Narasi

Ormas Islam Pemersatu, Yes. Ormas Islam Pemecah-belah, No!

Sebagai umat Islam yang berakal sehat. Kita harus sadar, bahwa apa yang dimaksud dengan Amal Ma’ruf Nahi Munkar pada hakikatnya adalahmenumpas segala keburukan, bukan justru menciptakan keburukan itu sendiri. Bergerak menghapus kezhaliman. Bukan memproduksi kezhaliman itu sendiri. Mengusir segala kebencian dan kerusuhan. Bukan justru menggelar kebencian dan kerusuhan itu sendiri. Islam dihadirkan untuk kenyamanan, keselamatan dan kedamaian umat. Bukan justru membuat keresahan dan ketakutan umat.

Sebagai umat Islam yang berakal sehat pula. Tentu kita akan menolak ormas apa-pun itu yang mengatasnamakan “Jihad pembela Islam” yang seharusnya membela kemanusiaan. Tetapi mereka justru membuat resah tatanan kemanusiaan itu sendiri. Bahkan sekalipun mengatasnamakan “Jihad Menegakkan Amal Ma’ruf Nahi Munkar” justru tindakannya hanya memecah-belah, bukan mempersatukan lagi. Bahkan, sekalipun mereka menggaungkan “Jihad menegakkan keadilan”. Tetapi semua progresivitas-nya justru timpang dan condong kepada politik praktis yang hanya memiliki kepentingan satu pihak saja.

Dari sinilah kita harus melakukan penolakan. Bahwa “Ormas Islam Pemersatu, Yes. Sedangkan Ormas Islam Pemecah-belah, No!”. Karena, Islam pada hakikatnya tidak ada satu-pun perintah melakukan tindakan yang merusak, menzhalimi, fitnah, mengutarakan ujaran kebencian dan keburukan lainnya. Jadi, ormas apa-pun itu yang justru berorientasi kepada keburukan. Maka sebetulnya dia telah keluar dari prinsip dan ajaran etis Islam itu sendiri.

Sebagaimana dalam (Surat Al-Imran ayat 103) menegaskan “Wa’tasimu Bihablillahi Jamian (wala Tafarraqu)” yang artinya; Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah SWT dan janganlah kamu bercerai berai”. Karena pada hakikatnya, Islam akan membawa jalan terang ke dalam relasi sosial kita agar tidak terpecah-belah dan terjadi konflik. Tentunya, “hanya” mereka yang berpegang kepada (tali agama Allah SWT) yang akan mengerti dan menyadari bahwa tindakan buruk termasuk berpecah-belah adalah perbuatan yang tidak baik. Maka, logis dan etis bagi dirinya untuk meninggalkan segala keburukan.

Ini sebagai (bantahan) kepada ormas-ormas yang sering kali menyebutkan dirinya sebagai pembela agama Allah SWT. Tetapi mereka justru berbuat kerusakan. Padahal, Al-Qur’an dalam Surah Al-Rum 30:41. Bahwasanya, “Ala innahum humul mufsidunah walakilla yas urun” Bahwasanya, (Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Ini sebagai pengingat, bahwa akal sehat kita dan hati nurani kita akan mengatakan bahwa sebuah niat yang baik, tetapi dilakukan dengan tindakan yang buruk pada hakikatnya akan membawa kemudharatan. Tetapi, kadang kita lupa dan tidak menyadari bahwa kita telah berbuat keburukan. Karena kita menganggap bahwa perbuatan kita benar.

Di sinilah surat Al-Rum tersebut menjelaskan pada bagian (Walakilla yas urun) bahwa mereka yang berbuat kerusakan dan masih menganggap benar. Sungguh tidak menyadari bahwa merekalah pada hakikatnya yang berbuat kerusakan. Tamparan kerasnya adalah, sesuatu yang dilakukan itu jelas-jelas buruk, tetapi orang tersebut masih saja melakukan keburukan tersebut. Maka sama halnya dia tidak sadar atau tidak menyadari. Sama halnya dia mabuk dengan pikiran, tindakan dan ucapannya sendiri. Secara otomatis dia kehilangan akal sehatnya di dalam menjembatani setiap tindakan-nya.            

Dari sini sangat jelas untuk kita pahami, renungi dan masukan pelan-pelan dalam hati. Marilah kita berislam dengan menggunakan akal sehat. Sehingga, kita akan bisa menyadari dan tidak mudah terprovokasi oleh ormas-ormas yang jelas berbuat keburukan. Kita sadar, bahwa Islam tidak pernah mengajarkan keburukan. Berbuat zhalim. Menyebarkan ujaran kebencian dan fitnah. Melakukan kekerasan dan tindakan kriminal seperti (razia sepihak). Pembuktian-pembuktian inilah kita seharusnya menggunakan akal sehat bahwa kita harus melakukan dictum demi kemaslahatan bersama. Bahwa Ormas Islam yang mempersatukan, katakan Yes. Ormas Islam yang memecah-belah, katakan No!.

This post was last modified on 5 Januari 2021 12:39 PM

Amil Nur fatimah

Mahasiswa S1 Farmasi di STIKES Dr. Soebandhi Jember

Recent Posts

Penguatan Literasi Digital untuk Ketahanan Pemuda Masa Kini

Kita hidup di zaman yang oleh sosiolog Manuel Castells disebut sebagai Network Society, sebuah jejaring…

9 jam ago

Kontra-Terorisme dan Urgensi Mengembangkan Machine Learning Digital Bagi Pemuda

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi, ancaman radikalisme tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi…

12 jam ago

Dari Jong ke Jaringan: Aktualisasi Sumpah Pemuda dalam Membangun Ketahanan Digital

Sembilan puluh tujuh tahun silam, para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul, mengukir sejarah dengan…

12 jam ago

Revitalisasi Sumpah Pemuda dalam Ketahanan Digital

Di tengah gelombang perubahan global yang tak terelakkan, yang dihadirkan oleh revolusi industri 4.0 dan…

1 hari ago

Digitalisasi Sumpah Pemuda; Menjadikan TikTok Sebagai Aparatus Ideologi

Jika ditanya, apa media sosial paling populer bagi gen Z dan gen Alpha, maka jawabannya…

1 hari ago

Ketika Eks Napi Teroris Membumikan Semangat Sumpah Pemuda

  Bagi para eks napi teroris di Republik ini, Sumpah Pemuda bukanlah ikrar pertama mereka.…

1 hari ago