Narasi

Toleransi itu Ajaran Islam dan Sunnatullah

Toleransi, sebuah terminologi yang seringkali menuai perdebatan, pro dan kontra. Apalagi ketika ia dikaitkan dalam konteks agama Islam. Bagi sebagian kalangan yang menolak toleransi selalu mengedepankan isu konspiratif bahwa toleransi adalah ajaran yang dihembuskan musuh-musush Islam yang bertujuan untuk menggembosi Islam. Bahkan ada sebagian yang melancarkan argumentasi doctrinal bahwa toleransi bukan bersumber dari Islam.

Sejatinya, nilai-nilai toleransi justru dibawa oleh Islam. Toleransi dalam terminologi Islam biasanya disebut tasamuh yaitu “sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf.” Dalam pengertian lain, tasamuh adalah “sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran Islam”.

Jauh sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan Declaration of Human Rights, agama Islam telah mengajarkan jaminan kebebasan beragama. Melalui “Piagam Madinah” tahun 622 Masehi, Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar sikap toleransi antar suku dan umat agama, dengan mengakui eksistensi kaum non muslim dan menghormati peribadatan mereka. Bahkan seorang Sosiolog Amerika, Robert N Bella memberikan apresiasi tinggi terhadap pengelolaan pluralitas dan toleransi di Madinah. Bella mengatakan mengatakan, konstitusi Madinah ini “terlalu modern untuk ukuran zamannya.

Tidak hanya pada aspek yuridis Madinah, dalam sebuah riwayat juga diceritakan: Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang ditemani banyak sahabat. Tiba-tiba, lewat jenazah di antar menuju ke pemakaman. Rasulullah berdiri, seperti memberi hormat. Disampaikan kepada beliau bahwa jenazah itu orang Yahudi, tak pantas memperoleh penghormatan. Namun, Nabi balik bertanya, “Alaisat nafsan (bukankah ia juga manusia)?” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat tersebut selas sekali bahwa sikap toleransi tidak hanya untuk sesama umat Islam, tapi juga bagi semua manusia. Itulah sekelumit kecil contoh bagaimana nabi Muhammad sebagai teladan umat Islam mengajarkan sikap toleransi. Kemanusiaan menjadi salah satu dasar dari penghomratan Islam yang dicontohkan oleh Nabi yang melintas batas perbedaan agama. Dari penegasan itulah, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa toleransi bukan ajaran dan tidak berumber dari Islam.

Selain memang toleransi adalah ajaran Islam, kenyataannya, dunia ini memang diciptakan sebagai wadah menuai toleransi. Faktanya banyak sekali perbedaan-perbedaan yang azali, sebagai paket Tuhan yang tidak bisa ditawar. Kita tidak akan mungkin mempersatukan seluruh perbedaan yang telah menjadi sunnatullah. Perbedaan dari berbagai aspek meliputi jutaan bahkan puluhan juta suku, ras manusia, ada ratusan juta aliran kepercayaan, ada jutaan bahasa yang di gunakan, ratusan Negara dan milyaran manusia yang satu sama lain berbeda baik secara fisik dan psikis.

Pluralitas manusia dari berbagai aspek tersebut menjadi scenario Tuhan agar manusia saling mengenal dan menghargai.. Bagaimana mungkin kita akan hidup di tempat yang sangat banyak perbedaan ini kecuali dengan menerima perbedaan tersebut?. Akan sangat mustahil bila kita menginginkan semua perbedaan tersebut lenyap atau memaksakan kehendak untuk menyeragamkan keseluruhan perbedaan tersebut. Bukankah itu sunnatullah yang harus diterima dan disikapi secara arif.

Secara tegas Allah berfirman bahwa Dialah yang menghendaki semua perbedaan tersebut. Dalam Surat al-Hujuraat: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara mu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.”(Q.S al hujuraat: 13).

Nah, Apabila Allah sendiri yang menciptakan semua perbedaan tersebut, maka bagaimana kita akan mengacuhkan dan menolaknya? Dalam ayat tersebut sudah sangat jelas Allah menginformasikan bahwa adanya perbedaan tersebut agar kita saling mengenal, bukan saling membinasakan satu sama lain. Dengan kata lain, sikap anti toleransi adalah sikap yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Memaksakan kehendak menyatukan dan menyeragamkan perbedaan adalah nyata sikap yang menyalahi sunnatullah.

Dari uraian di atas bisa kita tarik beberapa kesimpulan penting bahwa Allah menghendaki kita mempunyai sikap toleran dan menghargai di tengah pluralitas ciptaanNya. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda dengan tujuan untuk saling mengenal. Tuhanlah Sutradara Maha Agung yang mendesain kehidupan yang kaya warna ini agar selalu terciptanya harmoni kehidupan dengan saling bertoleransi.

Lalu bagaimana Nabi Muhammad sendiri mendakwahkan sikap toleransi. Bukan hanya bagi sesama umat Islam, Nabi mengajarkan toleransi yang berisfat universal yakni terhadap seluruh umat manusia. Sangat jelas dan kasat mata bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan toleransi sebagaimana diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebagai umat Islam taat sudah sepatutnya kita untuk terus memupuk sikap toleransi dan menghargai seluruh umat manusia. Selain merupakan kondisi yang mendorong perdamaian, toleransi merupakan ajaran Islam. Ajaran Islam yang tidak hanya ingin menciptakan perdamaian antar sesame umat muslim, tetapi sebagai rahmat bagi semesta alam (rahamatan lil alamin).

Ali Basuki

PENDIDIK dan AKTIFIS PENDIDIKAN SANGATA KALIMANTAN TIMUR

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago