Narasi

Mentaukid Fungsi Ulama sebagai Pewaris Nabi Sekaligus Penjaga NKRI

Tidak ada keraguan sedikit-pun mengenai fungsi ulama sebagai pewaris Nabi. Tentu sebagai pewaris, sangat penting untuk menjaga amanah tersebut dengan baik. Yaitu dengan cara mengokohkan peranan ulama untuk melanjutkan perjuangan Nabi secara kontekstual. Di antaranya; meneruskan kebiasaan Nabi yang begitu lemah-lembut di dalam mendidik umat ke dalam cahaya Islam. Mewarisi akhlak Nabi yang selalu mengedepankan cinta kasih dalam banyak hal. Serta, meneguhkan semangat nasionalisme Nabi untuk diaplikasikan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu dengan meletakkan pemikiran, kesadaran dan keikhlasan untuk selalu menjaga NKRI. Sebagaimana cara Nabi menjaga dan mencintai Kota Makkah sebagai tempat kelahiran beliau.

Tahun 2020 telah berlalu dengan sebongkah persoalan yang begitu pelik. Kita seperti “lepas kendali” karena begitu banyak ulama-ulama yang justru kontra-fungsional. Mereka banyak memainkan agama sebagai komoditas politik. Sehingga, ulama satu membenci ulama lainnya dan seterusnya. Mereka sama-sama menjelekkan satu sama lainnya. Masyarakat dibuat pusing dengan cekcok politik yang semacam ini. Sehingga, perpecahan-pun tidak bisa dikendalikan dengan baik. Konflik serta kebencian-pun tidak bisa dihindari. Akhirnya, ulama tidak benar-benar berperan untuk menjaga keamanan sosial karena disibukkan dengan kepentingan politik praktis-nya.

Maka di tahun 2021 yang telah bergulir ini, sangat penting untuk kembali meluruskan peranan ulama yang benar-benar bersih sebagai pewaris Nabi. Berfungsi untuk mendidik umat ke arah yang baik. Mendidik umat agar selalu berada dalam persatuan, kedamaian dan berorientasi menjaga NKRI sebagai sesuatu yang paling berharga.

Saatnya ulama-ulama melanjutkan beban dan tanggung jawab sebagai (pewaris Nabi) yang harus digelar untuk merefleksikan kebaikan yang telah dicontohkan Nabi. Seperti halnya menjaga dan mencintai negaranya. Patut untuk dihidupkan kembali fatwa-fatwa menjaga NKRI sebagai kewajiban. Menjaga persaudaraan sebagai kemutlakan. Serta menjaga keamanan sebagai jalan terselenggaranya keimanan dengan baik. Karena, jika kita disibukkan dengan kekacauan, konflik, kebencian dan permusuhan. Bagaimana bisa kita menjalankan ibadah untuk mempertebal keimanan. Sedangkan kehidupan kita penuh dengan kericuhan dan tidak aman.

Sehingga, di tahun 2021 ini harus meluruskan khittah ulama untuk berada di garda terdepan. Membimbing, menasihati dan mendidik umat sebaik mungkin. Agar selalu membangun keimanan yang baik dan sempurna. Tentunya, untuk bisa meraih keimanan yang baik dan sempurna. Kita butuh ketenangan dan keamanan. Maka, sebagai jalan ijtihad kita untuk merealisasikan keimanan tersebut dengan cara menjaga NKRI agar tetap aman dan nyaman. Sehingga, kita semua khusyuk di dalam menjalankan ibadah dengan baik.

Berangkat dari keimanan dan keshalihan secara spiritual, niscaya akan memancarkan (efek positif) dari agama tersebut. Bisanya yang asalnya mudah marak, berubah menjadi penyabar. Dari yang awalnya mudah misuh dan penyebar kebencian. Sehingga, dengan keimanan dan keshalihan spiritual yang baik, orang tersebut akan sulit untuk menggunakan lisannya menyakiti perasaan orang lain.

Membela agama bukan sesuatu yang harus menghapus kesadaran untuk mencintai tanah airnya. Antara agama dan negara merupakan dua konteks yang berbeda tetapi keduanya sama-sama manifestasi akan kebesaran-Nya. Sebagaimana agama diciptakan untuk membangun sistem nilai kebaikan dalam diri manusia. Serta, bumi diciptakan sebagai bentuk kemahakuasaan-Nya untuk kita jaga dengan baik. Tempat di mana kita dilahirkan, besar dan tumbuh bisa sampai saat ini.

Kesadaran beragama dan kesadaran bernegara yang baik merupakan satu jalan etis yang dilakukan oleh Nabi. Maka ulama harus meneruskan perjuangan itu sebagaimana Nabi dalam hidupnya berjuang membela keduanya. Bagaimana agama sebagai perintah Allah SWT untuk dilaksanakan. Sedangkan negara, adalah titipan Allah SWT untuk kita jaga dengan baik. Maka, kita harus menegaskan, bahwa ulama harus benar-benar hadir ke dalam tatanan sosial masyarakat untuk mendidik dengan baik bagaimana mencintai agama dengan baik sekaligus mencintai negaranya dengan baik pula.

This post was last modified on 11 Januari 2021 4:20 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

4 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago