Tokoh antagonis legendaris yang diabadikan Alquran, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, kerjanya jadi provokator ngompori penduduk Mekah untuk memusuhi Nabi Muhammad. Alquran mengabadikannya dengan nama Abu Lahab. Lahab artinya api yang menjilat jilat, karena selalu menyalakan api permusuhan. Hebatnya, Abu lahab punya tim yang kompak, yaitu Ummu Jumail, istrinya yang ikut menyediakan ‘kayu bakar’ agar api permusuhan terus menyala. “Wamraatuhu hammalata hathab, (strinya membawa kayu bakar), demikian Alquran menyebut.
Saking bahayanya sikap itu, diantara musuh-musuh Islam hanya nama Abu Lahab lah yang diabadikan Alquran. Padahal, nama lain seperti Abu Jahal atau Abu Sufyan jelas-jelas memusuhi dan memerangi Nabi di medan pertempuran. Karena itu kita harus hati-hati, agar tak ada sikap ‘kompor’ dan ‘kayu bakar’ seperti Abu Lahab dan istrinya dalam diri kita.
Agar waspada, berikut adalah ciri-ciri tukang ‘kompor’: pertama, mudah menyebarkan informasi tanpa proses tabayyun dan cek-ricek informasi. Padahal kata Nabi, “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta, kalau dia menceritakan semua yang dia dengar.” (HR. Muslim).
Kedua, mudah berprasangka buruk. Dengan informasi yang terbatas, dia lekas menyimpulkan dan men-judge orang lain. Padahal sabda Rasul, “Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Muslim).
Ketiga, mudah melaknat atau menyumpah serapah. Seperti Abu Lahab yang melaknat dan bersumpah serapah saat Nabi Muhamad berdakwah. Bermodal zhan dan tanpa informasi yang jelas, dengan mudah melaknat. Padahal menurut Rasul, “Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengucapkan ucapan yang kotor.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).
Tipe kompor ini tanpa sadar mengadu domba dan menyulut permusuhan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Inginkah kalian aku beritahukan apa itu al-‘adhu? Dia adalah adalah adu domba, menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” (HR. Muslim). Orang tipe ini tak akan diizinkan masuk surga seperti hadits yang pernah diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Tidak masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kebalikan dari tipe ‘kompor’ adalah tipe ‘jembatan’. Yaitu orang yang selalu berusaha membangun persaudaraan dan perdamaian. Berikut adalah ciri-cirinya: pertama, selalu menyebarkan kedamaian. Tindakan, ucapannya, serta informasi yang dia sebarkan selalu diarahkan untuk perdamaian. Nabi pernah bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah kedamaian di antara kalian.” (HR. Muslim).
Kedua, berusaha mendamaikan pihak yang berseteru. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Mendamaikan kaum Muslimin yang bertikai dan menghilangkan kesumat di antara mereka, pahalanya lebih banyak daripada salat-salat dan puasa-puasa mustahab.”
Ketiga, menyambungkan tali silaturahmi bahkan dengan orang yang berusaha memutuskannya. Menyambungkan tali persaudaraan dengan orang lain yang telah berbuat baik kepada kita itu biasa. Berdamai dengan orang yang memusuhi itu baru luar biasa. Sahabat Ibn Umar meriwayatkan, Nabi pernah berpesan, “Orang-orang yang menyambung tali silaturahmi itu bukan saja orang yang bersilaturahmi kepada yang berbaut baik kepadanya. Tetapi, oran yang bersilaturahmi adalah orang yang jika silaturahminya diputus, ia menyambungkannya. (HR. Bukhari).
Tidak mudah memang jadi tipe jembatan. Seperti sebuah jembatan risikonya akan diinjak-injak orang. Oleh pihak di ujung yang satu dianggap musuh, oleh ujung lain tak dianggap sahabat. Untuk menjadi kompor modalnya hanya kebencian dan kebodohan. Untuk menjadi jembatan perlu ilmu, skill mediasi dan resolusi konflik, dan kesabaran dalam takaran extra. Termasuk tipe manakah Anda?
This post was last modified on 16 Juni 2015 2:00 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…