Narasi

Obituari KH Nawawi Abdul Jalil; Ulama Zuhud yang Dihormati Banyak Golongan

Kabar duka kembali menyelimuti umat Islam Nusantara, ulama karismatik Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur, KH Ahmad Nawawi Abdul Jalil wafat. Mustasyar Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU) itu dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya pada Ahad, 13 Juni 2021 sekitar pukul 16.40 WIB. Sebelum tutup usia, beliau dikabarkan dirawat di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur sejak Rabu dan kemudian dipindahkan ke RSUD Bangil Pasuruan pada Sabtu malam.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa KH Nawawi Abdul Jalil merupakan Mustasyar atau penasihat PBNU. Pada Muktamar ke-33 di Jombang, KH Nawawi Abdul Jalil bertindak sebagai ahlul halli wal aqdi yang beranggotakan sembilan kyai sepuh bermufakat untuk menentukan kepemimpinan NU.

Di samping terkenal sebagai kyai sepuh (kyai khos) yang sangat alim, beliau juga merupakan sosok ulama yang zuhud. Tidak mengherankan ponpes ini banyak mencetak alumni santri yang berilmu, sederhana, dan juga mampu mengembangkan pemikirannya dengan tetap berintegritas menjaga nafas ahlu sunnah wal jama’ah. Selama mengasuh beliau juga dikenal sangat dekat dengan santrinya. Bahkan kerap mengawasi dan mengontrol sendiri santri-santrinya di malam hari.

KH Nawawi Abdul Jalil lahir dan dibesarkan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Ayahnya KH Abdul Jalil bin Fadhil merupakan syahid pada saat Agresi Militer Belanda pertama pada 1947. Sementara ibunya yakni Nyai Hanifah putri dari KH Nawawie bin Nurhasan. KH Nawawie bin Nurhasan adalah kiai yang se-zaman dengan Hadrotussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Dalam beberapa catatan sejarah, keduanya intensif berdiskusi tentang pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Menurut beberapa sumber, lambang di logo NU itu ide KH Nawawie, menandakan fleksibilitas (news.detik.com, 13/6/2021).

Dilansir nu.or.id bahwasanya sejak 2005, KH Ahmad Nawawi Abdul Jalil melanjutkan kepemimpinan Ponpes Sidogiri, Pasuruan. Beliaumenggantikan pengasuh sebelumnya, KH Abdul Alim bin KH Abdul Jalil yang wafat pada 2005. Ponpes Sidogiri Pasuruan sendiri didirikan pada 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban yang masih keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal Sunan Gunung Jati. Alumni pesantren tua ini banyak tersebar di berbagai penjuru tanah air. Bahkan, di ponpes ini banyak ulama besar menimba ilmu, di antaranya Syaikhona Kholil Bangkalan.

Membaca rekam jejak KH Nawawi Abdul Jalil semasa hidupnya, kyai zuhud ini adalah sosok ulama yang dapat diterima oleh berbagai golongan. Hal tersebut sebagaimana dilansir news.detik.com bahwa ketokohan KH Nawawi Abdul Jalil telah melampaui keberadaannya sebagai Pengasuh Ponpes Sidogiri dan Mustasyar PBNU. Almarhum tak hanya diterima di kalangan NU semata, akan tetapi juga dihormati di berbagai golongan.

Hal tersebut bisa dibuktikan dengan beragamnya tokoh yang sowan ke ndalem beliau di Ponpes Sidogiri. Banyak tokoh-tokoh besar dan terkenal sowan ke Ponpes Sidogiri. Dengan kesederhanaannya dan kezuhudannya beliau kerap kali bergurau dengan para tamu yang sowan. Menurut penuturan salah satu keluarga Ponpes Sidogiri Anwar Sadad (13/6), KH Nawawi sering bergurau menanyakan kenapa banyak tokoh-tokoh nasional mendatangi Ponpes Sidogiri, padahal beliau merasa hanyalah seorang kyai pesantren yang jauh dari kota.

Anwar Sadad yang juga sebagai Wakil Ketua DPRD Povinsi Jawa Timur menuturkan bahwa tokoh-tokoh terkenal yang sowan ke ndalem Kyai Nawawi bukan hanya dari kalangan tokoh agama saja, akan tetapi juga tokoh politik dan pemerintahan. Dan KH Nawawi selalu berusaha menutupi ketokohannya meski santrinya tersebar di tanah air (news.detik.com, 13/6/2021). Kesederhanaan dan kezuhudannya inilah yang patut kita contoh, mengingat di zaman yang serba modern saat ini, figure tokoh yang demikian bisa dibilang sudah langka.

Kita tentunya patut meneladani sikap kelembutan KH Nawawi Abdul Jalil. Beliau adalah ulama yang sejuk dan menyejukkan. Banyak keteladanan yang bisa kita ikuti, terlebih untuk menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

This post was last modified on 14 Juni 2021 12:28 PM

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

9 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

9 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

9 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago