Sebagai umat Islam yang berakal sehat. Kita harus sadar, bahwa apa yang dimaksud dengan Amal Ma’ruf Nahi Munkar pada hakikatnya adalahmenumpas segala keburukan, bukan justru menciptakan keburukan itu sendiri. Bergerak menghapus kezhaliman. Bukan memproduksi kezhaliman itu sendiri. Mengusir segala kebencian dan kerusuhan. Bukan justru menggelar kebencian dan kerusuhan itu sendiri. Islam dihadirkan untuk kenyamanan, keselamatan dan kedamaian umat. Bukan justru membuat keresahan dan ketakutan umat.
Sebagai umat Islam yang berakal sehat pula. Tentu kita akan menolak ormas apa-pun itu yang mengatasnamakan “Jihad pembela Islam” yang seharusnya membela kemanusiaan. Tetapi mereka justru membuat resah tatanan kemanusiaan itu sendiri. Bahkan sekalipun mengatasnamakan “Jihad Menegakkan Amal Ma’ruf Nahi Munkar” justru tindakannya hanya memecah-belah, bukan mempersatukan lagi. Bahkan, sekalipun mereka menggaungkan “Jihad menegakkan keadilan”. Tetapi semua progresivitas-nya justru timpang dan condong kepada politik praktis yang hanya memiliki kepentingan satu pihak saja.
Dari sinilah kita harus melakukan penolakan. Bahwa “Ormas Islam Pemersatu, Yes. Sedangkan Ormas Islam Pemecah-belah, No!”. Karena, Islam pada hakikatnya tidak ada satu-pun perintah melakukan tindakan yang merusak, menzhalimi, fitnah, mengutarakan ujaran kebencian dan keburukan lainnya. Jadi, ormas apa-pun itu yang justru berorientasi kepada keburukan. Maka sebetulnya dia telah keluar dari prinsip dan ajaran etis Islam itu sendiri.
Sebagaimana dalam (Surat Al-Imran ayat 103) menegaskan “Wa’tasimu Bihablillahi Jamian (wala Tafarraqu)” yang artinya; Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah SWT dan janganlah kamu bercerai berai”. Karena pada hakikatnya, Islam akan membawa jalan terang ke dalam relasi sosial kita agar tidak terpecah-belah dan terjadi konflik. Tentunya, “hanya” mereka yang berpegang kepada (tali agama Allah SWT) yang akan mengerti dan menyadari bahwa tindakan buruk termasuk berpecah-belah adalah perbuatan yang tidak baik. Maka, logis dan etis bagi dirinya untuk meninggalkan segala keburukan.
Ini sebagai (bantahan) kepada ormas-ormas yang sering kali menyebutkan dirinya sebagai pembela agama Allah SWT. Tetapi mereka justru berbuat kerusakan. Padahal, Al-Qur’an dalam Surah Al-Rum 30:41. Bahwasanya, “Ala innahum humul mufsidunah walakilla yas urun” Bahwasanya, (Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Ini sebagai pengingat, bahwa akal sehat kita dan hati nurani kita akan mengatakan bahwa sebuah niat yang baik, tetapi dilakukan dengan tindakan yang buruk pada hakikatnya akan membawa kemudharatan. Tetapi, kadang kita lupa dan tidak menyadari bahwa kita telah berbuat keburukan. Karena kita menganggap bahwa perbuatan kita benar.
Di sinilah surat Al-Rum tersebut menjelaskan pada bagian (Walakilla yas urun) bahwa mereka yang berbuat kerusakan dan masih menganggap benar. Sungguh tidak menyadari bahwa merekalah pada hakikatnya yang berbuat kerusakan. Tamparan kerasnya adalah, sesuatu yang dilakukan itu jelas-jelas buruk, tetapi orang tersebut masih saja melakukan keburukan tersebut. Maka sama halnya dia tidak sadar atau tidak menyadari. Sama halnya dia mabuk dengan pikiran, tindakan dan ucapannya sendiri. Secara otomatis dia kehilangan akal sehatnya di dalam menjembatani setiap tindakan-nya.
Dari sini sangat jelas untuk kita pahami, renungi dan masukan pelan-pelan dalam hati. Marilah kita berislam dengan menggunakan akal sehat. Sehingga, kita akan bisa menyadari dan tidak mudah terprovokasi oleh ormas-ormas yang jelas berbuat keburukan. Kita sadar, bahwa Islam tidak pernah mengajarkan keburukan. Berbuat zhalim. Menyebarkan ujaran kebencian dan fitnah. Melakukan kekerasan dan tindakan kriminal seperti (razia sepihak). Pembuktian-pembuktian inilah kita seharusnya menggunakan akal sehat bahwa kita harus melakukan dictum demi kemaslahatan bersama. Bahwa Ormas Islam yang mempersatukan, katakan Yes. Ormas Islam yang memecah-belah, katakan No!.
This post was last modified on 5 Januari 2021 12:39 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…