Ahlu Sunnah wal Jamaah (Aswaja) adalah istilah yang merujuk pada kelompok mayoritas umat Islam yang mengikuti ajaran Al-Qur’an, Sunnah Nabi Muhammad SAW, dan pemahaman para sahabat serta generasi awal Islam. Secara harfiah, istilah ini berarti “pengikut sunnah (ajaran) Nabi dan konsensus (kesepakatan) umat.”
Aswaja berlandaskan pada pemahaman Islam yang moderat, toleran, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kesatuan dalam perbedaan (ikhtilaf). Dalam perjalanan sejarah Islam, Aswaja muncul sebagai respons terhadap berbagai perpecahan yang terjadi dalam tubuh umat Islam, terutama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW yang banyak dipengaruhi dengan dinamika politik. Aswaja adalah jalan tengah yang menekankan moderasi, toleransi, dan keseimbangan.
Dewasa ini, mulai berkembangan perebutan klaim Aswaja, tidak hanya dalam ranah keagamaan, tetapi juga ruang politik. Ada kelompok yang mengklaim sebagai Aswaja tetapi mempromosikan agenda politik yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasarnya. Mereka sering menggunakan dalih agama untuk membenarkan upaya mengganti sistem negara dan membangkang dari kesepakatan umat.
Segelintir tokoh mulai mengklaim sebagai ustaz Aswaja untuk menegaskan dirinya sebagai pembela Aswaja. Namun, nalar politik mereka sesungguhnya bertentangan dengan prinsip Aswaja. Pola kontradiksi, segregasi dan sikap ekstrem yang banyak muncul dalam narasi mereka sangat bertentangan dengan paham Aswaja.
Prinsip Politik Aswaja : Jalan Tengah, Bukan Ekstrem
Penting memahami kembali Aswaja dalam politik agar tidak mudah terpedaya oleh klaim mereka yang berjubah Aswaja, tetapi pada kenyataan Khawarij. Aswaja mengajarkan beberapa prinsip politik
Salah satu ajaran inti Aswaja adalah ketaatan kepada ulil amri, yaitu pemimpin yang sah, selama tidak memerintahkan kemaksiatan. Hal ini merujuk pada firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa: 59).
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menegaskan bahwa umat wajib menaati pemimpin dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariat. Aswaja melihat pentingnya stabilitas dan keamanan dalam negara, sehingga pembangkangan terhadap pemimpin hanya akan membawa kerusakan dan kekacauan. Bahkan, pembangkang terhadap kesepakatan umat adalah para bughat yang wajib diperangi.
Aswaja mengajarkan pentingnya menjaga persatuan umat sebagai prioritas utama. Perpecahan dianggap sebagai fitnah besar yang mengancam keutuhan masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang keluar dari ketaatan kepada pemimpin dan memisahkan diri dari jamaah, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.” (HR. Muslim).
Gerakan politik yang mencoba membangkang dengan mengganti sistem negara dengan mengatasnamakan agama, khususnya yang menimbulkan kekacauan dan perpecahan, bertentangan dengan prinsip ini. Aswaja memandang persatuan sebagai fondasi yang kokoh untuk menjaga kestabilan umat.
Aswaja menekankan pentingnya syura atau musyawarah dalam pengambilan keputusan politik. Ini sesuai dengan firman Allah: “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” (QS. Asy-Syura: 38).
Musyawarah mencerminkan prinsip inklusivitas dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat. Upaya untuk menggantikan sistem yang ada tanpa melalui proses musyawarah yang sah adalah bentuk pengabaian terhadap prinsip ini.
Aswaja menolak segala bentuk ekstremisme dalam politik. Ekstremisme, baik dalam bentuk kekerasan fisik maupun ideologis, dianggap sebagai ancaman besar terhadap persatuan umat. Kelompok-kelompok yang mempromosikan perubahan sistem negara secara radikal sering menggunakan retorika agama yang ekstrem untuk mempengaruhi masyarakat.
Moderasi dalam segala aspek kehidupan, termasuk politik merupakan sikap Aswaja. Karena itulah, politik Aswaja sangat berbeda dengan politik Khawarij yang membenarkan segala cara dengan kekerasan, mengkafirkan saudaranya yang muslim dan bahkan membunuh pemimpin atas nama agama.
Mereka Khawarij, Bukan Aswaja
Dengan melihat karakteristik pemikiran Aswaja, kelompok yang mengklaim sebagai Aswaja tetapi mempromosikan kekerasan, pembangkangan terhadap konsensus dan makar terhadap pemerintahan yang sah sebenarnya menyimpang dari prinsip-prinsip dasar Aswaja. Mereka sejatinya bukan kelompok Aswaja, tetapi Khawarij yang dalam sejarah Islam penebar fitnah dan bid’ah terbesar.
Kelompok Khawarij memang pandang berjubah dalih memperjuangkan syariat Islam, tetapi pada akhirnya menimbulkan kekacauan sosial yang jauh dari kemashlahatan. Sementara ajaran Aswaja yang menempatkan stabilitas dan keamanan sebagai prioritas untuk menjamin mashlahah ammah.
Kelompok Khawarij acapkali menggunakan metode memecah belah masyarakat dan umat menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Bukan sekedar kepada yang berbeda agama, kepada sesama muslim pun kerap mengadu domba. Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran Rasulullah SAW yang memerintahkan umat untuk bersatu.
Aswaja menawarkan paradigma politik yang relevan untuk menghadapi tantangan modern, terutama dalam menjaga keutuhan negara dan mencegah perpecahan dan sikap radikalisme. Aswaja menekankan pentingnya menjaga stabilitas negara sebagai syarat utama untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Ketika negara stabil, pemerintah dapat fokus pada pengelolaan sumber daya, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, tidak berdiam sebagai status qou, Aswaja menekankan sikap kritis (nasehah) untuk mendorong penerapan hukum yang adil dan berkeadilan sosial. Pemerintah yang sah harus memastikan bahwa kebijakan-kebijakannya berpihak pada rakyat kecil, sesuai dengan prinsip keadilan yang diajarkan Islam.
Reinterpretasi Ahlu Sunnah wal Jamaah sebagai paradigma politik penting diuraikan agar tidak mudah direbut kelompok Khawarij yang berjubah Aswaja. Dalam konteks politik dan negara, Aswaja menawarkan solusi moderat dan inklusif yang mendukung kestabilan, keadilan, dan persatuan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Aswaja, umat Islam dapat berkontribusi secara konstruktif dalam membangun negara yang damai, adil, dan sejahtera.
Hadist Nabi yang menyebutkan bahwa umatnya akan terpecah ke dalam 73 golongan dan hanya 1…
Terminologi Al Jamaah telah menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama dan umat Islam pada umumnya.…
Sepekan terakhir, media massa internasional dan nasional memberitakan tentang bencana kebakaran yang melanda Los Angeles.…
Salam Damai, Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Edisi Perdana e-Journal…
Mata saya terbelalak ketika tengah menggulir lini masa media sosial Instagram. Di laman explore saya…
Ketika berbicara keutamaan bulan Rajab, kita tidak sedang berbicara tentang cara baru penghormatan bulan yang…