Narasi

PERAN DHARMA WANITA DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA DAMAI

Banyak orang yang tidak tahu bahwa tanggal 5 Agustus merupakan hari Dharma Wanita (selanjutnya disingkat DW) nasional. Keberadaan DW sebagai satu institusi  para istri Pegawai Negeri Sipil pada dasarnya memiliki peran sentral dalam melakukan tugas baik sebagai istri ataupun ibu bagi anak-anak.

Telah lazim didengar bahwa dibalik kesuksesan seorang laki-laki, ada istri luar biasa yang menjadi pendorongnya. Begitu pula dalam wilayah pengasuhan, ibu adalah madrasah/sekolah awal bagi anak-anaknya. Sehingga dibalik kesuksesan seorang siswa ada sosok ibu yang menginspirasinya.

Oleh karena itu, posisi Dharma Wanita di sini sangat penting. Dharma Wanita adalah sebuah organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tujuan utama dari pendirian Dharma Wanita adalah meningkatkan kualitas sumber daya anggota keluarga PNS untuk mencapai kesejahteraan nasional.

Organisasi ini memiliki tugas pokok yaitu “Membina anggota, memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial dan melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta berbudi pekerti luhur.”

Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak, karena ibu adalah kunci dibalik kesuksesan seorang ayah, maka tentu harusnya peranan DW tidak boleh dianggap remeh. Dalam komunitas Dharma Wanita itu terdapat perempuan yang memiliki karakter yang berbeda-beda, mulai yang terbuka, tertutup, pemalu, pemberani, tangkas, malas, dan lain sebagainya. Dalam posisi ini, maka DW pada dasarnya menjadi media silaturahim dan saling komunikasi antar budaya dan karakter yang berbeda.

Salah satu hal yang perlu dan menarik untuk diajukan dalam program DW pelatihan atau diskusi  untuk selalu bersikap terbuka, toleran, berani mengemukakan pendapat bagi para ibu, dan bagaimana mendidik anak agar anak menjadi seorang yang aktif dan tidak tertutup. Pelatihan seperti ini memang sepertinya sepele, tapi memiliki dampak yang luas bagi terciptanya ruang yang harmonis di ranah keluarga.

Tentu hal ini tidak  boleh menafikan program lain dari DW, seperti bagaimana caranya agar para ibu menjadi pribadi yang mandiri, memiliki keterampilan sehingga dapat menciptakan income yang turut menopang ekonomi keluarga.

Program melatih bersikap terbuka dan toleran bagi para ibu Dharma Wanita ini dapat menjadi salah satu pintu untuk menciptakan budaya yang harmonis, terbuka, toleran bagi keluarga yang nantinya—karena  ibu adalah pusat informasi di keluarga—sang ibu dapat menjadi kunci terciptanya suasana aman, nyaman, damai, dan komunikasi yang lancar.

Bagi ibu-ibu yang memiliki pemahaman yang kaku, tekstual, dan dangkal, perlu dilakukan sosialisasi dan internalisasi pemahaman-pemahaman keagamaan yang moderat. Pada gilirannya sang ibu akan mengajarkan pengalamannya pada anak-anaknya dan bahkan suaminya. Bagaimana caranya? Tentu melalui institusi dharma wanita. Kegiatan, ataupun program DW ini tentu tidak boleh hanya untuk internal DW, tetapi juga merambah masyarakat umum.

Posisi Dharma Wanita sebenarnya sangat penting mengingat peranan ibu sangat sentral di lingkungan keluarga. Institusi ini dapat menjadi juru damai bagi keluarga. Sehingga ia menjadi salah satu juru damai yang turut mendukung terciptanya suasana rukun, damai, toleran, di wilayah keluarga, ke masyarakat sekitar, dan masyarakat umumnya. Oleh karena itu, pada hari Dharma Wanita Nasional ini, mari kita melakukan revitalisasi peran Dharma Wanita!

 

This post was last modified on 5 Agustus 2016 2:57 PM

Khusnul Khotimah

Anggota Fatayat NU Kota Yogyakarta

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

2 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

2 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

2 hari ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

3 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

3 hari ago