Narasi

Pentingnya Laku Moderasi Saat Pandemi

Saat pendemi ini, manusia tak obahnya seperti rumput kering, ringan dan mudah dikumpulkan, tetapi gampang terbakar. Pun demikian situasi saat ini. Kita dengan mudah terporovokasi dengan berita-berita hoax, provokasi, dan ujaran kebencian. Ketakutan, kecemasan, dan serba ketidakpastian membuat orang mudah diprovokasi.

Provokasi dan sentimen negatif terhadap agama lain. Ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan tim medis. Kecurigaan terhadap terori konspirasi –apalagi yang dituduhkan sebagai dalang di balik konspirasi itu adalah pihak tertentu. Tudahan yang tak mendasar, bahwa banyak kebijakan pemerintah yang “difitnah” sebagai anti-Islam.

Sikap dan tindakan seperti ini sangat menghambat dalam perang malawan pandemi. Kita butuh satu sikap –yang dengan sikap itu –kita semua merasa optimis untuk menatap masa depan. Satu pandangan hidup yang tidak ekstrim, melainkan membuat kita merasa aman dan nyaman. Sikap itu tak lain adalah sikap moderasi.

Di tengah situasi yang mencemaskan, bukan hanya aspek ekonomi yang kena imbasnya, pola keberagamaan pun berubah. Intraksi hanya sebatas di sosial media. Penyerapan informasi hanya lewat sumber on-line. Ritual ibadah terbatas di rumah. Ini semua berakibat langsung kepada pola pikir dan sikap kepada orang lain.

Dalam menghadapi provokasi dan narasi kotor lainnya, sikap moderasi adalah jalan keluar. Moderasi sebagai sikap harus kita jadikan laiknya virus. Perlu kita tularkan kepada orang lain.

Moderasi adalah sikap jalan tengah di antara pilihan yang ekstrim. Moderasi mengajakarkan kita harus lebih menakar antara maslahat dan madarat. Dengan moderasi, kita bisa pro-aktif, tidak curiga kepada orang/agama lain.

Di tengah pendemi ini, sikap moderasi yang perlu kita jalankan; pertama,  bersabar menghadapi musibah Covid-19. Sabar merupakan manifestasi keyakinan teologis (akidah) yang diimplementasikan dalam sikap (Akhlak) menghadapi praksis kehidupan sehari-hari. Sabar bukanlah sifat passif dan mengalah, melainkan menerima sesuatu dengan tulus, sembari selalu berusaha agar keluar dari musibah itu.

Kedua, mengikuti anjuran pemerintah, pakar dan pihak berwenang dalam penanganan Covid-19. Pihak yang punya otoritas dan keahlian yang harus dijadikan rujukan. Hindari tukang ramal, ustad yang sukan menebak-nebak, dan kelompok yang suka memprovokasi. Komando kita bersama tetaplah pemerintah dan tim medis.

Ketiga, mengutamakan keselamatan manusia sesuai dengan kaidah  dar’ul mafasid muqaddamun min jalbil masholih atau menghilangkan kemudharatan itu harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat. Kemaslahatan nasional harus lebih diprioritaskan ketimbang kemaslahatan sektoral.

Keempat, tolong menolong dalam mengatasi Covid-19 dan dampaknya. Tolong menolong harus ikhlas tanpa dibatasi suku, agama dan status sosial. Ini merupakan perwujudan dalam memperkokoh ukhuwah islamiyah, basyariyah, dan wathoniyah,

Dengan sikap moderasi ini kita bisa saling menguatkan, mencegah pihak-pihak yang mengambil keuntungan di tengah pandemi, para pengusung ideologi tertentu yang berusaha mendelegitimasi pemerintahan yang sah. Kita semua harus bergandengan tangan untuk menularkan virus moderasi ini. Semangat moderasi –dalam seluruh aspek –adalah jalan aman yang paling maslahat untuk ditempuh.

This post was last modified on 2 Agustus 2021 1:55 PM

Ahmad Kamil

Recent Posts

Agama Cinta Sebagai Energi Kebangsaan Menjinakkan Intoleransi

Segala tindakan yang membuat kerusakan adalah tidak dibenarkan dan bukan ajaran agama manapun. Kita hidup…

1 minggu ago

Bagaimana Menjalin Hubungan Antar-Agama dalam Konteks Negara-Bangsa? Belajar dari Rasulullah Sewaktu di Madinah

Ketika wacana hubungan antar-agama kembali menghangat, utamanya di tengah menguatnya tuduhan sinkretisme yang dialamatkan pada…

1 minggu ago

Menggagas Konsep Beragama yang Inklusif di Indonesia

Dalam kehidupan beragama di Indonesia, terdapat banyak perbedaan yang seringkali menimbulkan gesekan dan perdebatan, khususnya…

1 minggu ago

Islam Kasih dan Pluralitas Agama dalam Republik

Islam, sejak wahyu pertamanya turun, telah menegaskan dirinya sebagai agama kasih, agama yang menempatkan cinta,…

1 minggu ago

Natal sebagai Manifestasi Kasih Sayang dan Kedamaian

Sifat Rahman dan Rahim, dua sifat Allah yang begitu mendalam dan luas, mengandung makna kasih…

1 minggu ago

Ketika Umat Muslim Ikut Mensukseskan Perayaan Natal, Salahkah?

Setiap memasuki bulan Desember, ruang publik Indonesia selalu diselimuti perdebatan klasik tak berujung: bolehkah umat…

1 minggu ago