Narasi

Semangat Gotong Royong RAN PE dalam Memangkas Hulu Radikal Terorisme

Sejatinya mindset yang harus dibangun dalam masalah terorisme bukan hanya persoalan aksi kekerasan, tetapi ideologi dan paham ekstrem yang dapat mendorong tindakan kekerasan. Dengan pemikiran itu, persoalan penanggulangan terorisme tentu akan berfokus pada aspekĀ  pencegahan hulu yang sangat penting. Aksi kekerasan tentu saja diawali dengan serangkaian fase yang mengarah pada tindakan teror.

Memutus fase-fase yang mengarahkan seseorang dalam tindakan teror menjadi titik tekan dari Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang mengarah pada terorisme atau disingkat RAN PE. Keberadaan RAN PE di sini harus menjadi penambal sulam dari celah regulasi yang ada dalam memangkas hulu masalah terorisme.

Penanggulangan terorisme bukan sekedar menangkap pelaku dan mencegah aksi teror dengan penegakan hukum semata. Memang pendekatan ini sudah cukup berhasil dalam memutus rencana aksi kekerasan. Keberadaan RAN PE harus dimaksimalkan pada aspek memangkas dan mencegah seseorang untuk terpapar paham radikal terorisme. Di sinilah saya sangat bersyukur dengan kemunculan RAN PE ini sebagai pedoman dan panduan dalam mendeteksi sejak dini.

Persoalan selanjutnya tentu akan sangat lebih menantang. Melakukan deteksi awal dan pencegahan dini penyebaran paham radikal terorisme bukan masalah mudah. Sebaran paham telah masuk dalam berbagai lini kehidupan bangsa ini dari sejak di lingkungan keluarga hingga lingkungan luas tanpa batas yang bernama dunia maya. Benih-benih sebaran paham dan fase seseorang mengalami radikalisasi ternyata sudah sangat banyak dan menumpuk. Mungkinkah hal tersebut bisa diminimalisir?

Di sinilah poin kedua yang sangat penting untuk dikembangkan lebih jauh dari keberadaan RAN PE ini. Semangat gotong royong dalam RAN PE menambah optimisme bangsa ini untuk saling bergandeng tangan dalam menyelesaikan persoalan teror ini. RAN PE sejatinya membangun panduan bersama untuk bergerak secara sinergis dari level negara hingga masyarakat dan dari pusat hingga ke daerah. Semangat ini sangat penting untuk menggugah kepedulian bersama tentang bahaya ekstremisme.

Budaya gotong royong sebagai kekuatan bangsa ini dalam menyelesaikan masalah kebangsaan menjadi semangat penting yang didorong dalam RAN PE. Penyelesaian masalah terorisme tidak boleh dilakukan secara parsial dan tidak hanya bertumpu kepada negara. Keterlibatan masyarakat sipil harus menjadi prioritas utama dalam mencegah dan mendeteksi dini penyebaran paham dan kelompok kekerasan yang ada di tengah masyarakat.

PR terbesar dari implementasi RAN PE ke depan bukan hanya membangun sinergi kelembagaan antar kementerian/lembaga di level pemerintahan hingga ke tingkat daerah, tetapi yang lebih penting adalah persamaan persepsi tentang ancaman kekerasan kepada masyarakat. RAN PE harus mampu didesiminasikan ke tengah masyarakat bukan sebagai aturan tetapi didudukan sebagai pedoman dan panduan bersama dalam menanggulangi kekerasan.

Karena sebagai panduan, tentu memerlukan suatu perangkat pengetahuan yang lebih sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat. Membangun gotong royong dalam menanggulangi terorisme harus didahului oleh perangkat pengetahuan masyarakat tentang apa itu ancaman ekstremisme kekerasan.

Dalam mengembangkan visi bersama inilah sejatinya pemerintah bisa menggandeng lembaga kemasyarakatan dan ormas sipil dalam mensosialisasikan RAN PE. Tujuannya hanya satu bagaimana RAN PE menjadi panduan bersama dalam membangun kepedulian masyarakat untuk mencegah paham kekerasan dari hulu.

This post was last modified on 28 Juni 2021 1:27 PM

Septi Lutfiana

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

12 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

12 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

12 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

12 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago