Pergantian tahun tinggal menghitung hari, saatnya kita semua memiliki resolusi di tahun baru dengan segudang harapan yang baru. Tahun 2020 telah berlalu berbagai peristiwa yanmanis namun juga banyak yang pahit telah berlalu. Kemajuan teknologi dan informasi menjadi penanda bahwa tahun yang akan datang akan menjadi tahun yang semakin maju. Semua orang dan semua negara akan berebut untuk menjadi nomor satu, membangun teknologi yang tak tertandingi. Namun siapkah kita untuk menyambut kemajuan itu?
Tahun 2020 menjadi saksi bisu ganasnya perkembangan teknologi dan Informasi. Dunia nyata beralih ke dunia maya, semua orang menjadi bagian dari suksesor perkembangan setiap teknologi. Kehidupan nyata seolah sudah diduakan demi eksis menjadi yang terbaik di dunia maya. Tak ada turan khusus yang mengajarkan tentang etika sosial dan bermasyarakat di dalam dunia maya. Mereka liar buas dan ganas bagai singa yang siap untuk menerkam mangsanya. Pepatah mulutmu harimaumu kini telah berubah menjadi jempolmu harimaumu.
Menurut data yang dihimpun oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia yang berkolaborasi dengan cekfakta.com menemukan sekitar 2.024 hoaxs yang beredar di media sosial Indonesia sejah awal tahun hingga 16 November 2020. Sepertiga dari jumlah hoax didominasi oleh isu pandemi covid-19. Sementara isu yang lainnya yang menjadi tema hoax adalah terkait pilkada serentak yang dilakukan awal Desember 2020 dan yang terakhir menumbang hoax adalah tentang Omnibus law.
Selain Hoax dipenghujung 2020 juga banyak berkeliaran kasus-kasus intoleransi dn juga ujaran kebencian oleh sekelompok orang baik di dunia nyata dan dunia maya. Sebut saja kasus Sugi Nur Raharja, Maher At Thuwailibi alias Soni Eranata, Habib Risiziq dan masih banyak lagi. Kasus-kasus intoleransi dan ujaran kebencian menjadi pengisi beranda di dunia maya melalui media sosial. Terbanyak yang menjadi lahan penyebaran adalah melalui facebook disusul twitter dan Whatss App.
Jihad Melawan Narasi Jahat
Pertemuan yang dilakukan oleh sejumlah Ulama, Kiai, Pimpinan Pondok Pesantren dan akademisi di Pondok Pesantren Girikusumo Mranggen Demak Jawa Tengah beberapa waktu lalu menghasilkan sebuah keputusan bersama bahwasanya semua ulama, kiai dan akademisi sepakat untuk melaksanakan jihad di media sosial dengan menyebarkan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin. Hal tersebut menjadi bukti bahwa kita tidak boleh diam ketika melihat dunia maya dan media sosial yang sedang tidak baik-baik saja, jangan sampai narasi-narasi jahat dengan ujaran kebencian, intoleransi hingga radikalisme dan teorisme terus menguasai dunia maya.
KH. Munif Muhammad Zuhri (Pengasuh PP. Girikusumo Mranggen Demak) menyampaikan bahwa berkumpulnya kalangan akademisi, perguruan tinggi dengan kalangan pesantren serta para kiai adalah sebagai jawaban atas keresahan melihat situasi yang sekarang berkembang ini sangat mencekam. Agama yang kita ketahui bersama adalah dimaksudkan untuk mensejahterakan, mendamaikan, mempersatukan, mensatukan bangsa ini, tapi pada kenyataannya, yang kita lihat bersama justru agama dibuat ujung tombak untuk kepentingan-kepentingan pribadi kepentinga kelompok dan lain sebagainya. Forum ini berkeinginan agar agama Islam yang kita ikuti agama ini bisa mampu menjadi payung bagi semua menjadi pemersatu yang utuh yang ada dalam semboyan “rahmatan lil alamin” itu sendiri .
KH Musthofa Bisri (Gus Mus) salah satu Ualam dan Kiai yang aktif di media sosial pernah menyampaikan bahwa pengguna media sosial harus terus menjaga kewarasan, jangan sampai orang-orang tidak waras menguasai media sosial dan seolah menjadi sumber kebenaran, padahal tak waras. Apa yang disampaikan Kiai Munif dan Gus Mus menjadi kenyataan agama yang harusnya menjadi pengayom dan pemersatu justru dijadikan ujung rombak untuk memecah belah dengan narasi intoleransi dan kebencian di dunia maya oleh orang-orang yang tidak waras.
Tahun baru 2021 sudah saatnya kita bangkit untuk melawan kemungkaran di media sosial yang bebas dan sangat buas. Saling berbagi peran untuk bersama-sama jihad di dunia maya. Aparat keamanan akan mengoperasikan polisi siber akan berjihad dengan menegakkan kemanan sesuai dengan tugsasnya. Kita sebagai masyarakat sipil juga wajib melaksanakan jihad di dunia maya dengan turut meramaikan dan menyebarkan narasi-narasi yang mendamaiakan, menyejukkan dan mempersatuakan. Agar dunia maya kita tidak selalu dikuasai oleh orang-orang yang ingin memecah belah persatuan yang ada.
Prinsip Rahmatan lil Alamin dalam agama dan Prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam bernegara cukup untuk menjadi pegangan bagi kita dalam menjalankan jihad di dunia maya. Agama harus kembali kepada fungsinya menjadi pedoman, menjadi rujukan utama kita dalam menjalani kehidupan berbagsa dan bernegara, yang tentunya akan selaras dengan semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia telah diselesaiakan oleh para founding father Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkat persatuan dan kesatuanlah Indonesia bisa melewati masa sulit penjajahan hingga saat ini menjadi negara yang aman damai nyaman dan tentram. Mari bersama-sama seluruh elemen bangsa kita rajut persatuan untuk menjalankan jihad di media sosial dengan menyebarkan energi positif, menyebarkan narasi positif untuk melawan narasi jahat, narasi kebencian, narasi intoleransi hingga radikalisme dan terorisme yang ada di dunia maya.
This post was last modified on 4 Januari 2021 12:07 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…