Narasi

Puasa dari Adu Domba

Bulan ramadhan 1442 H adalah bulan yang mulia dan penuh ampunan, magfhiroh dari Allah swt. Umat Islam akan melakukan puasa sebulan penuh lamanya. Karena itu, ajaran nilai-nilai Islam di dalam ibadah bulan Ramadan perlu diimplementasikan secara komprehensif.

Pada momentum bulan ramadhan  ini sangat tepat bagi umat Islam untuk selalu memperbaiki keimanan yang sedang kering. Iman yang kering itu ditandai dengan perbuatan yang suka menghasut, adu domba, memprovokasi, dan menyebarkan berita hoax.  Agama tanpa iman seolah menjadi tak bermakna. Karena itu, agama perlu diisi dengan iman agar memiliki kekuatan yang mendasar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual ibadah puasa akan lebih bermakna jika umat Islam mampu menjalankan esensi makna puasa yakni melakukan perbuatan baik dan menjauhkan dari perbuatan yang memprovokasi dan adu domba Melainkan juga, dengan beriman kepada Allah Swt. Iman yang berdasar agama ini memiliki kekuatan intim dengan yang mutlak, yaitu Allah swt. Perbuatan baik itu salah satunya adalah tidak menyebarkan hoax, tidak saling memfitnah dengan umat yang lainnya.

Karena itu, nilai-nilai ajaran Islam di dalam bulan suci ramadhan ini harus secara penuh diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia dengan cara beriman kepada Allah swt. Sehingga keimanan dan ketaqwaaan yang merupakan salah satu fundamental dasar  dalam membangun peradaban umat Islam bisa terejawantahkan di dalam kehidupan umat manusia.

Meminjam bahasa Emha Ainun Nadjib- puasa itu sendiri adalah suatu kegiatan untuk memeras nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam diri pelakunya agar umat  Islam bisa menemukan sesuatu yang paling sejati. Yang sejati, yang kristal, yang esensial, yang inti, dan yang paling benar, melainkan juga mampu menguak nilai-nilai kebenaran dalam ajaran Islam demi meraih kesucian. Itulah esensi dari ibadah puasa. Puasa adalah nampeni, menyaring, menyuling dan mengolah ketika ada berita hoax, informasi yang menghasut, mengadu domba, dan memprovakasi, sampai akhirnya kita temukan yang terhalus, yang terlembut dan yang tersuci untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ritual ibadah puasa merupakan langkah konstruktif dalam mnelakukan pengalaman religius untuk membangun kesadaran religius sebagai upaya membangkitkan gairah untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT. Pertama, dengan cara berpuasa sebulan penuh dalam agama Islam, yang berarti umat Islam harus bisa menahan diri dari makan dan minum. Dengan berpuasa umat Islam bisa mengatur dorongan badaniahnya. Umat Islam bisa melatih diri untuk menahan dorongan survival manusia yang paling dasar, dan kemudian memperoleh pengalaman religius.

Berbagai tradisi religius di dunia memiliki ragam tradisi puasa yang juga berbeda. Akan tetapi, esensi dari semuanya adalah, bahwa manusia harus dapat berkorban untuk mencapai kebahagiaan yang paling otentik, yakni pengalaman mistik bersatu dengan Tuhan.

Kedua, untuk mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, umat Islam bisa melakukan sebuh ritual individu yakni mengurangi tidur. Dengan mengurangi tidur itu umat Islam sama saja dengan melakukan pembersihan jiwa dari kotoan-koran dan perilaku manusia yang jahat dalam diri manusia sebagai tindakan untuk menuju yang suci dan transendental untuk lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Ibadah Puasa merupakan kegiatan kontemplatif untuk menyeleksi hal-hal yang haram, yang mungkar dan yang jahat untuk kita tinggalkan seperti menyebarkan fitnah, menyebarkan informasi yang mengadu domba dan memecah belah umat Islam yang lainnya, Sebab apa, itu adalah larangan agama Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda: Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan yang kotor  dan jangan pula bertindak bodoh, jika  ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan sesungguhnya aku sedang berpuasa (HR. Bukhari).

Karena itu, umat Islam harus memanfaatkan betul, momentum bulan puasa ramadhan 1442 H ini untuk memperbaiki diri, membersihkan jiwa yang kotor seperti menghilangkan sifat adu domba, memprovokasi dan membersihkan dari sifat memfitnah. Karena itu, ibadah puasa perlykm dengan penuh kebaikan, kesempurnaan, melakukan amal ibadah dan keikhlasan untuk mencapai ridhonya serta selalu mendekatkan diri padanya agar ibadah puasa kita nantinya diterima Allah swt, maka dari itu tidak boleh menyebarkan berita hoax. Semoga.

This post was last modified on 19 April 2021 2:39 PM

Syahrul Kirom, M.Phil

Penulis adalah Alumnus Program Master Filsafat, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.

Recent Posts

Agama Cinta Sebagai Energi Kebangsaan Menjinakkan Intoleransi

Segala tindakan yang membuat kerusakan adalah tidak dibenarkan dan bukan ajaran agama manapun. Kita hidup…

2 minggu ago

Bagaimana Menjalin Hubungan Antar-Agama dalam Konteks Negara-Bangsa? Belajar dari Rasulullah Sewaktu di Madinah

Ketika wacana hubungan antar-agama kembali menghangat, utamanya di tengah menguatnya tuduhan sinkretisme yang dialamatkan pada…

2 minggu ago

Menggagas Konsep Beragama yang Inklusif di Indonesia

Dalam kehidupan beragama di Indonesia, terdapat banyak perbedaan yang seringkali menimbulkan gesekan dan perdebatan, khususnya…

2 minggu ago

Islam Kasih dan Pluralitas Agama dalam Republik

Islam, sejak wahyu pertamanya turun, telah menegaskan dirinya sebagai agama kasih, agama yang menempatkan cinta,…

2 minggu ago

Natal sebagai Manifestasi Kasih Sayang dan Kedamaian

Sifat Rahman dan Rahim, dua sifat Allah yang begitu mendalam dan luas, mengandung makna kasih…

2 minggu ago

Ketika Umat Muslim Ikut Mensukseskan Perayaan Natal, Salahkah?

Setiap memasuki bulan Desember, ruang publik Indonesia selalu diselimuti perdebatan klasik tak berujung: bolehkah umat…

2 minggu ago