Narasi

Ramadan Rahmatan Lil’alamin: Memperkuat Solidaritas Sosial, Menyayangi Sesama

Ramadan adalah momen yang paling tepat untuk membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin. Nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin itu meliputi banyak aspek, mulai dari tawassuth (moderat) tawazun (seimbang), I’tidal (tegak lurus) dan hingga aspek-aspek yang kita sebut dengan toleransi beragama (tasamuh) di tengah keberagaman sosial.

Mengapa Ramadan menjadi momen yang paling tepat untuk membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin yang penuh dengan cinta dan kasih sayang kepada sesama? Hal itu tentunya karena ibadah puasa itu sendiri adalah ibadah yang multi aspek. Di mana, selain mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ibadah puasa secara langsung juga mengajarkan kita untuk berlaku adil, toleran, menyayangi sesama, dan mencegah diri dari perbuatan keji-kejam yang merusak kerukunan dan solidaritas umat.

Perbuatan keji-kejam, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin belakangan ini teramat sering kita temukan setiap saat yang parahnya, dilakukan oleh umat Islam itu sendiri. Terbaru, sebut saja penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo, Yogyakarta, misalnya. Peristiwa itu, di samping menandakan adanya krisis toleransi dalam masyarakat kita, hal itu juga menjadi bukti bahwa nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin masih bak api jauh dari panggang, absen, dan tidak membumi dalam kehidupan umat Islam.

Dengan kata lain, nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin masih belum mampu  diaplikasikan dan  dikristalisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai sebuah nilai luhur. Dikatakan demikian, sebab, Islam itu sendiri telah dengan terang memerintahkan agar umat Islam menghormati kepercayaan dan keyakinan orang lain. Namun, dalam  kenyataannya, seperti diketahui, masih banyak umat Islam yang tidak mampu menghormati keyakinan dan keimanan orang lain sehingga menjadi mudah bertindak keras dan intoleran.

Karenanya, dengan hal itu, sudah sepatutnya bagi kita (umat Islam) untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk membumikan  nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin tersebut. Sebab, dalam menjalankan ibadah puasa, sebenarnya kita tidak hanya diwajibkan untuk mencegah diri dari makan-minum di siang hari saja. Lebih daripada itu, kita juga diwajibkan untuk menjauhkan dan mencegah diri dari perbuatan dan tindakan yang bertentangan atau tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin.

Misi utama Islam adalah menjadi rahmat bagi seluruh alam ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya’: 107). Itu artinya, ibadah apa pun, termasuk ibadah puasa, harus merepresentasikan misi besar Islam itu. Karena itu, adalah kurang tepat bila kita sekadar memaknai bahwa ibadah puasa hanyalah ibadah yang menganjurkan kita mendekatkan diri kepada Tuhan, namun pada saat bersamaan mengambil jarak atau bahkan abai terhadap persoalan sosial-kemanusiaan di sekitar kita.

Tentu, hal itu adalah pemahaman yang kurang tepat. Sebab, tujuan akhir dari puasa, selain untuk membentuk manusia yang saleh secara spiritual, puasa juga hendak membentuk manusia-manusia yang saleh secara sosial, berkarakter islami, berintegritas tinggi dan serta mampu menjadi manusia-manusia yang cinta terhadap sesama (Helmiati, 2015). Yang dalam bahasa lain, bisa dikatakan sebagai manusia-manusia yang penuh dengan cinta-kasih.

This post was last modified on 31 Maret 2023 3:52 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago