Categories: Narasi

Teologi Maut Versus Teologi Hidup

BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI

TAKUT MATI JANGAN HIDUP

TAKUT HIDUP MATI SAJA

Islam adalah agama damai, meski pemberitaan tentang rentetan perilaku keji sebagian oknum pengikutnya masih ditemukan. Kita masih menemukan setumpuk perilaku kasar yang dilakukan oleh oknum itu dengan menggunakan kalimat takbir, Allahu Akbar! Perilaku kekerasan itu tidak pernah memiliki dasar pembenaran satu pun dalam Islam, karena pasti tidak ada! Agama ini jauh dari kekerasan. Jangankan untuk membuat kerusakan, menunjukkan muka masam saja langsung dapat tegur dari Tuhan.

Buya Syafi’i Maarif pernah menyebut konsep bernama teologi maut. Keyakinan berupa keagungan agama yang hanya dapat diraih dengan cara kematian. Menurutnya, teologi maut ini sesungguhnya hanya dianut oleh orang-orang yang takut hidup. Semacam ingin kabur dari realitas hidup yang makin lama makin tidak bisa dikendalikan. Mereka sangat yakin bahwa kebahagiaan akan dapat diraih melalui kematian.

Benarkah para penggemar pelaku kekerasan berani menyerahkan nyawa demi menegakkan hukum ilahi? Atau jangan-jangan mereka mati hanya karena banyaknya kesulitan hidup yang tidak dapat mereka atasi, sehingga mereka menjadikan kematian sebagai jalan pintas untuk menyongsong kebahagiaan? Seolah hidup sudah tidak lagi penting untuk diperhatikan. Entahlah, hanya mereka saja yang mengerti. Namun kita patut waspada, karena pemikiran dan perilaku para penggila kekerasan ini sangat berbahaya. Kita juga jangan mudah terperdaya dengan janji-janji surga bagi siapa saja yang bersedia mencederai sesama, karena agama tidak segila itu!

Buya Syafi’i Maarif menganjurkan melawan teologi maut dengan budaya siuman, yakni dengan mengedapankan akal sehat dan nurani bersih. Dengan akal sehat kita akan jauh dari pemikiran-pemikiran sesat. Sedangkan nurani bersih akan membantu menjadi manusia yang seutuhnya, yang bisa mencintai dan menjaga sesama seperti ia mencintai dan menjaga diri sendiri.

Nabi Muhammad diutus Allah ke dunia untuk menyempurnakan akhlak, mengubah pola pikir dan perilaku dari yang semula nista menjadi mulia. Beliau mencontohkan cara beragama yang bijaksana, menebar wahyu kebenaran dengan tetap menghormati perbedaan. Nabi Muhammad adalah contoh nyata manusia yang sangat menikmati dan mensyukuri hidup. Kesempatan hidupnya dipergunakan semaksimal mungkin untuk memberi pengajaran menggapai hidup mulia. Ingat, hidup mulia bukan mati merana.

Jika benar bunuh diri dihadiahi surga, mengapa nabi Muhammad tidak melakukannya? Padahal jika beliau mau, beliau bisa saja memilih untuk mati. Tapi nyatanya tidak, nabi Muhammad memilih untuk tetap hidup dan berjuang menebar ajaran-ajaran Islam. Kehidupan Nabi pun berhenti di atas ranjang rumahnya dalam keadaan damai. Hal ini berarti bahwa hidup lebih bermanfaat daripada mati. Jadi, masih kepikiran untuk bunuh diri?

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Distorsi Makna Hijrah; Belajar dari Deportan dan Returnee ISIS

Pernahkah Anda mendengar tentang deportan dan returnee ISIS? Deportan ISIS adalah individu-individu berlatar belakang WNI…

50 menit ago

Khoiru Ummah adalah Ide Kemanusiaan, bukan Semangat Sektarian

Umat terbaik atau “khairu ummah” adalah salah satu kredo dalam ajaran Islam yang nyaris selalu…

51 menit ago

Menyoal Hijrah Salafi; Hegemoni Eksklusivisme Komunal Berkedok Purifikasi Agama

Dalam beberapa tahun belakangan kita menyaksikan sebuah fenomena baru dalam lanskap keislaman di Indonesia. Yakni…

1 hari ago

Menelaah Visi Hijrah: Dari Persaudaraan Sempit-Fanatik Menuju Persaudaraan Kebangsaan

Setiap tahun baru Islam tiba, umat Muslim diingatkan pada satu peristiwa agung dalam sejarah Islam: hijrah…

1 hari ago

Refleksi Tahun Baru Islam 1447 Hijriah; Meneladani Cara Nabi Muhamad Membangun Kota Madinah yang Majemuk

Tahun Baru Islam 1447 Hijriah menjadi momen penting untuk merenungkan kembali makna hijrah dalam kehidupan…

1 hari ago

Hijrah Perilaku Digital: Dari Kubangan Provokasi Menuju Kejernihan Literasi

Dalam konteks dunia modern yang serba digital, makna hijrah perlu dimaknai ulang secara lebih relevan.…

4 hari ago