Narasi

2023: Memupuk Peradaban Bangsa yang Bebas dari 5 Virus Ini

Tahun 2022 telah menjadi sejarah dan pelajaran. Tentu, kita akan membuka lembaran baru di tahun 2023 dengan banyak belajar dari sejarah di masa lalu. Sebagaimana, ada begitu banyak virus yang masih menggerogoti bangsa ini dan perlu kita bersihkan di tahun 2023.

Kita perlu memupuk peradaban bangsa agar bebas dari (kontaminasi virus). Sebagaimana, ada 5 varian virus yang harus kita waspadai dan perlu kita bersihkan. Kita tidak bisa tinggal diam dan membiarkan virus tersebut mengakar. Tentu di antaranya adalah:

Pertama, virus dengan varian kebangkitan khilafah tahun 2024. Virus ini condong akan mengajak kita untuk kembali ke masa lalu. Dengan sebuah gejala, seseorang diajak untuk menegakkan negara Islam/Khilafah yang dibumbui dengan berbagai macam dalil. Pentingnya negara yang sesuai syariat Islam.

Virus ini akan memanfaatkan momentum pesat politik di tahun 2024 nantinya. Untuk mengambil sebuah kiprah yang banyak untuk meracuni masyarakat. Agar, memiliki keyakinan bahwa tegaknya khilafah sebagai solusi. Virus ini akan terus membuat seseorang agar benci atas tanah airnya dan ingin mengubah sistem bernegara yang ada di negeri ini.

Maka, waspadalah dengan gejala virus dengan varian yang semacam ini. Karena, siapa-pun yang terkontaminasi akan menjadi “zombie”. Sebab, dirinya akan menghancurkan tanah airnya sendiri, membangkang atas prinsip kebangsaan-nya sendiri dan merusak keharmonisan sosial di tanah air-nya sendiri.

Kedua, virus dengan varian narasi kriminalisasi ajaran Islam. Tentu, kata kriminasliasi ajaran Islam pada dasarnya tidak bisa kita biarkan sebagai kebenaran yang diterima. Sebab, ini adalah virus dengan varian yang akan membuat seseorang menjadi enggan membela tanah airnya. Sebab, telah terkontaminasi dengan sebuah pemahaman bahwa bangsa ini dianggap kriminal atas ajaran Islam karena dianggap tidak sepenuhnya menegakkan ajaran Islam.

Tentu yang harus lakukan adalah menjauhi dan mewaspadai narasi-narasi yang semacam itu. Karena ini adalah produk kelompok radikal yang sengaja ingin menghancurkan bangsa ini. Dengan bersembunyi di balik nilai-nilai Islam itu sendiri. Jelas, ini tidak ada kaitannya dengan Islam melainkan politisasi Islam yang dilakukan kelompok radikal.

Ketiga, virus Pemerintah anti Islam/Islamophobia. Kalau kita telusuri secara mendalam, benarkah pemerintah anti-Islam atau Islamophobia? Diksi yang dimaksud anti-Islam ini sebetulnya lahir ketika ada sebuah kebijakan yang ingin berupaya memberantas kelompok radikal. Lalu, rasa aman kelompok radikal mulai terganggu dengan kebijakan yang semacam itu.

Sehingga, berlindunglah di bawah narasi anti-Islam atau Islamophobia itu. Maka, ini tentunya menjadi virus yang mampu menghilangkan kesadaran masyarakat. Sehingga, masyarakat akan dikontrol oleh sistem berpikir yang semacam itu. Seolah kebijakan yang berkaitan dengan pemberantas radikal-teroris di berbagai tempat keagamaan itu dianggap gerakan anti-Islam dan Islamophobia.

Keempat, virus Moderasi Beragama proyek Asing. Varian virus ini tentunya dianggap remeh padahal pengaruhnya bagi masyarakat mampu membuat NKRI menjadi berpecah-belah dan pertumpahan darah. Mengapa? karena ini akan menggagalkan prinsip keberagamaan kita di tengah kemajemukan karena melahirkan semacam permusuhan.

Sebab, kita harus melihat moderasi itu dari (fungsi dan perannya) bagi kehidupan sosial-masyarakat. Bahkan, kalau kita amati, bentuk nilai moderat atau berpikir di tengah-tengah untuk bisa saling menghargai itu memiliki tujuan etis untuk sebuah kemaslahatan. Maka ini final yang sebetulnya harus kita sadari akan bahayanya virus dengan varian naratif yang semacam itu.

Kelima, virus terorisme adalah konspirasi pemerintah. Ini adalah virus dengan varian yang memiliki gejala (membiarkan kemungkaran) akan terus terjadi seperti aksi teror layaknya bom bunuh diri atau-pun perusakan rumah ibadah. Mengapa? ketika terorisme dianggap konspirasi pemerintah, berarti ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak mutlak benar-benar ada.

Ini tentu sangat membahayakan bagi kesadaran masyarakat. Karena, ketidakpercayaan masyarakat atas terorisme akan menjadi jalan terorisme untuk meracuni kepercayaan masyarakat. Sehingga, gejala teror, aksi bom bunuh diri, perusakan rumah ibadah dan lain sebagainya akan terus bermunculan setiap tahunnya. Karena, masyarakat telah terkontaminasi kesadarannya oleh virus yang membuat masyarakat lupa bahwa terorisme merupakan kejahatan yang nyata untuk kita perangi.

This post was last modified on 2 Januari 2023 4:12 PM

Nur Samsi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago