Narasi

Muhammad sang Nabiyyu Rahmah

Nabi Muhammad adalah orang dengan kepribadian utama di kaumnya. Beliau paling bagus akhlaknya, terhormat dalam pergaulannya , paling lemah-lembut, sangat jujur, terjaga jiwanya, paling baik amalnya, dan tentunya paling bisa dipercaya (Al-Mubarakfury, 2008: 56). Sebagai pembawa pesan dari Allah SWT sekaligus mendakwahkan islam kepada manusia, maka perilaku Nabi Muhammad harus dijadikan teladan yang baik (uswatun hasanah) oleh para pengikutnya. Ironisnya, banyak orang yang mengklaim sebagai pengikut rasulullah justru abai dengan ajaran bijak yang selalu dicontohkan oleh rasulullah. Sosok rasulullah kadang dikaji secara parsial dan diikuti hanya luarnya saja. Sementara esensi dan nilai yang dibawa rasulullah kurang dimaknai secara lengkap. Misalnya saja rasulullah selalu memberi contoh dan mendidik pengikutnya untuk mengedepankan saling menghormati antar sesama (termasuk terhadap pihak yang berbeda keyakinan sekalipun). Tetapi faktanya, masih banyak tindakan pengabaian terhadap sikap hormat yang dilakukan oleh kaum Muslim.

Beberapa kejadian terakhir menujukan masih ada diantara pemeluk Islam yang kurang bisa mengedepankan tenggang rasa. Dimulai dari peristiwa yang terjadi antara pemeluk Kristen dan sekelompok Muslim di Bandung terkait penutupan aktivitas peribadatan. Mereka yang sedang mengadakan acara doa bersama tiba-tiba diminta untuk menghentikan kegiatan dengan alasan perizinan. Ada juga kasus penemuan bom seberat 3 kg di Bekasi yang rencananya akan diledakan di objek vital pemerintahan. Ironisnya, pelaku yang akan melakukan aksi ini menganggap perbuatannya berasal dari ajaran Islam. Jika terus ditarik kebelakang, niscaya akan didapati kasus dengan pola yang hampir mirip.

Kasus-kasus di atas merupakan ilustrasi bagaimana ajaran toleransi dan perdamaian yang dipromosikan dan dipraktekan oleh rasulullah belum banyak ditiru oleh pengagumnya. Artinya ajaran Islam yang dipikul oleh Nabi Muhammad tidak dilaksanakan para pengikutnya kini. Karen Amstrong (2003: 5) menuturkan seorang Muslim adalah mereka yang tunduk kepada Allah dan ketentuannya, yaitu agar umat manusia berlaku adil kepada sesama, tanpa pandang bulu, dan saling mengasihi. Amstrong menambahkan, keadilan sosial adalah kebajikan utama dalam Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus membangun komunitas yang berdasarkan atas kasih sayang.

Paparan Amstrong di atas patut untuk dicermati. Sebab hanya dengan praktik kasih sayang inilah agama menjadi relevan dalam kehidupan manusia. Sebab jika agama hanya berisi konflik dan ketegangan, maka agama terjebak dalam makna sempitnya. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya agar agama bisa bersifat kosmopolit. Jadi, cinta kasih perlu dikedepankan oleh umat Islam. Dan cinta kasih tersebut harus disebarkan kepada seluruh mahluk ciptaan Allah SWT. Maka tidak perlu terjadi ketegangan yang mengatasnamakan agama. Sebab Islam adalah agama damai dan cinta kasih. Jika pun ada pihak yang berbeda keyakinan, telah menjadi sunnatullah sehingga tidak bisa dinafikan. Islam pun memberi kebebasan bagi pihak lain beribadat sesuai dengan agama yang diyakininya sebagai kebenaran. Surat Al-Kafirun pun, yang secara tegas dan jelas menyematkan sebutan kafir, diakhir ayat menyebutkan “untukmu agamamu, untukku agamaku. Al-Baqarah ayat 256 juga menyampaikan ajaran tidak ada paksaan bagi siapapun juga untuk memeluk Islam. Hal lain yang patut dicamkan, rasulullah pun sama sekali tidak mengajarkan pengikutnya untuk melukai orang-orang yang tidak bersalah (termasuk meledakan diri untuk menyakiti pihak lain). Sementara itu, dalam Attaubah ayat 128, Allah memberikan sifat kasih sayang yang dimiliki oleh rasul. Dalam ayat tersebut dinyatakan, “Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, yang terasa berat baginya penderitaan kalian, penuh perhatian terhadap kalian, dan terhadap orang-orang mukmin sangat pengasih lagi penyayang.

Maka saat sekarang ini adalah waktu yang tepat mengkaji secara teliti dan menyeluruh mengenai risalah yang dibawa olehnya. Sehingga kita akan mendapatkan para pengikut rasul yang istiqomah dengan ajaran kebaikan dalam Islam. Sekaligus para pendamba rasul yang kritis dengan doktrin yang sering diputarbalikan untuk kepentingan pragmatis kelompok tertentu. Kaum Muslim harus waspada agar tidak terjebak dalam ajaran yang mengatasnamakan Islam, tetapi sesungguhnya sama sekali mengaburkan spirit Islam.

This post was last modified on 28 Desember 2016 9:27 AM

Rachmanto M.A

Penulis menyelesaikan studi master di Center for Religious and Cross-cultural Studies, Sekolah Pascasarjana UGM. Jenjang S1 pada Fakultas Filsafat UGM. Bekerja sebagai peneliti.

Recent Posts

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

13 jam ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

13 jam ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

13 jam ago

Merawat Persatuan, Meredam Bara di Tengah Fanatisme Golongan

Peristiwa bentrokan antar kelompok yang terjadi di Pemalang, Jawa Tengah dan Depok, Jawa Barat beberapa…

13 jam ago

Apakah Ada Hadis yang Menyuruh Umat Muslim “Bunuh Diri”?

Jawabannya ada. Tetapi saya akan berikan konteks terlebih dahulu. Saya tergelitik oleh sebuah perdebatan liar…

2 hari ago

Persekusi Non-Muslim: Cerminan Sikap Memusuhi Nabi

Belum kering ingatan kita tentang kejadian pembubaran dengan kekerasan terhadap retreat pelajar di Sukabumi, beberapa…

2 hari ago