Pada tanggal 21 April setiap tahun, Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan seorang wanita luar biasa, R.A. Kartini. Kartini dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan di Indonesia pada masa penjajahan. Melalui surat-surat yang ia tulis, Kartini mengungkapkan visi besar untuk memajukan perempuan, yang tidak hanya terbatas pada aspek domestik, tetapi juga dalam ruang publik.
Hari Kartini menjadi momen refleksi bagi kita untuk melihat sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh perempuan Indonesia dalam mewujudkan kesetaraan gender. Di tengah perayaan ini, kita juga perlu menilai kembali ketimpangan hak perempuan atas laki-laki dalam Islam, sebuah isu yang tetap relevan dan perlu dihadapi bersama.
Ketimpangan hak perempuan atas laki-laki dalam Islam memang sering kali dipertanyakan. Banyak pandangan yang menyebutkan bahwa Islam memberikan perlakuan yang lebih rendah kepada perempuan. Namun, jika kita kembali pada prinsip dasar Al-Qur’an, kita akan menemukan bahwa Islam sesungguhnya menegaskan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaan yang ada bukanlah bentuk ketidaksetaraan, melainkan perbedaan peran yang saling melengkapi. Salah satu contoh yang dapat kita temukan dalam Al-Qur’an adalah surat Al-Ahzab ayat 35, yang menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan yang memiliki kualitas iman dan amal saleh, keduanya mendapat janji yang setara dari Allah.
Namun, dalam praktiknya, ketimpangan ini seringkali muncul akibat pemahaman yang keliru tentang ajaran Islam. Ada yang menilai bahwa perempuan hanya pantas berada di ruang domestik dan tidak memiliki tempat di ruang publik. Pemahaman semacam ini sering kali digunakan sebagai landasan untuk membatasi peran perempuan dalam masyarakat, padahal hak-hak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik, ekonomi, dan politik seharusnya diakui.
Perjuangan R.A. Kartini pada masanya, meskipun hidup di bawah penjajahan, sangat berfokus pada pemenuhan hak-hak pendidikan bagi perempuan. Ia memperjuangkan agar perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan, untuk memperluas wawasan dan mengembangkan potensi mereka.
Kartini bukan hanya memimpikan perempuan yang pintar dan cerdas, tetapi perempuan yang bebas dari belenggu budaya yang mengekang. Melalui surat-suratnya, ia berusaha mengubah paradigma yang ada, dengan menegaskan bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama untuk berpendidikan dan berperan aktif dalam masyarakat. Baginya, pendidikan adalah salah satu kunci utama untuk membebaskan perempuan dari keterbelakangan.
Kartini merupakan sosok yang memulai perubahan dengan membongkar konstruksi sosial yang membatasi perempuan. Pada masanya, peran perempuan sangat terbatas pada urusan rumah tangga dan keluarga. Kartini berjuang agar perempuan tidak hanya dianggap sebagai “makhluk kedua” yang berada di bawah laki-laki. Ia menantang status quo dengan menyuarakan pentingnya pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Perjuangan Kartini ini berhubungan dengan peran perempuan di ruang publik. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, ketimpangan gender dalam berbagai aspek kehidupan masih tetap ada. Kartini sudah mengingatkan kita untuk terus memperjuangkan kesetaraan hak, terutama dalam hal pendidikan dan kesempatan yang sama di ruang publik. Hari Kartini menjadi refleksi bagi kita untuk mengevaluasi sejauh mana perempuan saat ini telah mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki, khususnya dalam konteks ruang publik.
R.A. Kartini tidak hanya menginginkan perempuan mendapatkan pendidikan, tetapi juga ingin perempuan aktif di ruang publik. Dimasalalu, ruang publik lebih didominasi oleh laki-laki, sementara perempuan dianggap hanya untuk urusan rumah tangga dan keluarga. Namun, Kartini dengan berani membongkar konstruksi sosial tersebut dan memperjuangkan hak perempuan untuk dapat berkiprah di ruang-ruang yang lebih luas. Saat ini, perempuan Indonesia terus berperan dalam berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, hingga seni dan budaya. Namun, tantangan untuk meruntuhkan eksklusivisme gender dalam ruang publik masih ada.
Salah satu langkah konkret untuk membongkar eksklusivisme ini adalah dengan memperkuat peran perempuan di ruang publik. Keberadaan perempuan dalam ruang publik menunjukkan bahwa mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan yang aktif di ruang publik akan mampu membawa perubahan besar, baik dalam kebijakan publik, ekonomi, hingga perubahan sosial budaya. Sesuai dengan prinsip dasar dalam Islam, yang menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki harus diberikan hak yang setara dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam berkontribusi di ruang publik.
Hari Kartini menjadi momen untuk memperingati dan merayakan perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan. Namun, peringatan ini juga harus menjadi pengingat bagi kita bahwa perjuangan Kartini belum selesai. Banyak tantangan yang masih harus dihadapi oleh perempuan untuk mendapatkan kesetaraan hak yang sesungguhnya. Salah satu tantangan besar yang masih ada adalah pemahaman yang salah tentang peran dan hak perempuan dalam Islam. Kembali kepada ajaran Al-Qur’an, perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik dan sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan, baik dalam pendidikan, politik, ekonomi, maupun bidang lainnya.
Dalam memperingati perayaan Hari Kartini, kita harus mengingat kembali perjuangan Kartini yang tidak hanya berjuang untuk pendidikan, tetapi juga untuk kesetaraan gender. Kesetaraan gender dalam Islam bukanlah hal yang bertentangan dengan ajaran agama, melainkan sebuah upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih berkeadilan. Sebagaimana Kartini telah memperjuangkan hak perempuan pada zamannya, kini saatnya kita melanjutkan perjuangan itu dengan memperkuat peran perempuan di ruang publik, menuju masyarakat yang lebih inklusif dan setara.
Radikalisasi perempuan menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan dalam konteks kehidupan di Indonesia. Perempuan tak lagi…
Saya tak pernah tahu apakah Kartini pernah mengenal Nyi Ageng Serang, salah seorang perempuan penasehat…
Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi gereja katolik wafat dalam usia 88…
Islam dan kultur patriarki merupakan dua hal yang bertolak belakang, tapi sekaligus sering disalahpahami sebagai…
Di tengah tragedi yang melanda Palestina dan peringatan Hari Kartini, sejumlah akun media sosial radikal…
Dalam surat-suratnya yang dihimpun dalam buku yang fenomenal Habis Gelap Terbitlah Terang, dalam versi bahasa…