Narasi

Mewaspadai Pola Rekruitmen Foreign Terrorist Fighter (FTF) di Sosial Media

Segala bentuk rasa solidaritas kita atas Palestina, sejatinya jangan sampai “mencampakkan” tanah air kita sendiri. Dalam arti pemahaman, kita jangan teperdaya dengan narasi solidaritas yang kebablasan, lalu ingin mengorbankan negara kita sendiri agar hancur, demi provokasi menegakkan negara Islam/khilafah. Tujuannya, agar membantu umat Islam di Palestina yang dianggap “perang suci” itu.

Sebagaimana, kita perlu waspada terhadap modus rekruitmen Foreign Terrorist Fighter(FTF).Modus semacam ini berupaya menunggangi isu konflik Palestina dengan berbagai macam narasi. Agar umat Islam Indonesia pergi ke luar negeri mengatasnamakan “panggilan suci” agama, lalu mendapatkan pelatihan terorisme dan terlibat dalam konflik bersenjata di Jalur Gaza.

Kenali 3 Modus Foreign Terrorist Fighter (FTF) yang Menunggangi Isu Palestina di Sosial Media

Pertama, kita harus waspada dan perlu kita hindari narasi anggapan, konflik Palestina-Israil sebagai panggilan perang antar Umat Islam-Kafir. Sebagaimana narasi yang tersebar di sosial media, selalu membangun stereotip bahwa konflik yang terjadi di Palestina sebagai perang antar Yahudi dan Islam.

Berbagai macam narasi hoax dimainkan agar muncul sentiment dan kebencian dari masyarakat Islam di Indonesia. Modus semacam ini tidak lain agar umat Islam di Indonesia bisa memiliki keinginan untuk datang dan berpartisipasi di balik konflik bersenjata itu.

Maka, ketika umat Islam hijrah, di sinilah kelompok radikal teroris memberi pelatihan, doktrin-doktrin jihad dan orientasi perang yang diarahkan ke dalam kepentingan menegakkan khilafah. Sehingga, lahirlah kepentingan kelompok teroris yang berlindung di balik harapan-harapan kemerdekaan rakyat Palestina.

Modus sebuah klaim perang konflik Israil-Palestina ini berupaya mengunggah kesadaran umat Islam di Indonesia. Agar, mudah terjebak ke dalam misi/agenda kelompok radikal-teroris di luar negeri. Sehingga, kepentingan yang dimiliki bukan untuk rakyat Palestina, tetapi sebagai agenda menegakkan negara Khiladah/Islam dengan memanfaatkan momentum konflik yang berkepanjangan ini.

Kedua, kekuatan Hamas yang mampu membombardir Israil diklaim sebagai bukti kejayaan Khilafah/Negara Islam yang akan tegak di Palestina. Sebagaimana yang telah beredar, ada begitu banyak narasi yang seolah “pelanggaran kemanusiaan” seperti menyakiti, menzhalimi dan membunuh masyarakat Sipil Israil sebagai “kebenaran agama” dalam memerangi non-muslim kafir.

Modus ini mencoba membebalkan hati umat Islam agar perilaku kezhaliman yang melanggar kemanusiaan itu dianggap perilaku benar. Diklaim sebagai pembalasan dan di situlah kecamuk perang akan terus merobek harapan-harapan rakyat Palestina.

Modus semacam ini mencoba membangun romanitisme bahwa kekuatan Hamas dianggap sebagai bukti negara Islam/Khilafah akan segera bangkit, karena kekuatan itu dianggap dari Tuhan. Di sinilah agenda-agenda kelompok radikal teroris terbuka-lebar sebagai sayap penting dalam mengajak/meracuni kaum Muslim di Indonesia. Agar, tergabung dalam gerakan ekstrimis di jalur Gaza. Hindari berbagai macam doktrin untuk menggapai kejayaan Islam di bumi Palestina sambil dikuatkan dengan berbagai macam doktrin Al-Qur’an sebagai alat penguat secara keimanan.

Ketiga, propaganda untuk datang ke luar negeri sebagai jihad dan akan mati syahid. Kita tahu, pemberitaan tentang konflik Israil-Palestina telah menuai banyak narasi keinginan untuk mati syahid dalam jihad agama seperti orang-orang yang ada di Palestina. Ini merupakan satu modus agar kita sebagai umat Islam Indonesia bisa bergabung ke dalam gerakan ekstrimis di Jalur Gaza dan di sinilah penting sekali bagi kita untuk mewaspadai.

Narasi jihad dan mati syahid di bumi Palestina sebagai agenda  Foreign Terrorist Fighter(FTF). Agar, umat Islam Indonesia bisa hijrah ke luar negeri, lalu diberi semacam doktrin, lalu dilatih dan diajak bergabung untuk semakin memperparah keadaan. Sehingga rakyat Palestina menjadi korban dan terus mengalami penderitaan akibat perang yang melenyapkan kehidupan mereka yang damai.

Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam Indonesia harus menyikapi konflik Israil-Palestina agar tidak kebablasan. Jangan sampai mengorbankan tatanan dengan harapan tegaknya khilafah dengan klaim membantu umat Islam yang sedang berjuang. Kita harus waspada dengan 3 modus Foreign Terrorist Fighter(FTF) yang bisa merobek tatanan kita sendiri dan di luar agenda harapan kemerdekaan rakyat Palestina itu sendiri.

This post was last modified on 17 Oktober 2023 2:52 PM

Nur Samsi

Recent Posts

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

5 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

5 hari ago

“Multikulturalitas vis-à-vis Syariat”, Studi Kasus Perusakan Makam

Anak-anak tampak menjadi target prioritas kelompok radikal teroris untuk mewariskan doktrin ekstrem mereka. Situasi ini…

5 hari ago

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

5 hari ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

5 hari ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

5 hari ago