Narasi

Memviralkan Trend Perempuan Hijrah dari Radikalisme di Ruang Online

Saya sepakat terhadap satu argument, bahwa banyak orang yang terkontaminasi paham radikalisme-terorisme, karena mereka ingin mengubah dirinya menjadi baik, tetapi salah pilih guru. Pandangan ini tentu juga berlaku terhadap pembacaan sebuah fakta, mengapa perempuan rentan terkontaminasi paham radikalisme-terorisme, lalu menjadi teroris.

Hasrat perempuan ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik, lalu terjebak ke dalam modus hijrah ke ajaran radikal-teroris merupakan satu problem “salah pilih hijrah” yang harus segera kita atasi. Karena hijrah sampai detik ini tengah menjadi trend, utamanya di kalangan perempuan muslimah.

Maka, kiranya perlu membangun sebuah trend di ruang online. Untuk memviralkan trend perempuan hijrah dari radikalisme. Dasar hijrah ini mengacu ke dalam prinsip bahwa hijrah bukan sekadar penampilannya yang berubah. Melainkan, pola pikir, sikap dan segala perilaku yang mengandung keburukan harus ditinggalkan. Seperti virus radikalisme adalah keburukan yang harus ditinggalkan.

Hijrah dari radikalisme adalah trend yang harus dibangun oleh para perempuan. Anak-anaknya diajak untuk hijrah dari segala kembang-api radikalisme seperti kekerasan, anarkisme dan egoisme. Perempuan harus menjadi pahlawan yang menggerakkan hijrah dari radikalisme.

Hijrah secara subtansial, adalah sebuah perubahan dari diri kita atas segala yang tidak baik untuk pindah ke dalam kebaikan. Jelas, ajaran radikalisme merupakan keburukan yang sebetulnya perlu dhijrahkan.

Hijrah sekali lagi Saya tegaskan, bahwa ini bukan hanya tentang perkara penampilan. Niatan hijrah kita bukan hanya sekadar mempersiapkan pakaian memikirkan penampilan semata. Melainkan mempersiapkan mental, pikiran dan tindakan untuk menjauhi segala kemudharatan.

Jadi, sangat keliru jika pemaknaan hijrah hanya sebatas pakaian semata lalu bersifat eksklusif dan merasa paling benar dibanding yang lainnya. Maka kenyataan yang semacam ini sebetulnya menjadi polemik khusus untuk kita perbaiki. Karena, di satu sisi kalangan perempuan hanya menjadikan gerakan hijrah untuk berubah menjadi lebih baik hanya berfokus pada penampilan.

Lalu, lupa bagaimana cara mengubah pola-pikir yang kadang egois dan penuh intolerant. Serta lalai terhadap kebiasaan buruk yang tampak “sepele” namun berdampak buruk terhadap yang lain.

Sebab, hijrah tentang cara seseorang mengubah/membangun pribadi yang baik. Hijrah tentang tindakan kita yang bisa meninggalkan keburukan. Hijrah kita adalah berhenti melakukan kekerasan, kezhaliman dan merusak tatanan. Ini adalah kunci hijrah yang harus diperjuangkan oleh perempuan masa kini.

Perempuan harus menjadi pahlawan bagi keluarga untuk mengajak anak-anak dan seluruh keluarganya. Untuk hijrah, yaitu bersama hijrah dari virus radikalisme. Yaitu dengan meninggalkan sikap-sikap yang sering-kali kita adopsi tanpa disadari.

Misalnya, perempuan harus menghijrahkan anak-anaknya agar membuang sikap angkuh dan merasa ingin dipuji. Yaitu menghijrahkan anak-anak dari sikap kekerasan menjadi kasih-sayang. Dari perpecahan menjadi perdamaian. Dari permusuhan menjadi kebersamaan.

Semua tentang hijrah adalah tentang perilaku baik dan akan membawa dampak maslahat. Sebab, dalam bentang sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW sejatinya membawa sebuah ajaran yaitu ibadah Shalat yang memiliki fungsi menjauhi kita dari segala kemudharatan.

Maka, hijrah dalam konteks menjauhi segala kemudharatan radikalisme adalah bagian dari entitas hijrah sejati. Maka, para perempuan masa kini harus menyadari akan hal tersebut. Dengan menanam sebuah prinsip untuk hijrah dari segala ideologi radikal dan akar-rumput yang mengitarinya.

Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa hijrahnya perempuan bukan sekadar cara mengubah penampilannya saja. Tetapi, hijrah yang benar-benar berpindah dari alam gelap kejahatan radikalisme menuju terang perdamaian.

Perempuan harus menjadi agen hijrah menjaga keluarga dan keutuhan bangsa. Yaitu menggerakkan hijrah melawan virus radikalisme. Karena pada hakikatnya, hijrah tentang cara kita mengubah kepribadian agar menjadi lebih baik. Bukan sekadar penampilannya yang baik.

This post was last modified on 30 Agustus 2023 1:51 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Agama Sumbu Pendek; Habitus Keagamaan yang Harus Diperangi!

Indonesia dikenal sebagai negara religius. Mayoritas penduduknya mengaku beragama dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan…

2 hari ago

Evaluasi Kebebasan Beragama di Indonesia 2025

Kebijakan presiden Joko Widodo dalam memerangi aksi ekstremisme dan ideologi radikal terorisme pada 2020 pernah…

2 hari ago

Jangan Membenturkan Kesadaran Nasional dengan Kesadaran Beragama

Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, narasi yang mencoba membenturkan antara kesadaran nasional dan kesadaran…

2 hari ago

Dialektika dan Titik Temu Nasionalisme dan Ukhuwah

Indonesia, sebuah panggung peradaban yang tak henti menyuguhkan lakon dialektis antara partikularitas dan universalitas, adalah…

2 hari ago

Nasionalisme, Ukhuwah Islamiah, dan Cacat Pikir Kelompok Radikal-Teror

Tanggal 20 Mei berlalu begitu saja dan siapa yang ingat ihwal Hari Kebangkitan Nasional? Saya…

3 hari ago

Ironi Masyarakat Paling Religius: Menimbang Ulang Makna Religiusitas di Indonesia

Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling religius di dunia menurut dua lembaga besar seperti CEOWORLD…

3 hari ago