Narasi

Toleransi Itu Sulit!!! Namun Indah

Pernahkah anda  mendengar kata-kata toleransi, tentunya pernah namun masih sangat sedikit orang yang paham dengan apa itu toleransi dan mungkin juga sangat sedikit orang yang berupaya menerapkan toleransi itu dalam kehidupannya. Tentunya banyak faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Namun apapun itu Toleransi mau tidak mau harus selalu diterapkan di indonesia karena indonesia memiliki lebih dari 1.340 suku.

Menurut Ajat Sudrajat (2008), Toleransi berasal dari bahasa latin tolerate yang  berarti bertahan atau memikul. Yakni saling memikul meskipun pekerjaan tidak saling disukai atau memberi tempat pada orang lain meskipun satu sama lain tidak saling sependapat. Artinya, toleransi adalah suatu keadaan yang rela menerima kenyataan walaupun saling berbeda. Dalam bahasa Arab, toleransi berasal dari kata tasamuh berarti membiarkan atau mengizinkan sesuatu untuk saling memudahkan. Dari kedua pendapat tersebut, toleransi dapat disebut sebagai sikap membiarkan, membolehkan baik itu pendirian, kepercayaan serta kelakuan yang dimiliki seseorang atas orang lain.

Manfaat toleransi dari sudut Pandang keagaamaan memiki banyak manfaat bagi setiap penganut agama tanpa menghilangkan atau mengikis kepercayaannya terhadap agama yang mereka yakini diantaranya adalah menghindari perpecahan suku bangsa. Indonesia dengan 1.340 suku yang berbeda beda, dengan lebih dari 700 bahasa daerah dan kadang walaupun memiliki bahasa daerah yang sama kadang juga memiki perbedaan dalam logat atau pengucapannya.

Jika toleransi tidak diterapkan di indonesia atau masyarakatnya tidak berusaha belajar untuk menerima perbedaan maka perbedaan yang sangat banyak dari kultur budaya masyarakat indonesia justru akan menjadi bumerang bagi bangsa indonesia itu sendiri. Namun ketika toleransi itu diterapkan maka  bangsa ini akan menjadi sangat kuat karena kebudayaan yang ada menjadi modal dalam membangun bangsa yang besar ini.

Indonesia memiliki enam agama yang di akui dalam undang undang dan memiliki banyak agama tradisional atau yang lebih dikenal dengan penghayat kepercayaan. Meski sampai sekarang belum dapat dipastikan berapa jumlah penghayat kepercayaan di indonesia kemendikbud melalui Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi berada, memberi perkiraan sekitar 10-12 juta orang di seluruh Indonesia.

Ketika toleransi tidak dijadikan keharusan bagi setiap masyarakat indonesia dalam beragama dan lebih mengedepankan ego pribadi dalam memandang agama tanpa memperdulikan penganut agama lain tentunya akan terus ada gesekan gesekan di tengah masyarakat yang berkaitan dengan kepercayaan pada tuhan yang maha esa.  Penduduk indonesia menganut islam sebagai agama dengan jumlah penganut terbanyak namun bukan berarti indonesia adalah negara islam. Munculnya oknum yang mengatasnamakan agama dalam menghasut orang lain dalam bertindak anarkis terhadap penganut agama lain menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pembuka agama di indonesia. Pemuka agama seharusnya menjadi petronom dalam mengajarkan indahnya perbedaan di indonesia sehingga perpecahan yang melibatkan agama bisa di hindarkan.

Indonesia memang sangat unik, meski memiliki banyak perbedaan namun sampai saat ini indonesia masih bisa memperlihatkan pada dunia bahwa perbedaan itu bukan sebagai ancaman bagi kesatuan bangsa indonesia. Walaupun harus di akui perbedaan itu belum dimanfaakan secara maksimal oleh bangsa ini. Ketika kebhinekaan itu telah dimanfaatkan secara maksimal cita-cita pendiri bangsa yang ingin memajukan bangsa ini di atas kebhinekaan akan mudah diwujudkan.

Toleransi seharusnya bukan hanya menjadi pelajaran wajib ketika belajar kewarganegaaran di masa-masa sekolah dasar namun harus dijadikan life style bagi bangsa ini. Jangan terlalu sibuk mencari perbedaan namun sibuklah mencari persamaan. Indonesia ini negara yang besar dan akan jauh lebih besar lagi jika semua penduduknya menyadari bahwa hidup dalam sebuah perbedaan itu adalah anugrah dari sang pencipta bagi bangsa ini.

This post was last modified on 18 November 2020 2:00 PM

Gusveri Handiko

Penulis Galamai Duta Damai Sumbar, Ketua Duta Damai Sumatera Barat

Recent Posts

Tantangan Generasi Muda di Balik Kecanggihan AI

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Pengaruhnya…

3 jam ago

Belajar dari Tradisi Islam dalam Merawat Nalar Kritis terhadap AI

Tak ada yang dapat menyangkal bahwa kecerdasan buatan, atau AI, telah menjadi salah satu anugerah…

3 jam ago

Kepemimpinan Kedua Komjen (Purn) Eddy Hartono di BNPT dan Urgensi Reformulasi Pemberantasan Terorisme di Era AI

Presiden Prabowo Subianto kembali melantik Komjen (Purn) Eddy Hartono sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme…

1 hari ago

Hubungan Deepfake dan Radikalisasi: Alarm Bahaya bagi Kelompok Rentan

Dunia digital kita sedang menghadapi sebuah fenomena baru yang mengkhawatirkan: krisis kebenaran. Jika sebelumnya masyarakat disibukkan…

1 hari ago

Evolusi Terorisme Siber; Dari Darkweb ke Deepfake

Sebagai sebuah ideologi dan gerakan sosial-politik, terorisme harus diakui memiliki daya tahan alias resiliensi yang…

1 hari ago

Perempuan Merdeka : Agensi dan Resiliensi dalam Pusaran Terorisme – Jurnal Jalan Damai Vol. 1. No. 6 Agustus 2025

Salam Damai, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Jalan…

1 hari ago