ini dianggap sebagai musuh kecil. Banyak yang tidak menghiraukan ancaman kecil ini walaupun dalam beberapa media pemberitaan doktrin NII bukan sekali dua kali terjadi.

Dalam kasus NII, Indonesia sejatinya tidak hanya harus belajar dari sejarah pemberontakan yang mereka lakukan pada masa awal kemerdekaan. Pemberontakan adalah bentuk lain dari ancaman laten yang tidak akan pernah selesai. Ancaman ideologi NII adalah dalam skala luas harus dibaca sebagai ancaman besar. Ancaman itu layaknya ideologi HTI, ISIS dan lainnya.

Kenapa harus segera menempatkan NII sebagai sebuah ancaman yang serius? Jaringan terorisme di Indonesia sejatinya berawal dari kelompok NII. Metamorphosis gerakan dari NII dalam bentuk gerakan sempalan dan pecahannya telah melahirkan organisasi radikal yang telah dikategorikan sebagai organisasi teroris. Pecahan kelompok ini melahirkan Jamaah Islamiyah atau JI yang lahir pada tahun 1993. Organisasi ini kemudian bertansformasi menjadi Majelis Mujahidin Indonesia pada tahun 2000-an.

Pecahan kelompok teror di Indonesia dalam melakukan transformasi semakin tak terhitung. Kemunculan ISIS semakin memperlancar transformasi organisasi dalam bentuk dan nama yang beragam. MIT, MIB, JAD dan JAK merupakan deretan nama organisasi yang kerap menebar teror di Indonesia. Ancaman teror dari kelompok ini terus menjadi potensi yang menunggu kondisi lengah atau situasi tidak stabil di negara ini.

Sementara ancaman ideologisasi dan indoktrinasi NII terus berjalan, pemetaan jaringan dan gerakan yang serius belum pernah dilakukan secara sistematis. Patut dipahami bersama pernyataan tegas mantan eks NII yang saat ini mendirikan NII crisis center bahwa mayoritas pelaku bom di Indonesia adalah eks NII. Tentu saja mereka telah bergabung dengan organisasi radikal, tetapi awal mula doktrin radikal didapatkan di NII.

Dalam konteks inilah, orang menjadi lupa bahwa akar ideologi terorisme sejatinya berawal dari gerakan NII yang sampai detik ini ideologi itu tidak pudar. Transformasi gerakan dan organisasi adalah dinamika situasi yang bisa dipengaruhi oleh kondisi regional dan global. Namun, sejatinya akar ideologi sebagai bagian dari home grown terrorism di Indonesia adalah NII. Ibu kandung gerakan teror itu lahir dari ideologi NII. 

Karena itulah, pemerintah tidak boleh memandang remeh gerakan NII yang dianggap sebagai bukan ancaman. Jika gerakan ini masih kecil, bukan berarti ia tidak menjadi ancaman. Jika hanya dampaknya masih parsial, tetapi ideologi ini terus berjalan dan eks NII bisa menjalar ke organisasi teror yang ada. Memutus akar menjadi sangat penting bukan hanya fokus pada aksi teror yang ada.

Secara ideologis gerakan NII yang telah pernah melakukan pemberontakan berdarah dan membangun milisi di berbagai daerah pada masanya bukan sekedar ancaman yang kecil. Secara ideologi gerakan ini bisa menghantui generasi muda melalui doktrin yang menyesatkan tentang keagamaan dan kebangsaan. Butuh berapa lama dan berapa banyak lagi korban dari cuci otak geenrasi muda yang selanjutnya bermetamorfosa dalam gerakan teror?

Berapa banyak lagi generasi muda yang akan didoktrin tentang pemerintah thagut, negara kafir dan perjuangan menegakkan negara agama? Doktrin itu sangat potensial di tengah gairah anak muda yang kerapkali tidak banyak belajar agama dari sumber otoritatif yang kredibel. Emosi keagamaan yang kuat tidak dibarengi dengan sumber yang memadai. Ketika ada doktrin seperti NII atau organisasi lainnya yang memprogandakan tegaknya syariat agama akan selalu terpanggil dan melupakan sejarah bangsa.

Metamorfosa ideologi dan transformasi gerakan dari NII ke organisasi teror patut menjadi pertimbangan dan perhatian. Akar masalah tentang ideologi yang mempunyai cita-cita mengganti dasar negara harus segera dijinakkan. Kalau tidak, Indonesia akan terus dihantui dengan doktrin ideologi yang bisa jadi dalam masa mendatang menjadi gerakan besar.

This post was last modified on 12 Desember 2022 8:58 PM

Setya

Recent Posts

Membumikan Hubbul Wathan di Tengah Ancaman Ideologi Transnasional

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus bukan hanya sekadar momen untuk mengenang sejarah perjuangan…

2 hari ago

Tafsir Kemerdekaan; Reimajinasi Keindonesiaan di Tengah Arus Transnasionalisasi Destruktif

Kemerdekaan itu lahir dari imajinasi. Ketika sekumpulan manusia terjajah membayangkan kebebasan, lahirlah gerakan revolusi. Ketika…

2 hari ago

Dari Iman Memancar Nasionalisme : Spirit Hubbul Wathan Minal Iman di Tengah Krisis Kebangsaan

Ada istilah indah yang lahir dari rahim perjuangan bangsa dan pesantren nusantara: hubbul wathan minal iman —…

3 hari ago

Merayakan Kemerdekaan, Menghidupkan Memori, Merajut Dialog

Setiap Agustus, lanskap Indonesia berubah. Merah putih berkibar di setiap sudut, dari gang sempit perkotaan…

3 hari ago

Menghadapi Propaganda Trans-Nasional dalam Mewujudkan Indonesia Bersatu

Sebagai bangsa yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan persatuan di tengah globalisasi dan…

3 hari ago

Penjajahan Mental dan Ideologis: Ujian dan Tantangan Kedaulatan dan Persatuan Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang merdeka sejak 17 Agustus 1945, telah melalui perjalanan panjang penuh tantangan.…

3 hari ago