Sejatinya, kita perlu menyembelih watak radikalisme. Seperti halnya: merasa paling benar (egois) dalam beragama, suka mengkafir-kafirkan dan selalu bersikap intolerant. Karena watak beragama yang semacam inilah, saya kira juga perlu kita lucuti dalam diri. Karena, watak yang demikian menjadi semacam (sumbu) bara api bagi kelompok radikalisme untuk bisa memprovokasi kita agar bergabung di dalam-nya.
Sehingga, ketika kita bisa melucuti watak radikalisme tersebut, maka spirit Idul Adha sejatinya mampu menjadi semacam (wasilah) terbentuknya kemaslahatan bagi negeri ini. Kenapa? Karena memang, selama pandemi covid-19 yang terus menggerogoti segala aktivitas kita, di sinilah kelompok radikalisme memanfaatkan momentum tersebut untuk menyebarkan paham-paham yang mengarah kepada perpecahan, kebencian dan melunturkan rasa kepercayaan terhadap pemerintah.
Karena memang, orang yang sering-kali mudah (terkontaminasi) oleh paham radikalisme ini, adalah mereka yang membiarkan watak radikalisme dalam dirinya bersemayam. Seperti halnya egoisme diri, merasa paling benar dan selalu eksklusif dalam beragama. Tentu tidak hanya itu, karena watak radikalisme kita sering-kali mengkafir-kafirkan orang yang berbeda agama dengannya.
Sehingga, watak yang semacam inilah sangat berbahaya jika kita tidak sesegera mungkin untuk disembelih, dijadikan kurban di bulan Idul Adha ini. Karena jika dibiarkan, ini akan menjadi semacam jalan bagi mudah-nya seseorang mudah termakan narasi-narasi radikalisme. Pun watak yang demikian akan mudah terbujuk-rayu oleh kelompok radikalisme ini.
Oleh sebab itulah, sangat penting bagi kita untuk merefleksikan Idul Adha dengan tidak hanya membatasi pada wilayah kurban secara finansial. Karena, ini sama saja akan membatasi (jalan manfaat) dari hakikat kurban itu sendiri. Pun, orang yang tidak mampu secara finansial akan merasa “minder” karena menganggap bahwa kurban harus dengan hewan.
Padahal, kita semua pada hakikatnya bisa melaksanakan kurban. Seperti pentingnya menyadarkan kita untuk bisa berkurban dengan menyembelih watak radikalisme yang bersemayam dalam diri kita. Karena, refleksi Idul Adha sejatinya juga perlu menjadi semacam (wasilah) bagi terbentuknya tatanan kemanusiaan kita yang lebih aman, damai dan nyaman tanpa virus radikalisme yang suka memecah-belah dan merusak NKRI.
Sehingga, jika kita tidak mampu secara finansial untuk membeli hewan ternak untuk ber-kurban di momentum Idul Adha ini. Maka, kita juga bisa ber-kurban secara emosional atau non-material. Yaitu berupaya mengorbankan sifat dan watak radikalisme yang menempel dan bersemayam dalam diri kita. Untuk bisa kita sembelih sebagai kurban.
Sehingga, kita tidak usah minder jika tahun ini belum bisa mampu secara finansial untuk membeli hewan kurban untuk disembelih. Karena, kita punya kesempatan lain untuk dapat merefleksikan Idul Adha ini. Yaitu mengorbankan egoisme diri dalam beragama. Sebagaimana kita perlu menyembelih watak radikalisme dalam diri kita. Karena, tindakan yang semacam ini juga sangat penting untuk kita lakukan. Karena secara fungsional, akan bermanfaat bagi keselamatan dan kemaslahatan seluruh masyarakat Indonesia dari bahayanya paham dan tindakan radikalisme-terorisme ini.
This post was last modified on 23 Juli 2021 11:22 AM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…